Laporkan Masalah

MENYULAM JALA KUASA, MENJARING KEUNTUNGAN: Studi Akses Sumberdaya Obyek Wisata Pantai Watu Kodok di Kabupaten Gunungkidul

FUAD FIRMANSYAH, Dr. Setiadi, M.Si

2017 | Tesis | S2 ILMU ANTROPOLOGI

Pembangunan sektor pariwisata yang bertujuan untuk meningkatkan pemasukan negara, ternyata tidaklah selalu dengan mudahnya berpihak kepada masyarakat tempatan. Peningkatan jumlah wisatawan sejak tahun 2010 membuat pantai-pantai di pesisir Gunungkidul terus dibuka dengan menggandeng investasi demi mencapai peningkatan PAD Pemda Gunungkidul. Konflik kemudian muncul ketika masyarakat dan investor sama-sama ingin mengakses sumberdaya obyek wisata pantai Watu Kodok untuk memperoleh keuntungan. Dalam tesis ini, masyarakat pantai Watu Kodok (MPWK) harus berjuang terlebih dahulu agar pengaksesannya terhadap sumberdaya Obyek Wisata Pantai Watu Kodok (OWPWK) bisa tetap berlangsung aman dan tenang tanpa terganggu adanya ancaman yang datang dari investor. Rumusan masalah yang saya diajukan adalah bagaimana pengaksesan yang terjadi ketika masyarakat tempatan ternyata mampu memperoleh keuntungan dari sumberdaya obyek wisata pantai Watu Kodok (OWPWK)? Permasalahan kedua, merespon hadirnya investor yang membahayakan kelangsungan hidup mereka yang bersumber pada aliran keuntungan dari akses terhadap sumberdaya OWPWK, bagaimana mekanisme yang dilakukan untuk meresiliensi ancaman tersebut, dan mengapa mereka melakukannya? Hasil penelitian menunjukkan struktur akses, dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu; (1) kekuasaan langsung penggarap SG, (2) kekuasaan langsung non-penggarap SG, (3) kekuasaan langsung, dan (4) seluruh kekuasaan. Struktur akses menunjukkan aliran keuntungan paling besar didapatkan oleh Pemda Gunungkidul dan yang paling kecil didapatkan oleh ST (pedagang makanan). Penggunaan secara maksimal kualitas RMA yang digunakan masing-masing aktor, sangat menentukan dalam tingginya perolehan keuntungan. Ketidakmampuan investor ES mengendalikan para penggarap SG yang kemudian membentuk FWK dan PKPM, juga menjadi pendedel dari dalam terhadap pengerahan jala-jala kuasanya. MPWK yang terkoordinasi menjadi PKPM kemudian meresiliensi dengan cara mendedeli berbagai RMA yang dikerahkan oleh investor. Reseliensi harus dilakukan karena selama puluhan tahun pantai Watu Kodok telah menjadi economic livelihood bagi masyarakat yang tidak punya lahan ataupun lahan pertaniannya sempit, serta hasil dari pengaksesan terhadap OWPWK ternyata mampu mencukupi kebutuhan hidup. Perolehan aliran keuntungan pada dasarnya bukan terletak pada seberapa besar kekuasaan tetapi lebih kepada kualitas RMA yang digunakan.

Development of the tourism sector aimed at increasing the country's revenue, it is not always easy to deal with the local community. The increase in the number of tourists since 2010 make the beaches on the coast of Gunungkidul kept open by holding investments in order to achieve an increase in revenue of Gunungkidul local government. Conflicts arise when the local communities and investors want to access resources of Watu Kodok beach tourism to derive benefits.In this thesis, the Watu Kodok beach���¢�¯�¿�½�¯�¿�½s local community (MPWK) had to fight first so that accessing to resources Watu Kodok beach tourism (OWPWK) can continue safe and quiet without being disturbed any threat coming from investors. The research question of the issue is how the accessing that occurs when local people were able to benefit from the resources Watu Kodok beach tourism (OWPWK)? The second problem, responding to the presence of investors that endanger their survival which is based on the flow of the benefits of access to resources OWPWK, how it was done to resilience those threats, and why do they do it? The research finding���¢�¯�¿�½�¯�¿�½s show access structure, divided into several categories, namely; (1) direct power of SG cultivators, (2) direct power of non-SG cultivators, (3) direct power, and (4) all of power. Access structure shows the greatest flow of benefits earned by the Gunungkidul local government and most small obtained by ST (food seller).Maximum use of RMA quality used by each actor, is crucial for gain a lot of benefits. ES as an investor's inability to control the SG cultivators is then formed FWK and PKPM, also became the disablement of the deployment to the nets of power. MPWK coordinated into PKPM then do resiliency by dismantling various RMA wielded by investors. Resilience must be done because for decades the Watu Kodok beach has become economic livelihood for the people who do not have land or his farmland is narrow, and the result of access to OWPWK was able to sufficient basic needs.Acquisition benefits flow basically does not lie in how much power but rather the quality of the RMA which is controlled by an actor.

Kata Kunci : akses sumberdaya, kekuasaan, RMA, obyek wisata pantai, pembangunan pariwisata

  1. S2-2017-339960-abstract.pdf  
  2. S2-2017-339960-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-339960-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-339960-title.pdf