Laporkan Masalah

DINAMIKA NILAI EKOLOGI LOKAL, IDENTITAS SOSIAL DAN EFIKASI KOLEKTIF DALAM PERILAKU PROLINGKUNGAN PADA MASYARAKAT AGRARIS DI PERBUKITAN MENOREH

R. PASIFIKUS CHRISTA WIJAYA, Prof. Dr. Faturochman

2017 | Tesis | S2 Psikologi

Kehidupan masyarakat agraris tidak terpisahkan dari alam. Ancaman kerusakan lingkungan menimbulkan kesadaran untuk berperilaku prolingkungan, baik secara individual maupun berkelompok. Penelitian kualitatif ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana bentuk nilai ekologi, dinamika aktivasi nilai ekologi dan keterlekatan sosial dalam perkembangan gerakan prolingkungan yang dilakukan oleh masyarakat agraris di perbukitan Menoreh. Pendekatan etno-fenomenologi dilakukan terhadap 5 informan yang melakukan gerakan prolingkungan berupa pertanian alami, penangkaran benih lokal dan pelarangan perburuan di perbukitan Menoreh. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan. Alam dimaknai sebagai pribadi yang hidup. Kedekatan dengan alam membawa perasaan damai (ayem tentrem). Budaya Jawa mengajarkan memayu hayuning bawana berupa nilai biosferik niteni (memperhatikan dengan teliti), gemati (memelihara dengan kasih sayang) dan nilai altruistik nguri-uri (menjaga warisan bagi generasi selanjutnya) sebagai basis utama perilaku prolingkungan. Kesejahteraan manusia dipercaya bergantung pada kelestarian alam, sehingga permasalahan lingkungan membawa kekhawatiran agen akan masa depan. Kesadaran lingkungan, didukung oleh efikasi, tumbuh menjadi perilaku prolingkungan. Kelembagaan gerakan prolingkungan dimulai dari pembentukan wacana informal antar masyarakat yang memiliki kedekatan personal. Lingkaran ini mudah menerima persuasi karena bias ingrup. Informasi yang diterima dari lingkaran dekat dipercaya memiliki tingkat kejujuran tinggi (apa anane) dan dianggap bersih dari tujuan-tujuan sepihak (ora ngakali). Wacana yang terbentuk kemudian diangkat oleh agen menjadi kesepakatan bersama untuk melakukan aksi. Secara kultural, agen yang berhasil menghidupkan gerakan prolingkungan memiliki partisipasi tinggi dalam kegiatan masyarakat (akeh srawung), dipercaya masyarakat sebagai simpul informasi dan memiliki jaringan dengan pengampu kebijakan lokal (atau "tokoh kunci"), yaitu dukuh, lurah, dinas terkait dan pemuka masyarakat. Gerakan prolingkungan dapat berkembang pesat setelah mendapat dukungan institusi pengampu kebijakan, seperti desa dan dinas pertanian. Tanpa dukungan dari tokoh kunci, efikasi kolektif akan melemah karena gerakan prolingkungan kehilangan akses menuju kesepakatan dan konformitas kolektif (rembug desa).

The life of Agrarian community undoubtly inseparable from nature. Common awareness about environmental threats give birth to proenvironmental behaviour. This qualitative study intends to find out the ecological value, activation of ecological value and social movement carried out by the agrarian society in the Menoreh hills. Phenomenological approach conducted on five informants who do proenvironmental movement (organic agriculture, local seed conservation and a ban on hunting). Informants were selected based on purposive sampling technique. The results showed some conclusions. Nature interpreted as a living others. The closeness to nature brings a sense of peace (tentrem). Javanese culture teaches the biosphere value of niteni (pay close attention), gemati (nurture with love) and altruistic values of nguri-uri (keeping the legacy for the next generation) as the main bases of proenvironmental behavior. Human welfare is believed to depend on the preservation of nature, so that the environmental problems brought worries about the future. Environmental awareness, supported by individual and group efficacy, grew into proenviromental behavior. Proenviromental movement starting from the formation of informal discourse between people who have a personal relationship. This circle is believed to be receptive to persuasion. Discourse formed later became a mutual agreement to take action. Proenviromental movement can develop rapidly after obtaining institutional support (policies maker), such as rural and agricultural bureau.

Kata Kunci : memayu hayuning bawana, proenvironmental behaviour, collective efficacy

  1. S2-2017-322346-abstract.pdf  
  2. S2-2017-322346-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-322346-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-322346-title.pdf