Laporkan Masalah

Prediksi Distribusi Trenggiling (Manis javanica) dan Implikasinya di Asia Tenggara

SEPTI DAMISKA, Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc ; Dr. Sena Adi Subrata, S.Hut., M.Sc

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Tingginya tingkat perburuan serta rendahnya system reproduksi trenggiling (Manis javanica) di alam menyebabkan laju penurunan populasinya semakin meningkat. Namun kawasan konservasi yang ada saat ini belum mampu melindungi seluruh spesies di dalamnya. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan data dan informasi mengenai wilayah prioritas terhadap probabilitas kehadiran trenggiling di Asia Tenggara khususnya untuk spesies Manis javanica sehingga dapat dilakukan pengelolaan secara khusus agar dapat menekan laju penurunan populasinya. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi probabilitas kehadiran trenggiling (Manis javanica) di Asia Tenggara, mengetahui factor lingkungan yang berkontribusi terhadap probabilitas kehadirannya serta mengetahui persentase kesesuaian habitat trenggiling (Manis javanica) yang berada didalam dan diluar kawasan konservasi. Penelitian ini menggunakan metode Spesies Distribusi Modelling (SDM) yakni Maximum Entrophy dengan melibatkan 8 variabel lingkungan dan 55 titik koordinat kehadiran trenggiling (Manis javanica) di Asia Tenggara dari tahun 2011-2016 yang didapatkan melalui study literature, korespodensi dengan peneliti trenggiling di Asia Tenggara serta melakukan survey lapangan secara langsung pada 1 lokasi yakni di Taman Nasional Betung Kerihun Kalimantan Barat. Hasil model Maxent menunjukkan bahwa kinerja model prediksi kehadiran trenggiling (Manis javanica) di Asia Tenggara memiliki nilai AUC sebesar 0.836. Hal ini berarti model kinerja dianggap baik. Semua variabel lingkungan yang dilibatkan dalam permodelan maxent yakni curah hujan, suhu, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari air, kemiringan, kerapatan vegetasi dan tutupan lahan memiliki pengaruh terhadap probabilitas kehadiran trenggiling di Asia Tenggara. Wilayah yang berpotensi terhadap probabilitas kehadiran trenggiling (Manis javanica) di Asia tenggara yakni sekitar 86.796.356,432 hektar atau 20,06% dari total luas wilayah tersebut dan yang sudah masuk kedalam kawasan konservasi adalah sekitar 15.092.485,26 hektar atau 17,39%. Sedangkan daerah yang sesuai atau berpotensi terhadap probabilitas trenggiling (Manis javanica) tetapi belum masuk kedalam kawasan konservasi adalah sekitar 71.703.871,06 hektar atau 82,61% dari total luas daerah yang sesuai sebagai habitat trenggiling (Manis javanica) di Asia Tenggara. Wilayah potensial terhadap probabilitas kehadiran treggiling (Manis javanica) sebaiknya dilakukan pengelolaan secara khusus untuk meningkatkan jumlah populasinya yang semakin menurun.

High levels of hunting and low reproduction system of pangolin (Manis javanica) in nature cause the rate of decline in population is increasing. However, the existing conservation areas have not been able to protect all the species in it. Based on these conditions, data and information on the waiting area on probability in pangolin in Southeast Asia, especially for species of Manis javanica, so it can be done specifically in order to withstand the rate of population decline. This study is intended to predict the probability of seeing pangolin (Manis javanica) in Southeast Asia, knowing the environmental factors that contribute to the probability of seeing the suitability of pangolin habitats within and outside the conservation area. This research uses the method of Distributed Modeling (SDM) Species with Maximum Entrophy involving 8 environmental variables and 55 coordinate points see pangolin (Manis javanica) in Southeast Asia from 2011-2016 obtained through literature study, corespodence with pangolin researchers in Southeast Asia and Conducted a survey directly on 1 location in Betung Kerihun National Park, West Kalimantan. Maxent model results show the performance of prediction model (Manis javanica) in Southeast Asia has an AUC value of 0.836. This means a good performance model. All environmental variables involved in maxent modeling via rainfall, temperature, road distance, distance from river, distance from air, slope, vegetation density and land cover have an influence on probability in pangolin in Southeast Asia. Areas that are prone to the probability of seeing pangolin (Manis javanica) in south east Asia are about 87,796,356,432 hectares or 20.06% of the total area and those entering conservation areas are 15,092,485.26 hectares or 17.39%. While the appropriate area or being heading towards the probability of pangolin (Manis javanica) has not yet entered the conservation area is about 71,703,871.06 hectares or 82.61% of the total area corresponding to pangolin habitat (Manis javanica) in Southeast Asia. Potential areas of probability see treggiling (Manis javanica) are done specifically to increase the number of decreasing incomes.

Kata Kunci : Trenggiling (Manis javanica), Spesies Distribusi Modelling, Maximum Entropi, Habitat, Protected Area


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.