Analisis Faktor-faktor Kemiskinan dan Pemetaan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bantul Tahun 2011 dan 2015

ENI KRISWANDARI, Prof. Dr. Nopirin, M.A.

2017 | Tesis | S2 Ekonomika Pembangunan

Persentase penduduk miskin di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun terus menurun, tetapi jika dilihat di setiap wilayah yaitu desa masih menunjukkan kesenjangan antarwilayah. Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di DIY. Kabupaten Bantul juga memiliki persentase penduduk miskin yang terus menurun. Disparitas kemiskinan antara desa di Kabupaten Bantul juga masih tinggi dimana tingkat kemiskinan tertinggi di Bangunjiwo. Berdasarkan fakta tersebut penelitian ini berusaha untuk melihat pola sebaran kemiskinan pada tingkatan desa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten Bantul tahun 2011 dan 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi jumlah warga miskin, Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), APBDES, belanja modal, dan penerima PKH serta data peta wilayah. Untuk mengetahui pola sebaran kemiskinan alat analisis yang digunakan adalah dengan sistem informasi geografis dan keterkaitan spasial. sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan digunakan regresi panel (fixed effect model). Berdasarkan hasil analisis sistem informasi geografis diketahui bahwa kemiskinan yang tinggi banyak terdapat di bagian barat Kabupaten Bantul. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi kemiskinan desa di Kabupaten Bantul dalam rentang waktu 2011 dan 2015 adalah TPT, AMH, APBDES, proporsi belanja modal dan jumlah Penerima Program Keluarga Harapan Dengan autokorelasi spasial diketahui bahwa Pola sebaran kemiskinan di Kabupaten Bantul membentuk kantong-kantong kemiskinan dimana desa dengan jumlah warga miskin tinggi cenderung bertetangga dengan desa dengan jumlah warga miskin tinggi pula (hotspot). Daerah hot spot terkonsentrasi di wilayah Tirtonirmolo, Panggungharjo, Pendowoharjo, Guwosari, Sendangsari, Wijirejo, Sumbermulyo, Mulyodadi, Triharjo, Triwidadi.

The percentage of poor people in Bantul from year to year continue to decline, but when seen in each of the regions smaller at village shows the gap between regions. Bantul had the largest number of poor people in DIY with average figures are still higher than the national average. Bantul also has a high percentage of poor continues to decline. The poverty disparity between village in Bantul is still high where the highest poverty rate in Bangunjiwo. Based on these facts this study attempted to look at the spatial pattern of poverty at the level village and the factors that affecting poverty in the region of Bantul 2011 and 2015. The data used in this research is secondary data which include the percentage of the poor, literacy rates, unemployment rate, APBDES, capital expenditure and used PKH as well as a data map of the area. To determine the pattern of spread of poverty is an analytical tool used by geographic information systems and spatial autocorrelation. Whereas to determine the factors that influence the poverty regression panel (fixed effect model). Based on the analysis of geographic information systems is known that high poverty is east of the Bantul. Factors that significantly affect poverty village in Bantul within the period 2011 -2015 is the unemployment rate, literacy rate, APBDES, the proportion of capital expenditure, and the used PKH. With spatial autocorrelation knows that the distribution pattern of poverty on the Bantul, forming pockets of poverty in which village with a high percentage of poor people tend to neighboring village with a high percentage of poor people anyway (hot spot). Hot spot areas are concentrated in the Bantul of Aceh, Tirtonirmolo, Panggungharjo, Pendowoharjo, Guwosari, Sendangsari, Wijirejo, Sumbermulyo, Mulyodadi, Triharjo, Triwidadi.

Kata Kunci : kemiskinan, SIG, regresi panel, autokorelasi spasial.