Laporkan Masalah

HUBUNGAN FREKUENSI PAPARAN INTERNET YANG BERMUATAN PORNOGRAFI DENGAN JUMLAH PASANGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

PRIMASARI ISWARDANI HIJRIYAH, dr. Edi Patmini S. S., Sp.OG ; dr. Diah Rumekti H., M.Sc.,Sp.OG(K)

2017 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

Latar belakang: Saat ini teknologi informasi semakin dijangkau oleh kalangan manapun termasuk remaja. Hal ini tidak menutupi kemungkinan menyebarnya informasi yang menyimpang seperti pornografi melalui internet yang sering digunakan dan mudah diakses dimanapun dan kapanpun oleh remaja. Penggunaan internet bermuatan pornografi ini dapat memicu remaja untuk melakukan perilaku seksual berisiko, seperti hubungan seksual pranikah yang berpotensi menyebabkan infeksi menular seksual, HIV/AIDS, dan peningkatan risiko kehamilan diluar nikah. Pada remaja yang memilih untuk melakukan hubungan seksual pranikah, mereka cenderung meniru apa yang dilihat atau disaksikan lewat media pornografi tersebut sehingga tidak jarang mereka melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang. Tujuan: Mengetahui hubungan antara frekuensi paparan internet yang bermuatan pornografi dengan jumlah pasangan seksual pada remaja pengguna internet. Metode: Jenis penelitian adalah observasional dengan desain penelitian cross-sectional analitik. Data yang dibandingkan adalah adalah frekuensi paparan dan jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja selama melakukan hubungan seksual (coitus). Subjek adalah remaja berusia 18-24 tahun yang mengisi kuesioner online. Data penelitian diolah dengan metode chi-square dan analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh faktor penganggu terhadap jumlah pasangan seksual pada remaja pengguna internet. Hasil: Dari 461 subjek penelitian, ditemukan 82,2% mengaku pernah mengakses pornografi dan 54,1% mengaku memiliki jumlah pasangan seksual lebih dari satu (multipartner). Odds ratio antara frekuensi akses pornografi dan multipartneradalah (OR 1,38; CI 95% 0,42-4,53). Dari analisis multivariat, tidak ditemukan hal yang berpengaruh secara signifikan terhadap multiple partner. Penelitian ini menggunakan metode pengisian kuesioner online tidak menjamin kejujuran responden sehingga dilakukan pertanyaan berulang untuk menguji validitas dan kejujuran responden tersebut. Meskipun demikian, penelitian ini dapat menjamin kerahasiaan subjek. Kesimpulan: Frekuensi paparan yang semakin tinggi tidak berpengaruh pada jumlah pasangan seksual lebih dari satu. Kata kunci: multiple partner, pornografi, coitus, seks premarital.

Background: Nowadays, information technology is widely accessible to everyone including adolescent. As consequences, there are no boundaries of what kind of information can be accessed. The exposure of negative content such as pornography is inavoidable. This exposure to pornography is a trigger of risky sexual behaviour in adolescent. Premarital sexual intercourse is a potential cause of sexually transmitted infection (STI). It also increases the risk of premarital-underage pregnancy. Adolescent tend to imitate this risky sexual behaviour as they watch and read pornography content. This finally lead to multipartner sexual behaviour. Objective: to investigate the correlation of internet-mediated pornography exposure frequency and multipartner sexual behaviour in adolescent. Method: This is an observational investigation using analytic cross-sectional design. We compared data of the number of sexual partner and internet-mediated pornography exposure in adolescent. The subjects were adolescents aged 18-24. The data was gathered from an online questionnaire. Chi-square analysis is used to process the data. Multivariate analysis is also used to analyse the confounding factors (religion, sexual and reproductional education, pornography exposure). Hasil: From 461 experiment subjects, 82,2% ever access pornography, and 54% ever doing premarital sexual intercourse with more than one partner (multiple partner). Odds ratio between frequency access pornography and multiple partner is 1.38 (0,42-4.53). From multivariate analysis not found the influence significantly to multiple partner. This experiment used online questionnaire do not ensure subject's honesty, so to validate it using re-question. This experiment can secure subject's confidential. Conclusion: The exposure of pornography using intenet media is not correlated significantly to sexual behaviour (multiple sex partner) on adolescent. Key word: multiple partner, pornography, coitus, premarital sex

Kata Kunci : multiple partner, pornografi, coitus, seks premarital