Laporkan Masalah

FAKTOR RISIKO DERAJAT AGLUTINASI PADA UJI ROSE BENGAL TEST : KAJIAN PADA PETERNAK SAPI PERAH TERDUGA BRUCELLOSIS DI KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SRI SAHAYATI, Dr. drg. Dibyo Pramono, SU., MD.Sc.; Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho, M.P.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Kejadian brucellosis pada manusia di Indonesia kurang dipublikasikan sebagai penyakit zoonotik mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui jika brucellosis dapat menular ke manusia. Di Kabupaten Sleman belum pernah dilaporkan adanya kasus brucellosis pada manusia. Bulan Maret 2015, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman melaporkan bahwa pekerja di salah satu peternakan sapi perah di Kecamatan Cangkringan mengalami brucellosis. Dengan adanya kasus ini maka perlu ditindak lanjuti dengan kajian yang lebih mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan derajat aglutinasi pada peternak sapi perah yang terduga menderita brucellosis di Kabupaten Sleman. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penyakit brucellosis dan faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan derajat aglutinasi pada uji RBT serta dilakukan pengambilan sampel darah pada peternak sapi perah di Kecamatan Cangkringan yang selanjutnya akan diuji menggunakan Rose Bengal Test (RBT). Jumlah sampel 249 orang yang diambil secara simple random sampling. Pengolahan data dengan metode Spearmans test (t) untuk melihat korelasi tiap-tiap faktor. Hasil: Kasus positif serologis brucellosis sebanyak dua orang (0,8%). Hasil uji korelasi derajat aglutinasi dengan faktor-faktor yang berisiko diperoleh: penggunaan alat pelindung diri (t=-0,0243 P=0,7024); penggunaan desinfektan (�t=-0,0896 P=0,1586); jumlah sapi (t=0,0941 P=0,1389); lama beternak (t=0,0100 P=0,8758); status vaksinasi sapi (t=-0,0273 P=0,6680); memiliki riwayat brucellosis pada manusia (t=0,4399 P=0,000); kontak langsung dengan sapi terinfeksi (t= 0,8149 P=0,0000); riwayat sapi terinfeksi (t= 0,5727 P=0,000). Kesimpulan: Seroprevalensi kejadian brucellosis pada peternak sapi perah di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman adalah sebesar 0,8%. Terdapat hubungan antara kontak langsung, adanya riwayat hewan terinfeksi, dan memiliki riwayat brucellosis pada manusia dengan derajat aglutinasi pada RBT pada peternak sapi perah di Kabupaten Sleman.

Background: The incidence of brucellosis in humans in Indonesia has not been reported as well as zoonotic disease. It made most people do not know if brucellosis can be transmitted to humans. On March 2015, there was reprted from Agriculture, Fisheries, and Forestry office that three farmers at one dairy farm in Cangkringan got brucellosis. So it needed deep and specific research. This study aims to determine the prevalence and factors associated with suspected brucellosis, based on the degree of agglutination of dairy farmers. Methods: the population was all dairy farmer in Cangkringan. This study was conducted cross sectional design by individual interview using a questionnaire containing questions about disease Brucellosis and testing sample using Rose Bengal Test in laboratorium. On July-October 2016, 249 people joined by randomly sampling in 650 farmers. Data was proceed by Stata using Spearmans test to look at the correlation of each factor. Result: there were two positive serological Brucellosis (0,8%). Spearmans correlation analysis between degrees of agglutination of RBT with risk factor showed using of protective equipment (t=-0,0243 P=0,7024); using of disinfectants (t=-0,0896 P=0,1586); time of breed (t=0,0100 P=0,8758); cattle vaccination status (t= -0,0273 P=0,6680) were not associated with degree of agglutination. Have a history of brucellosis in humans (t=0,4399 P=0,0000); direct contact with the infected cow (t=0,8149 P=0,0000); history of infected cattle (t= 0,5727 P=0,000) were associated with degree of agglutination. Conclusion: The prevalence of brucellosis incidence on dairy farmers in borderline area was 0,8%. There was a strong relationship between have a history of brucellosis in humans, direct contact with infected animals, history of animals infected with the degree of agglutination at RBT on dairy farmers.

Kata Kunci : brucellosis, faktor, risiko, aglutinasi, sapi, manusia, Brucellosis, factors, risks, agglutination, cows, humans

  1. S2-2017-371532-abstract.pdf  
  2. S2-2017-371532-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-371532-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-371532-title.pdf