Laporkan Masalah

Hubungan Konfigurasi dan Elemen FIsik Ruang dengan Aktivitas Kriminal di Kawasan Tambakbayan, Babarsari

ABUBAKAR ALBAAR, Prof. Ir. T. Yoyok Wahyu Subroto, M.Eng., Ph.D.

2017 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Pertumbuhan angka kriminalitas di Indonesia cenderung meningkat, tidak terkecuali di Yogyakarta. Kawasan Babarsari merupakan salah satu kawasan yang mengalami perkembangan sangat pesat. Kawasan tersebut pula merupakan kawasan dengan tingkat kerawanan tertinggi, di mana selama kurun waktu setahun (2014-2015), telah terjadi 49 kasus kriminalitas (Data Polsek Depok Barat). Ruang adalah wadah di mana manusia melakukan interaksi, baik dengan sesamanya maupun dengan lingkungan. Dari interaksi tersebut, memunculkan suatu pola ruang yang disebut Konfigurasi Ruang (Hillier,1996). Beberapa teori yang berkembang menegaskan hubungan antara konfigurasi dan elemen fisik ruang dengan aktivitas kriminal, diantaranya di dalam tulisan Jacobs (1961) dalam Eye of The Street, Paulsen (2013) dalam Crime and Planning, dan Newman (1972) dalam Defensible Space. Penelitian ini menggunakan paradigma rasionalistik dengan metode kuantitatif dan pendekatan deskriptif. Dimana data yang dikumpulkan adalah data bentuk konfigurasi ruang, elemen fisik ruang, dan aktivitas kriminal. Data dianalisis dan dibahas dengan bantuan space syntax guna memperoleh hubungan yang jelas antara konfigurasi dan elemen fisik ruang dengan aktivitas kriminal. Secara umum, aktivitas kriminal yang terjadi di kawasan Tambakbayan dipicu oleh kondisi bangunan hunian yang terawat, aksesibilitas kawasan yang tinggi, akses bangunan yang bebas, serta kurangnya surveillance (pengawasan). Aksesibilitas yang tinggi adalah apabila bangunan berada pada area yang memiliki banyak koneksi dan terintegrasi baik sehingga bangunan mudah diakses dari luar dan dalam kawasan. Akses bangunan bebas ditandai dengan ketiadaan pembatas teritori dan pembatas akses sehingga calon pelaku dapat bebas masuk ke dalam bangunan. Kurangnya surveillance (pengawasan) adalah di mana kondisi fasad bangunan masif, fasilitas pencahayaan jalan yang tidak tertata/kurang ideal serta berada pada area yang sepi aktivitas sehingga mengurangi/membatasi surveillance dari dalam maupun luar bangunan. Bangunan hunian yang terawat dalam konteks aktivitas pencurian berkaitan dengan potensi material sedangkan dalam konteks aktivitas penganiayaan, hunian yang terawat merupakan representasi kost-kostan dan rumah kontrakan bagi mahasiswa sebagai mayoritas korban.

There is an increasing tendency on the growth of criminal number in Indonesia, including in Yogyakarta. Babarsari Area is one of the areas with very rapid increase level of criminal number. The area is also an area with the highest crime rate, which in the range of one year (2014-2015), there are 49 criminal cases (Data of West Depok Sector Police Station). Space is a place in which human beings interact, both with fellow humans and environment. From the interactions, there is a spatial pattern called as Space Configuration (Hillier,1996). There are some developing theories giving confirmation on the relationship of configuration space and physical elements with crime activities, among others are in the writing by Jacobs (1961) in Eye of The Street, Paulsen (2013) in Crime and Planning, and Newman (1972) in Defensible Space. This research uses quantitative rationalistic method with descriptive approach. The data taken is in the forms of configuration space, spatial physical elements and criminal activities. The data is analyzed and discussed with assistance of space syntax so that it can obtain clear correlation of configuration space and spatial physical elements with criminal activities. In general, the criminal activity that occurred in Tambakbayan area are triggered by the condition of residential buildings, high accessibility area, free building access, and lack of surveillance (supervision). High accessibility is where buildings are located in areas with multiple connections and are well integrated so buildings are easily accessible from outside and within the area. Free building access is characterized by the absence of territorial and access restrictors limits so that potential perpetrators can freely enter the building. Lack of surveillance (supervision) is where the facade of massive buildings, road lighting facilities are not organized / less ideal and is in a quiet area of activity thereby reducing / restrict surveillance from within and outside the building. Residential buildings are maintained in the context of theft activities related to material potential whereas in the context of maltreatment activities, well-maintained residence is a representation of boarding house and rented house for students as the majority of the victims.

Kata Kunci : Konfigurasi ruang, Elemen fisik ruang, Aktivitas kriminal, Space syntax / Configuration space, Spatial physical elements, Criminal activity, Space syntax