Laporkan Masalah

ADOPSI ABJAD HANGUL OLEH KELOMPOK ETNIS CIACIA

MICHIKO KARLINA MUJIZATYA MOKO, Drs. Muhadi Sugiono, M.A.

2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Penelitian ini akan membahas mengenai kelompok etnis Ciacia sebagai kelompok etnis pertama di Indonesia yang mengadopsi abjad angul. Ciacia adalah kelompok etnis dengan populasi 60.000 jiwa yang menetap di pulau kecil di Sulawesi Tenggara yang bernama Pulau Buton. Etnis Ciacia ini merupakan penduduk asli dari pulau tersebut. Pada tahun 2008, Walikota Baubau dan The Hunminjeongeum Society of Korea menandatangani Memorandum of Understanding. Etnis Ciacia merupakan bagian dari kerjasama budaya tersebut. Bahasa Ciacia tidak memiliki sistem penulisan dan dikhawatikan akan punah. Kerjasama antara pemerintah daerah dan NGO ini kemudian menghasilkan kesepakatan yang menyatakan bahwa abjad Hangul akan menjadi sistem penulisan bahasa Ciacia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa adopsi Hangul sebagai fenomena globalisasi. Hibridisasi dapat menjelaskan bagaimana dua budaya berbeda dapat menghasilkan percampuran budaya. Teori ini menenkankan pada adopsi budaya sebagai salah dimensid ari globalisasi. Studi kasus ini menarik diteliti karena pemikiran umum globalisasi selalu diidentikkan dengan homegenisasi sedangkan adopsi Hangul oleh Ciacia dapat dijelaskan melalui hibridsasi karena tidaknya pengabaian nilai-nilai lokal. Analisis yang berdasarkan survei dan observasi juga akan digunakan untuk menjelaskan latar belakang dari pihak yang menjalankan kerjasama ini. Penulis juga akan membahas intensi utama komunitas Ciacia dan aktor lain dalam memutuskan untuk mengadopsi abjad Hangul. Penelitian juga akan memuat dampak dari hal tersebut yang akan dihubungkan dengan konsep globalisasi budaya.

This paper will explore Ciacia as the first foreign ethnic group to adopt Hangul alphabet in Indonesia. Ciacia is an ethnic group with approximately 60,000 population. They are an indigenous people residing in remote island named Buton Island, Southeast Sulawesi. Baubau is an administrative city of the island. In 2008, a Memorandum of Understanding was signed by Baubau Mayor and The Hunminjeongeum Society of Korea. Ciacia was expected to be the part of the cultural project. Ciacia language has no writing system and nearly extinct. The cooperation between local government and NGO resulted a deal which stated that Hangul alphabet would be the writing system of Ciacia. The purpose of this research is to analyze the adoption as a globalization phenomenon. Hybridization can explain how two distinct cultures develop cultural mixture. This theory emphasizes on adoption/adaption of cultures as dimension of globalization. The case is interesting because general thinking of globalization is always indentified with homogenization while this case can be explained through hybridization because there is no abandonment on local norm and culture. An analysis of survey and observation that took place in 2014 will be used to explain the background of stakeholders, and true intention of Ciacia community, local government, and other actors of adopting the Hangul alphabet. The research will also contain the impact of it and will be analyzed through the cultural globalization concept.

Kata Kunci : Ciacia, Hangul, globalisasi, hibridisasi

  1. S1-2017-296731-abstract.pdf  
  2. S1-2017-296731-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-296731-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-296731-title.pdf