Laporkan Masalah

KENIKMATAN DAN PROYEKSI IDENTITAS: AKTIVITAS MENONTON MANTAN PREMAN YOGYAKARTA TERHADAP SINETRON PREMAN PENSIUN

YUL RACHMAWATI, Dr. Budi Irawanto

2017 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media

Pada saat Orde Baru, para preman dianggap sebagai pelaku kejahatan yang dapat menganggu stabilitas politik negara. Berbagai macam tayangan televisi pun tidak pernah menampilkan preman sebagai tema cerita hingga sinetron Preman Pensiun (PP) hadir sebagai sinetron komedi pertama di Indonesia yang menceritakan kehidupan mereka. Hal ini menggerakan keingintahuan saya tentang aktivitas menonton para mantan preman Yogyakarta pada sinetron PP. Penelitian ini merupakan penelitian audiens dengan sudut pandang konstruksionis. Penelitian ini mengasumsikan bahwa ketika menonton sinetron PP, para mantan preman mengonstruksi dan memberi makna sekaligus dikonstruksi berdasarkan latar belakang budaya. Data dikumpulkan melalui wawancara dan partisipasi observasi selama tujuh bulan, kemudian dikategorisasikan untuk mendapatkan wawasan tentang temuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para informan menjadikan televisi sebagai media yang dekat dengan kehidupannya. Para informan juga menonton sinetron PP dengan emosional berdasarkan latar belakang budaya masing-masing. Sinetron ini juga menjadi ruang bagi para informan untuk melarikan diri dari dunia nyata dan beralih pada 'realitas' lain yang dapat menghibur diri (entertainment), mengisi waktu senggang (leisure), sebagai suatu pelarian dari kekecewaan yang diperoleh dalam hidupnya (escape), dan sebagai teman untuk mengusir bosan (friend). Aktivitas menonton televisi dalam penelitian ini juga membawa kesimpulan pada sebuah kenikmatan (pleasure), yang pada akhirnya menjadi kenikmatan yang ironis (ironic pleasure) dan paradoks ketika mereka berjarak dengan kenikmatan tersebut. Sinetron ini membawa para informan terhadap rasa cemas akan stigma yang dapat muncul kembali, sekaligus kebanggaan terhadap kekuasaan yang mereka miliki pada masa lalu. Dengan demikian, para informan merasa perlu untuk menjaga kontinuitas biografis mereka sebagai bagian dari proyeksi identitasnya.

During the Indonesian New Order, thugs were perceived as criminals who could disturb the country's political stability. Various kinds of television shows never showed thugs as the theme of soap operas until Preman Pensiun (PP) soap opera is aired as the first comedy soap opera describing thugs' life. This fact has aroused my curiosity about Yogyakarta former thugs watching activity on PP soap opera. This research is an audience research with its constructionist view theory used as the focus. Then, this research assumes that while watching PP soap opera, the former thugs construct and are constructed, as well as give meanings differently based on their cultural experience. Data were compiled through interviews and observation-participation for seven months, then categorized to enable me to gain the insight of the findings. This study concludes that the informants made television as a medium which is close to their life. The informants also watch PP emotionally based on their cultural experiences. This soap opera is also a space for informants to escape from the real world and move on to other 'realities' that can entertain themselves (entertainment), fill their leisure time (leisure), as an escape from disappointment gained in their lives (escape), and as a friend to deprive boredom (friend). Television watching activity in this research also brings a conclusion to a pleasure which eventually becomes an ironic pleasure and paradox when they are away with that pleasure. Besides, this soap opera also brings the informants to anxiety about the stigma that can reappear as well as the pride of power that they have in the past. Thus, the informants need to maintain their biographical continuity as a part of their identity project.

Kata Kunci : preman, televisi, penelitian audiens, kenikmatan, identitas / thugs, television, audience research, pleasure, identity