Laporkan Masalah

KATA SERAPAN DAN KOSAKATA BAHASA PRANCIS DALAM RANAH KULINER DAN MODE DI INDONESIA

HAYATUL CHOLSY, Prof.Dr. I Dewa Putu Wijana,S.U., M.A ; Dr.Wening Udasmoro, M.Hum., DEA

2017 | Disertasi | S3 Linguistik

Penelitian ini bertujuan untuk membahas kata serapan dari bahasa Prancis yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dalam ranah kuliner dan mode baik secara kebahasaan maupun pemakaiannya yang tidak konsisten di masyarakat tetapi mengalami perkembangan yang signifikan dewasa ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa muncul ketidakkonsistenan di dalam pemakaian kata serapan tersebut dan di saat yang bersamaan pemakaiannya mengalami perkembangan yang signifikan. Terkait permasalahan tersebut ada beberapa hal yang perlu dibahas yaitu kontak antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang memunculkan adanya penyesuaian-penyesuaiaan terkait adanya perbedaan sistem kebahasaan, status, serta fungsi kata serapan tersebut dalam masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan data tertulis yaitu berupa kosakata dari bahasa Prancis dalam bidang kuliner dan mode yang terdapat di dalam kamus-kamus dan juga pemakaian kata serapan tersebut dari majalah Femina. Selain data tertulis, data diambil dari hasil wawancara dengan para pelaku kuliner dan mode dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori dalam bidang linguistik untuk menganalisis hal-hal yang berhubungan dengan kata serapan secara lebih mendalam dan bidang sosial untuk menganalisis perkembangan pemakaian kata serapan dilihat dari perilaku dan praktik sosial masyarakat. Dalam bidang linguistik, teori kontak bahasa Weinrich yang menyatakan bahwa pengaruh bahasa asing muncul karena ada kontak bahasa yang terjadi antara penutur atau pemakai suatu bahasa dan penutur atau pemakai bahasa lainnya. Di dalam kontak bahasa tersebut terjadi penyesuaian-penyesuaian yang meliputi penyesuaian dalam bidang fonologi, morfologi, dan semantik karena adanya perbedaan sistem kebahasaan antara bahasa penyerap dengan bahasa yang diserap. Dalam bidang sosial, teori distingsi yang dikemukakan oleh Bourdieu yang berhubungan dengan kelas sosial dan praktik sosial di dalam masyarakat yang direpresentasikan di dalam perilaku bermasyarakat. Hasil analisis dalam bidang linguistik menunjukkan bahwa adanya kontak antara bahasa Prancis dengan bahasa Indonesia yang dimulai dari masa penjajahan Barat di Indonesia sampai sekarang. Kontak bahasa tersebut lebih intensif lagi di dalam ranah kuliner dan mode karena Prancis merupakan kiblat kuliner dan mode dunia. Dalam bidang fonologi ada penyesuaian bunyi vokal dan konsonan yang menyesuaikan ortografinya sehingga pelafalan sesuai dengan sistem fonologi bahasa Indonesia. Dalam bidang semantik sebagian besar kata serapan tidak mengalami perubahan makna karena kata yang diserap hampir seluruhnya merupakan kata benda nom propre ‘nama diri’. Perubahan makna kata serapan pada ranah mode lebih banyak daripada ranah kuliner. Wujud perubahan makna tersebut perubahan makna menyempit, perubahan makna meluas dan perubahan referensi. Penyesuaian secara morfologi tidak ada dalam ranah kuliner dan mode. Secara umum kata serapan dalam ranah kuliner dan mode ini dapat dikatakan belum berintegrasi penuh dalam bahasa Indonesia dan peluang interferensi masih ada. Selain itu dalam bidang linguistik ada temuan istilah kata akulturasi yaitu kosakata bahasa asing yang diserap dan digunakan dalam bahasa Indonesia yang tidak mengalami penyesuaian secara fisik akan tetapi mengalami penyesuaian dan perubahan di dalam maknanya. Jika sebelumnya dikenal istilah kata serapan dan kata pinjaman maka kata akulturasi ini tidak masuk dalam dua kategori tersebut. Hasil analisis dalam bidang sosial menunjukkan bahwa kata serapan dari bahasa Prancis dalam ranah kuliner dan mode merupakan distingsi yang membedakan kelas sosial baik secara internal maupun eksternal dan pemakaiannya merupakan bagian dari gaya hidup. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kata serapan dan kosakata dari bahasa Prancis dalam ranah kuliner dan mode di Indonesia mengalami ketidakkonsistenan di dalam pemakaiannya baik secara fonologi maupun semantik sebagai upaya penutur Indonesia di dalam menyederhanakan bahasa Prancis tanpa mengabaikan nilai prestisenya.

This research discusses French loanwords used in the Indonesian culinary and fashion sectors, including both their linguistic aspects and their use which, though inconsistent, has recently experienced significant developments. The problem in this research is why there is inconsistency and at the same time their use is experiencing significant developed. Related to this problem there are several things to be discussed, language contact between French and Indonesian who bring their adaptation related to differences of language system, the status of loanwords, and their function in Indonesian society. This research uses the written data from French loanwords in the Indonesian’s culinary and fashion dictionaries and the use of loanwords from the magazine Femina. In addition to the written data, the data is taken from interviews with the actors of culinary and fashion using the technic of depth interview. This research combines linguistic theory, to examine loan words in greater detail, and social studies, to analyze language use developments as seen from social behavior. In linguistics, the theory of language contact by Weinrich states that foreign-language influence on a language occurs because of language contact between speakers/users of that language and speakers/users of the other language. In this language contact, certain adaptations are made to phonology, morphology, and semantics because of the different language systems of the adapting and adapted languages. In social studies, the theory of distinction, pioneered by Bourdieu, relates to social class and social practices, as represented in social behavior. Linguistic analysis indicates that language contact has occurred between French and Indonesian from the colonial period until now. This language contact has been most intensive in the culinary and fashion spheres, because French food and fashion are referenced worldwide. In phonology, adaptations occur to vowels and consonants in accordance with words' spelling; as such, pronunciation is adapted to match the Indonesian phonological system. Semantically, most loan words do not experience any shift in meaning, because almost all of the words adopted are nom propre ‘proper nouns’. More shifts in meaning are evident in the fashion sphere than in the culinary sphere. These shifts may involve a narrowing or broadening of meaning, or a change of reference. Morphological adaptation does not occur within the culinary and fashion sphere. In general, French loanwords in Indonesian culinary and fashion do not fully integrate yet in Indonesian and there are still chances of interference. Related to semantic adaptation, the findings of this research is the term kata akulturasi, foreign vocabularies that are absorbed and used in Indonesian are not adjusted physically but not semantically. Formerly in Indonesian there are kata serapan and kata pinjaman so kata akulturasi is not included in the two categories. Sociological analysis, meanwhile, indicates that French loanwords are used in the culinary and fashion sphere as a form of distinction, to internally and externally separate social classes. Analysis also indicates that the use of loanwords is part of a lifestyle. It can be concluded that there are inconsistencies phonologically and semantically in the use of French loanwords and vocabularies in the Indonesian culinary and fashion as an effort of Indonesian speakers to simplify French language without neglecting the prestige value.

Kata Kunci : kata serapan, bahasa Prancis, bahasa Indonesia, kuliner, mode, loan words, French language, Indonesian language, culinary, fashion.

  1. S3-2017-325134-abstract.pdf  
  2. S3-2017-325134-bibliography.pdf  
  3. S3-2017-325134-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2017-325134-title.pdf