Laporkan Masalah

Makna Perayaan 70 Tahun Bagi Lansia: Studi Kasus Tiga Lansia Kelas Menengah Atas di Yogyakarta

GEMALA MARINDA, Dr. Atik Triratnawati, M.A.

2017 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Bertambahnya angka harapan hidup di Indonesia membuat akademisi dan pembuat kebijakan memberikan perhatian lebih pada isu-isu yang berkaitan dengan populasi lanjut usia (lansia). Tema yang sering dibahas berkaitan dengan lansia adalah gerontology, psikologis, dan kebijakan untuk lansia. Namun akhir-akhir ini terdapat sebuah fenomena di kalangan lansia untuk merayakan ulang tahun ke 70. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna usia 70 bagi lansia dan alasan melakukan perayaan ulang tahun secara besar-besaran. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan observasi partisipasi pada tiga informan yang tinggal di Yogyakarta mulai tanggal 26 April 2017 sampai tanggal 4 Juni 2016. Informan terdiri dari satu pria dan dua wanita kelas atas yang mewakili tingkat pendidikan dan profesi yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa perayaan ulang tahun ke 70 sama halnya dengan slametan bagi orang Jawa. Meski perayaan ulang tahun ke 70 merupakan bentuk akulturasi budaya Barat, namun unsur-unsurnya sudah disesuaikan dengan budaya Jawa. Hal ini terlihat dari rangkaian acara perayaan ulang tahun, yaitu berdoa bersama dan pemotongan tumpeng secara simbolik. Maksud dari perayaan ulang tahun ke 70 berbeda bagi tiap individu, begitu pula makna usia 70 tahun. Pemaknaan usia 70 tahun timbul berdasarkan kepercayaan dan perasaan masing-masing individu yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, lingkungan sosial, dan pengalaman pribadi. Dalam perayaan ulang tahun ke 70 yang dilaksanakan secara mewah atau besar-besaran, muncul tendensi untuk menunjukkan status dan kelas sosial mereka. Hal ini secara tersirat nampak dari rangkaian acara dan tamu yang diundang. Selain itu, menggunakan konsep praja bagi orang Jawa, perayaan ulang tahun ke 70 secara mewah sangat wajar dilakukan untuk menghargai diri dan memberikan kesan yang baik bagi para tamu undangan yang datang.

The increase of life expectancy in Indonesia pushes academicians and policy makers to give more attention to issues relating to the elderly population. The themes often discussed are gerontology, psychology, and policies for the elderly. However, lately, there is a phenomena among the elderly citizens, which is the celebration of the 70th birthday. The objective of this research is to know what the age of 70 means to the elderly and the reason for celebrating it grandly. The data was collected using the method of in-depth interviews and participative observations on three informants who live in Yogyakarta, starting on 26th April 2017 to 4th June 2016. The informants consists of one man and two women from middle upper class with different education background and profession. According to the research results, it is discovered that celebrations of the 70th birthday is the same as slametan in Javanese culture. Even though the celebration of 70th birthday is a result of Western acculturation, the elements of the event is suited to the Javanese culture. This is apparent through the series of events in the celebration, which consists of praying together and the symbolic cutting of tumpeng. The significance of this celebration, and of being 70 years old differs to each individual. It is based on each personals level of education, social environment, and private experiences. 70th birthday celebrations which are held grandly have a tendency to show status and social class. This can be observed from the series of events and the guests who are invited. Other than that, by the use of the Javanese concept praja, grand and fancy celebrations are fitting to be held, in order to appreciate one self and give a good impression to the attending guests.

Kata Kunci : lansia, ulang tahun, 70 tahun, slametan, pemaknaan

  1. S1-2017-347768-abstract.pdf  
  2. S1-2017-347768-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-347768-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-347768-title.pdf