Laporkan Masalah

MODEL KONSERVASI RUSA TIMOR DI BAWAH TEKANAN PERBURUAN ADAT DAN PENGGEMBALAAN TERNAK DI TANJUNG TORONG PADANG, NUSA TENGGARA TIMUR

KAYAT, Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut., M.Sc.; Dr. Muhammad Ali Imron, S.Hut., M.Sc.; Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum

2017 | Disertasi | S3 Ilmu Kehutanan

Kawasan Tanjung Torong Padang memiliki potensi savana dan satwa liar yang dilindungi yaitu rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822). Masyarakat Suku Baar yang ada di sekitar kawasan tersebut memanfaatkan potensi yang ada melalui perburuan adat, pembakaran savana, dan penggembalaan ternak. Perilaku masyarakat tersebut diduga memengaruhi dinamika populasi rusa timor dan savana sebagai habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengestimasi ukuran populasi rusa timor dan faktor yang memengaruhinya; (b) mengetahui pengaruh pembakaran savana dan penggembalaan ternak terhadap daya dukung pakan rusa timor di kawasan Tanjung Torong Padang; (c) mengetahui praktek perburuan adat oleh masyarakat; dan (d) mengetahui skenario terbaik untuk pengelolaan populasi rusa timor di kawasan Tanjung Torong Padang dengan pendekatan analisis sistem. Penelitian dilakukan di kawasan Tanjung Torong Padang dan Desa Sambinasi dan Sambinasi Barat Kecamatan Riung Kabupaten Ngada Provinsi NTT mulai tanggal 20 Agustus 2014 sampai dengan 15 Maret 2015. Parameter yang diukur adalah populasi rusa timor, daya dukung pakan savana, dan sosial budaya masyarakat. Keterkaitan ketiga aspek tersebut dianalisis dengan memakai analisis sistem menggunakan perangkat Stella 9.0.2. Hasil penelitian menunjukkan populasi rusa timor di kawasan Tanjung Torong Padang dengan luas sekitar 850 ha pada tahun 2014 sebanyak 60 ± 4,7 ekor. Populasi tersebut di bawah nilai daya dukung kawasan Tanjung Torong Padang untuk rusa timor. Daya dukung kawasan tersebut pada musim kemarau adalah 224 ± 44,5 ekor, sedangkan pada musim hujan adalah 1.044 ± 230,4 ekor. Kelebihan daya dukung dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penggembalaan ternak milik masyarakat. Pembakaran savana berdampak positif pada peningkatan produktivitas, kualitas, dan daya dukung pakan. Sementara itu, kuda tidak berpotensi menjadi pesaing bagi rusa timor. Pemanfaatan rusa timor dalam bentuk perburuan adat diatur oleh penerapan aturan adat dan sanksi yang ketat serta penggunaan teknik dan peralatan tradisional dalam kegiatan tersebut. Hasil simulasi menunjukkan pola yang saat ini berjalan sudah mendukung kelestarian populasi rusa timor dan habitatnya. Model konservasi melalui pengaturan intensitas perburuan adat, pembakaran savana, dan penggembalaan ternak memberikan kesempatan kepada populasi rusa timor untuk berkembang secara alami mencapai populasi sesuai dengan daya dukungnya. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan Tanjung Torong Padang mendukung pelestarian populasi rusa timor dan habitatnya, serta memberikan kesejahteraan kepada masyarakat melalui kelestarian budayanya. Pendekatan sistem dapat memberikan gambaran dinamika populasi rusa timor jangka panjang.

Torong Padang Cape has savanna potency and timor deer (Rusa timorensis Blainville 1822) which is a protected wildlife species. Baar Tribe community that live around the region takes advantages by utilizing the area exceeding its capacity through traditional hunting, savanna burning and livestock grazing. Local people’s behaviors allegedly affect the timor deer population dynamics and savanna as timor deer habitats. This study was aimed to (a) estimate the timor deer population size and determine the influence factors; (b) examine the effect of savanna burning and livestock grazing on the feed carrying capacity of deer timor in Torong Padang Cape; (c) investigate the traditional hunting practices of the local communities; and (d) determine the best scenario for the timor deer population management in the Torong Padang Cape area using systems analysis approach. This study was conducted in the Torong Padang Cape area, Sambinasi and West Sambinasi Village, Riung District, Ngada Regency, NTT Province on August 20, 2014 until March 15, 2015. The parameters measured were the timor deer population, feed carrying capacity on savanna, and public perception on the timor deer conservation. The links among these three aspects were analyzed with analysis of systems method using Stella 9.0.2 software. The results showed that in 2014, timor deer population in the Torong Padang Cape area which cover approximately 850 ha of savanna is 60 ± 4.7 individuals. This population was below the carrying capacity of Torong Padang Cape for timor deer which is 224 ± 44,5 individuals in the dry season, and 1.044 ± 230,4 individuals in the rainy season. The excess of feed carrying capacity can be utilized for the community-owned livestock grazing. Savanna burnings have a positive impact on improving productivity, quality, and carrying capacity of feed. Meanwhile, horses were not potentially become a competitor for the timor deer. There are strict regulations under customary laws upon the timor deer hunting in terms of techniques and equipment used. The simulations showed that the existing utilization patterns supported timor deer population sustainability and its habitat. Conservation models through customary rules on hunting intensities, savanna burning and livestock grazing allow timor deer populations to evolve naturally and reaches a population in accordance with feed carrying capacities. Community involvements in the Torong Padang Cape management is able to support the conservation of timor deer population and habitat, as well as to improve the welfare of local society through culture preservations. Furthermore, the ‘systems approach’ illustrates an overview on timor deer population dynamics in long-term.

Kata Kunci : populasi rusa timor, perburuan adat, penggembalaan ternak, model konservasi, Tanjung Torong Padang; timor deer population, traditional hunting, savanna burning, livestocks grazing, conservation models, Torong Padang Cape

  1. S3-2017-338346-abstract.pdf  
  2. S3-2017-338346-bibliography.pdf  
  3. S3-2017-338346-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2017-338346-title.pdf