Laporkan Masalah

ANALISIS GENDER DALAM PELAKSANAAN TANGGAP DARURAT BENCANA ERUPSI MERAPI 2010 (Studi Kasus Dusun Petung di Posko Pengungsian Stadion Maguwoharjo)

ANGGORO BUDI P, Dr. Dewi Haryani Susilastuti, M.Sc; Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc

2017 | Tesis | S2 MANAJEMEN BENCANA

Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 telah menyebabkan ratusan warga tewas terkena sapuan awan panas, ribuan orang mengungsi serta ribuan rumah rusak dan hancur akibat awan panas dan material letusan lainnya serta kerusakan infrastruktur di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pos pengungsian Stadion Maguwoharjo sebagai posko utama dalam pelaksanaan tanggap darurat telah melakukan pemenuhan kebutuhan dasar bagi para pengungsi. Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan merupakan salah satu dusun yang paling awal mengungsi di Stadion Maguwoharjo dan paling akhir kembali ke rumah atau huntap serta mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar selama masa tanggap darurat. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana pelaksanaan tanggap darurat erupsi Gunung Merapi 2010 dalam pemenuhan kebutuhan dasar dilihat dari perspektif gender. Dalam situasi tanggap darurat, pengungsi tidak dilihat gendernya sehingga pemenuhan kebutuhan dasar bersifat umum. Padahal ada kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam pengungsian yang sifatnya kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis. Desain studi menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan telaah dokumen dan wawancara mendalam kepada pihak yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan dasar telah dilakukan sesuai dengan Perka No. 7 tahun 2008. Namun berdasarkan analisis gender yang dilakukan, dalam pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masih belum memperhatikan kebutuhan perempuan dan laki-laki yang bersifat kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis terkait dengan pengadaan dan distribusi barang non pangan, pengadaan air dan sanitasi serta pemenuhan perlindungan dari kekerasan berbasis gender. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tanggap darurat secara standar minimal pemberian bantuan kebutuhan dasar sudah dilakukan namun masih belum berperspektif gender.

The eruption of Mount Merapi in 2010 has caused hundreds of residents died, thousands of people evacuate, thousands of residence damaged and destroyed because of hot clouds sweep and also the others material of eruption. Besides that, many of infrastructures had breakdown in Central Java Province and Yogyakarta Special Region. Maguwoharjo Stadium, Sleman, Yogyakarta as main shelters had been done the implementation of emergency response in fulfillment of basic needs for the refugees. Petung village, Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta is the earliest population that moved to shelter of Maguwoharjo Stadium and the latest ones who came back to their home or permanent residence. They also obtained the basic needs during the emergency response. This research will discuss about how is the implementation of emergency response of Mount Merapi eruption in 2010 with main topic of fulfillment of basic needs in gender perspective. In a situation of emergency response, fulfillment of basic needs did not considering the gender of refugees. Meanwhile, there are the different needs between men and women in the shelters, both in practical and strategic needs. Study design uses the method of qualitative descriptive with literature review and depth interview to some parties involved in that incident. The study result shows that the fulfillment of basic needs has complied with the regulation of Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) written as Perka No.7, 2008. However, based on gender analysis that had been done, the fulfillment of basic need is not considering yet the needs of men and women, both in practical and strategic needs, related with procurement and distribution non-foods, procurement of water and sanitation, and also procurement of violence protection gender-based. Thus, it can be concluded that the implementation of emergency response had been done in minimum requirements without considering gender perspective.

Kata Kunci : Kata kunci: Tanggap darurat, kebutuhan dasar, gender, kebutuhan praktis, kebutuhan strategis.

  1. S2-2017-339205-abstract.pdf  
  2. S2-2017-339205-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-339205-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-339205-title.pdf