Laporkan Masalah

ADVOKASI LSM SIGAB PADA MASYARAKAT PENYANDANG DISABILITAS

SONYA DEWI SETYOWATI, Dr. Ambar Widaningrum, M.A.

2017 | Skripsi | S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)

LSM Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) merupakan organisasi nirlaba yang memiliki fokus pada hak-hak masyarakat disabilitas di DIY. Sebagaimana namanya, advokasi menjadi kegiatan penting yang dilakukan oleh lembaga ini dengan tujuan masyarakat disabilitas mampu mendapatkan hak-haknya secara penuh dengan berpegang pada prinsip inklusi. Advokasi menjadi penting untuk dilakukan sebab melalui advokasi akan tersampaikan kepada pemerintah sebagai aktor utama dalam hak asasi manusia bagi setiap masyarakatnya tentang isu publik berkaitan dengan disabilitas yang harus segera diatasi dengan sebuah kebijakan. Strategi advokasi serta pengelompokkan stakeholders menjadi hal yang penting untuk membuat advokasi yang dilakukan mampu mencapai tujuan sebagaimana mestinya. Penelitian ini berfokus pada advokasi yang dilakukan LSM SIGAB serta dominasi yang mampu diwujudkan LSM SIGAB dalam pemenuhan hak atas pembangunan di DIY. Guna memperdalam pada pembahasan yang akan dilakukan maka penelitian ini di bagi menjadi dua pembahasan yakni keberhasilan advokasi LSM SIGAB yang dipengaruhi oleh strategi advokasi dan pengelompokkan stakeholders yang diterapkan, serta pembahasan kedua berupa wujud dominasi LSM SIGAB dalam pemenuhan hak atas pembangunan bagi masyarakat disabilitas dan hal-hal yang memengaruhi sehingga LSM SIGAB lebih dominan dibandingkan dengan pemerintah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus, yang dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan wawancara serta dokumentasi dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa advokasi yang dilakukan LSM SIGAB dengan menggunakan strategi advokasi sebagaimana yang disebutkan Valerie Miller dan Jane Covey serta pengelompokkan stakeholders sebagaimana diungkapkan Topimasang dengan dilengkapi prinsip inklusi dapat berhasil. Selain itu, hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa RINDI menjadi wujud dominasi LSM SIGAB dengan bukti RINDI mampu menjadikan masyarakat difabel mampu berdaya, mampu menggelar kegiatan untuk masyarakat, mampu mengelola aset desa dengan pengelolaan SID, serta dilibatkannya masyarakat difabel dalam pembangunan desa melalui musrenbangdes yang terwujud dengan adanya dukungan dari internal maupun ekternal. Serta pada penelitian ini menyatakan bahwa dominasi LSM dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya intensitas dialog dengan masyarakat, pemaham charity yang masih ada di pemerintah, pandangan tentang urgensifitas terhadap isu publik yang ada , tanggapan terhadap isu publik (reaktif vs inisiatif), pelaksanaan kegiatan sebagai jalan keluar (wacana vs tindakan nyata), intensitas pendampingan.

Sasana Integrasi and Advokasi Disabled (SIGAB) is a non-profit organization that focuses on the rights of disability community in DIY. Advocacy becomes an important activity undertaken by this institution with the aim of the disability community to obtain its full rights by adhering to the principle of inclusion. In addition, advocacy has an important role in channeling issues related to disability that must be addressed by a policy. Advocacy strategies and grouping of stakeholders are important to achieve the objectives as they should be. This research focuses on advocacy by SIGAB and the dominance in fulfilling the right to development in DIY. In order to deepen the discussion that will be conducted, the research is divided into two discussions; the first discusses the success of SIGAB advocacy which influenced by advocacy strategy and grouping of applied stakeholders, and the second one discusses the domination of SIGAB in fulfilling the right of development for disability community and what affects it so that the SIGAB is more dominant than the government. This research is a qualitative research case study, which in data collecting researcher uses interview and documentation, as well as literature study. The results of this study suggest that advocacy by SIGAB using advocacy strategies as mentioned by Valerie Miller and Jane Covey as well as grouping of stakeholders as disclosed by Topimasang with inclusion principles will work. In addition, this study states that RINDI becomes the dominance of SIGAB with the evidence RINDI that can make people with disabilities able to hold activities for the community, manage village assets with SID management, and get involved in rural development through musrenbangdes which is realized with the internal and external support. This study also states that the dominance of NGOs is influenced by several things such as the intensity of dialogue with the community, the prevailing charity understanding in the government, views on the urgency of public issues, public responses (reactive vs. initiatives), the execution of activities as a way out (Discourse vs. concrete action), intensity of assistance.

Kata Kunci : Advokasi, Hak Asasi Manusia, Hak Atas Pembangunan, Disabilitas, Dominasi

  1. S1-2017-347982-abstract.pdf  
  2. S1-2017-347982-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-347982-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-347982-title.pdf