Laporkan Masalah

KERAMAHANAKAN PERMUKIMAN PADAT KOTA DI KAMPUNG TIDAR BARU DAN NAMBANGAN KOTA MAGELANG

LAELABILKIS, Prof. Dr. Drs. R. Rijanta, M.Sc.; Dr. Ir. Dwita Hadi Rahmi, M.A.

2017 | Tesis | S2 Perencanaan Kota dan Daerah

Pengarusutamaan hak anak dalam kehidupan kota diwujudkan dalam kebijakan Kota Layak Anak (KLA) yang diinisiasi secara mandiri oleh Kota Magelang tahun 2011 dan membuahkan penghargaan tahun 2012, 2013, dan 2015. Penghargaan tersebut belum pernah dibuktikan secara empiris di permukiman padat kota sebagai tempat aktivitas keseharian anak yang memiliki masalah keterbatasan ruang. Keraguan atas praktik kebijakan KLA pada kawasan permukiman padat dan apa saja faktor yang mempengaruhi menjadi masalah penelitian yang ingin dijawab. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keramahanakan lingkungan dan faktor yang mempengaruhi komponen keramahanakan tersebut. Penelitian ini bersifat deduktif kuantitatif yang diperkuat secara kualitatif dengan unit analisis anak usia 7-12 tahun untuk melihat demand penggunaan ruang oleh anak dan kedua lokasi penelitian, yaitu Kampung Tidar Baru dan Nambangan, untuk melihat supply ketersediaan ruang bagi anak. Pemilihan kampung dilakukan secara purposive sedangkan pengambilan sampel anak secara random menggunakan rumus dari Garperz (1991) dengan significant level 10%. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner anak sekaligus orangtuanya sebanyak 54 sampel di Kampung Tidar Baru dan 65 sampel di Kampung Nambangan, wawancara dengan 17 orang narasumber, pengamatan lapangan dan survai instansional. Analisis utama dilakukan secara statistik baik univariat deskriptif maupun inferensial serta bivariat dengan tabulasi silang, yang diperkuat dengan deskriptif kualitatif dan overlay peta untuk analisis terkait fisik keruangan. Pembahasan dilakukan terhadap variabel dari konsep keramahanakan yang digeneralisir dari hak-hak anak dalam ruang. Penelitian ini menemukan bahwa penghargaan KLA Kota Magelang secara praktik belum terbukti ketika dikaji melalui pemenuhan hak anak dalam ruang di kedua kampung. Karakteristik keramahanakan kedua kampung tersebut berbeda, yaitu Kampung Tidar Baru memiliki kelebihan pada layanan infrastruktur kawasan yang baik dan keikutsertaan anak dalam kegiatan positif lingkungan, sedangkan Kampung Nambangan memiliki keunggulan dalam layanan sarana bagi anak, perlindungan terhadap kekerasan, kebebasan mobilitas anak yang mandiri dan ketersediaan ruang bermain yang aman. Komponen dalam keramahanakan tersebut diindikasikan dipengaruhi oleh faktor fisik dan sosial. Variabel dalam aspek sosial menjadi faktor berpengaruh yang lebih banyak terbukti secara statistik dibandingkan variabel aspek fisik, sedangkan faktor ekonomi secara statistik tidak terbukti mempengaruhi. Pengaruh variabel aspek fisik keruangan hanya terlihat pada pengaruh ketersediaan ruang bermain yang mendorong jelajah jangkauan teritori anak, sedangkan kepadatan penduduk, kelerengan kawasan, kesumpekan rumah tinggal dan lokasi kampung secara statistik tidak terbukti mempengaruhi.

Magelang City initiated children's right mainstreaming in urban area trough child friendly city campaign in 2011 which lead to 2012, 2013, and 2015 award. On the reality, Magelang city has limited space, especially in congested area. This study sought to prove doubts over KLA award practices at the city level in urban high density settlement and looking for factors affecting the child friendliness components. The goals of this research are to find out space child friendliness and factors affecting child friendliness components. This research used a quantitative deductive approach as main method and reinforced qualitatively. The unit of analysis were children aged 7-12 years old to see the use of space by children (demand side) and as research locations are two village, namely Kampung Tidar Baru and Nambangan to see the availability of space for children (supply side). Villages are selected purposively while child sampling was carried out with the simple random sampling technique using the Garperz (1991) formula with a significant level of 10%. Data was collected through questionnaires to 119 respondents of children paired with their parents (consisting of 54 samples in Kampung Baru Tidar and 65 samples in Kampung Nambangan), interviews with 17 related informants, field observations and institutional surveys. The primary analysis conducted both univariate and bivariate statistics that supported by qualitative descriptive (explanation and narration) and overlay maps related to physical spatial analysis. The discussion carried on the variable of child friendliness concept which generalized from children's rights in a space. This research found that Magelang Child Firendly City Award practically has not proven statistically as significant when assessed through the fulfillment of children's right in a space at the two villages. Both villages have different characteristics of child friendliness. Kampung Tidar Baru excellence in infrastructure services and the involvement of children in positive community activities. Kampung Nambangan excellence in service facilities for children where as the location is appropriate based on SNI criteria, protection against violence by mode instead of perpetrators and victims of violence, the freedom of independent mobility and playing activity that located in the safe playground. The components of child friendliness influenced by the physical and social factors. Variables in the social aspects are statistically proven as more influential factor compared to physical aspect variables, while the economic factors didn't affect it. The spatial physical aspect variables influence only proven at the effect of the availability of space to play that encourages children's territorial range, while the population density, area topography, crowded houses and village locations are not statistically proven as influence.

Kata Kunci : keramahanakan, permukiman padat/ child friendliness, high density settlement.

  1. S2-2017-389124-abstract.pdf  
  2. S2-2017-389124-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-389124-title.pdf