Laporkan Masalah

KAJIAN SISTEMATIS AGEN DAN FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KERACUNAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2000-2015

RISALIA RENI A, Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU., MSc., ScD.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Laporan kejadian luar biasa keracunan pangan di Indonesia selama 4 tahun terakhir meningkat. Hal ini digambarkan dengan angka CFR 0,2% (2011) menjadi 1,3% (2015) (BPOM, 2015). Saat ini belum ada data dasar terkait KLB keracunan pangan yang sering terjadi, agen penyebab yang paling banyak mengkontaminasi pangan, faktor dan situasi spesifik yang berkontribusi pada keracunan pangan. Dokumen epidemiologi yang tepat dan lengkap diperlukan digunakan untuk sistem kewaspadaan dini, respon KLB keracunan pangan dan perencanaan penanggulangan KLB di masa mendatang. Studi ini untuk mengetahui beban permasalahan akibat kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia sejak tahun 2000-2015. Metode penelitian: Kajian sistematis dilakukan pada data yang berbasis eletronik dan non elektronik dari laporan investigasi yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (grey literature) tahun 2000-2015. Basis data elektronik dari mesin pencari online seperti Google scholar, Open access, perpustakaan dan repository online dari universitas yang ada di Indonesia. Basis data non elektronik didapatkan dari dokumen laporan investigasi yang tersimpan di unit-unit yang tidak dipublikasikan yang berasal dari 3 universitas (UGM, UI dan UNAIR), Kementrian Kesehatan dan BPOM. Terdapat dua orang reviewer yang akan menyaring dan mengekstrak data yang berhubungan dengan KLB keracunan pangan. Hasil penelitian: Pada kurun waktu 2000-2015 terjadi 1.176 KLB keracunan pangan dengan wilayah tertinggi terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan 163 kejadian. Laporan kasus sebanyak 61.119 kasus keracunan pangan (AR: 8,5%) dan 291 kematian (CFR 0,4%). Perempuan lebih beresiko mengalami keracunan pangan dengan proporsi 54,6%. Makan rutin (36,6%) dan hajatan (29,7%) merupakan jenis kegiatan yang paling beresiko dengan area kasus tertinggi di rumah tinggal (48,9%) dan sekolah (13,7%). Masakan rumah tangga (46,9%) dan makanan jasa boga (18,9%) sebagai jenis pangan penyebab tertinggi dengan agen penyebab tersering adalah bakteri patogen (74,9%) dengan E.coli sebagai penyebab tersering (20%). Faktor yang paling berkontribusi adalah pengolahan makanan yang tidak baik dan penyimpanan yang tidak sesuai. Kesimpulan: Populasi paling beresiko adalah perempuan, agen penyebab tertinggi adalah bakteri patogen dan faktor yang paling berkontribusi adalah ketahanan dan pertumbuhan pathogen. Diperlukan pengawasan dan pengelolaan pangan dengan memperhatikan higiene dan sanitasi sesuai standard keamanan pangan yang telah ditetapkan.

Background: Foodborne outbreak report in Indonesia increase recently. It was showed by case fatality rate 0.16% in 2011 become 1.3% in 2015. There is no foodborne outbreak baseline data including agent that mostly caused food contamination and specific situation that contributed on foodborne. Accurate and comprehensive epidemiology data need to early warning system, outbreak response and control. Purpose of study is to understand burden of foodborne outbreak in Indonesia during 2000 -2015. Methods: Systematic review conducted based on publish and unpublished (grey literature) data during 2000 -2015. Publish data from search engine such as Google scholar, open access, repository online university in Indonesia. Grey literature collected from investigation report from selected university (UGM, UI and UNAIR), Ministry of Health, Food and Drug Administration (BPOM) Indonesia. 2 reviewer will select and extract relevant data. Outcome: During 2000-2015 there was 1.176 foodborne outbreak with West Java Province as the highest event with 61.119 foodborne cases (AR: 8.5%) and 291 deaths (CFR: 0.4%). Women have more risk on foodborne with proportion 58.3%. Daily meal (36.6%) and special celebration (29.7%) as more risk activities with house (48.9%) and school (13.7%) as highest risk area for foodborne outbreak. Homemade food (46.9%) and catering food (18.9%) as highest causes of cases with pathogen bacterial as frequent agent (74.9%) such as E.coli. The most contributing factor was inadequate cooking and storage at inappropriate temperature. Conclusion: High risk population of foodborne outbreak was women with pathogen bacterial as the highest agent. The most contributing factor was pathogen resistance and growth. It need to increase monitoring and food-handler as food safety standard.

Kata Kunci : kajian sistematik, KLB, keracunan pangan, Indonesia, systematic review, outbreak, foodborne

  1. S2-2017-388211-abstract.pdf  
  2. S2-2017-388211-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-388211-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-388211-title.pdf