FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UJI TUBERKULIN POSITIF PADA ANAK DENGAN KEGANASAN

ALEXANDRA WIDITA SP, dr. Rina Triasih, M.Med(Paed), Ph.D, SpA(K).; Dr. dr. Sri Mulatsih, SpA(K), MPH.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik

Latar belakang Tingginya insidensi tuberkulosis (TB) diakibatkan oleh tidakterdeteksinya infeksi laten TB sejak masa anak-anak. Transmisi TB akan meningkat apabila anak-anak berada dalam kondisi imunokompromais. Salah satu kondisi imunokompromais yang insidensinya meningkat adalah keganasan. Obyektif Mengetahui prevalensi uji tuberkulosis positif pada keganasan serta faktor-faktor yang kaitan. Metode Kami melakukan penelitian cross sectional sejak Agustus 2016 hinggFebruari 2017 di RSUP Dr. Sardjito. Kriteria inklusi adalah anak berusia di bawah 18 tahun yang terdiagnosis keganasan dan menyetujui informed consent. Anak dalam kondisi sakit berat dan sudah pernah menjalani terapi TB termasuk dalamkriteria eksklusi. Anak-anak tersebut menjalani wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi, uji tuberkulin, pemeriksaan sputum dan foto toraks.Hasil Terdapat 131 anak yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Prevalensi uji tuberkulin positif 9,2%. Uji tuberkulin positif lebih banyak terjadi pada anak lakilaki (RP 1,64; IK 95% 0,52-5,18), dengan gizi buruk/kurang (RP 1,66; IK 95%0,55-4,95), disertai neutropenia (RP 1,16; IK 95% 0,02-1,22). Usia muda lebih jarang mengalami hasil positif (RP 0,38; IK 95% 0,52-5,18). Kontak erat TB dilaporkan pada kasus uji tuberkulin positif (RP 2,29; IK 95% 0,36-14,45). Kesimpulan Prevalensi uji tuberkulin positif pada anak dengan keganasan adalah 9,2%. Penelitian ini belum dapat menyimpulkan hubungan antara jenis kelamin, usia muda, status gizi, derajat neutropenia, dan riwayat kontak erat TB pada anak dengan keganasan.

Background High incidence of tuberculosis might be due to undetected latent TB infection during childhood. The transmission increased when the children were inimmunocompromised state. Malignancy in children is one ofimmunocompromised state in which incidence augmented nowadays. Objectives Describe the prevalence of positive tuberculin test and associatedfactors in children with malignancy. Methods We conducted a cross sectional study since August 2016 until February 2017 in RSUP Dr. Sardjito. The inclusion criteria were children below 18 yearsold who were diagnosed with malignancy and gave consent. Children who were critically ill or already had TB treatment were excluded. They underwent historytaking, physical examination, peripheral blood examination, tuberculin test, sputum examination, and chest X-ray. Results There were 131 children participated in this study. The prevalence ofpositive tuberculin test was 9.2%. Positive tuberculin test mostly occur in males (PR 1.64; 95%CI 0.52-5.18), undernourished (PR 1.66; 95%CI 0.55-4.95), with neutropenia (PR 1.16; 95%CI 0.02-1.22). Young age less likely to yield positive result (PR 0,38; 95%CI 0,09-1,67). TB contact was reported in positive tuberculin cases (PR 2.29; 95%CI 0.36-14.45). Conclusion Prevalence of positive tuberculin test in children with malignancywas 9.2%. This study was not able to conclude any association between sex,young age, nutritional status, degree of neutropenia, TB contact and positive tuberculin test in children with malignancy.

Kata Kunci : infeksi tuberkulosis, uji tuberkulin, anak, keganasan, tuberculosis infection, tuberculin test, children, malignancy