Laporkan Masalah

ANALISIS SPASIAL DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN BANJARNEGARA

RAHMAWATI, Prof.dr. Hari Kusnanto, DrPH; dr. Lutfan Lazuardi,M.Kes,Ph.D

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Demam Berdarah merupakan penyebab morbiditas pertama di iklim tropis di seluruh dunia. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 Indonesia merupakan negara dengan kejadian DBD tertinggi di Asia Tengara.DBD merupakan vector borne disease dengan vektor utamanya Ae.aegypti dan Ae.albopictus. Incidence rate meningkat dari 0,5 pada tahun 1968 menjadi 49,5 pada tahun 2015. Meningkatnya populasi penduduk, urbanisasi yang tidak terkontrol dan meningkatnya mobilitas disinyalir sebagai penyebab meningkatnya jumlah kejadian DBD. Sedangkan terjadinya KLB di asosiasikan dengan meningkatnya curah hujan, kelembaban dan suhu lingkungan. Kejadian DBD di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2016 melonjak hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi 584 kasus. Tujuan: penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran poloa sebaran kejadian demam berdarah di Kabupaten Banjarnegara secara spasial berdasarkan Sistem Informasi Geografis. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah studi kasus. Pendekatan yang digunakan adalah spasial. Angka kejadian DBD perdesa di analisis menggunakan statistik keruangan yaitu Average Nearest Neighbour, autokorelasi dan kernel density digunakan untuk mengetahui pola distribusi dan daerah rawan DBD. Data suhu, kelembaban dan curah hujan diolah secara statistik untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan tersebut dengan angka kejadian DBD. Hasil: ketinggian wilayah, kepadatan penduduk serta suhu berhubungan dengan kejadian DBD. Curah hujan dan kelembaban tidak memiliki hubungan dengan kejadian DBD.Pola spasial DBD cenderung mengelompok dan terdapat satu kluster primer. Tren kasus menunjukkan kejadian mengikuti pola jalan utama Wonosobo-Klampok dan jalan Banjarnegara- Madukara. Kesimpulan : kepadatan dan ketinggian secara spasial berkaitan dengan kejadian DBD. Kejadian mengikuti pola jaringan jalan utama.

Background: Dengue fever is the first cause of morbidity in tropical climates around the world. From 1968 to 2009 Indonesia wasthe highest DHF incidence in Asia. Dengue fever is a vector borne disease, are transmitted to human by mosquito of ae.aegypti and ae.albopictus. Incidence rate increased from 0.5 in 1968 to 49.5 in 2015. Increased population, uncontrolled urbanization and increased mobility were pointed out as the cause of the increasing number of DHF. While the occurrence of outbreaks in association with increased rainfall, humidity and ambient temperature. District Banjarnegara in 2016 occurred 584 cases of dengue, three folded from the previous year. Objective: To know the spatial epidemiology of dengue fever in Banjarnegara Regency Distric based on Geographic Information System (GIS). Research Method: aggregate incidence of dengue fever in analysis using spatial statistic : Average Nearest Neighbour, autocorrelation and kernel density used to know distribution pattern of DHF. The population data of each village from BPS is used to devide incidences( IR). Temperature, humidity and rainfall data were processed using spearman correlation to determine the relationship of these environmental factors with the incidence of DHF. Result: altitude, population density and temperature spatially related to DHF incidence. Rainfall and humidity have no corelation with DHF incidence. DHF spatial patterns tend to clump and there is one primary cluster. Case trends show events following the pattern of Wonosobo-Klampok main road and Banjarnegara-Banjarmangu road. Conclusion: spatial density and altitude associated with DHF incidence. Events follow the pattern of the main road network.

Kata Kunci : DBD, analisis spasial, SIG