Laporkan Masalah

Ketersediaan Tenaga Terlatih dan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Reversibel: Analisis Data Performance Monitoring and Accountability 2020

MUHAMMAD ANANG EKO F, Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc, Sc.D/ Prof. dr. Djaswadi Dasuki, Sp.OG(K), MPH, Ph.D

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang reversibel di Indonesia saat ini cenderung rendah. Hal ini berkontribusi terhadap terjadinya stagnansi penurunan angka fertilitas dan meningkatnya kejadian kehamilan tidak diinginkan. Ketersediaan tenaga terlatih merupakan kondisi yang penting dalam peningkatan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang reversibel karena dalam pemasangan dan pelepasannya dibutuhkan tenaga kesehatan terlatih. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketersediaan tenaga terlatih terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang reversibel pada wanita usia subur 15-49 tahun di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan studi cross sectional menggunakan data Performance Monitoring and Accountability (PMA) 2020 Indonesia tahun 2015. Besar sampel sebanyak 3.168 wanita usia subur 15-49 tahun. Pengaruh ketersediaan tenaga terlatih terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang reversibel dianalisis dengan chi square. Analisis multilevel menggunakan general linier model. Keseluruhan tes menggunakan confidence interval (CI) 95% dan tingkat kemaknaan sebesar p<0,05. Analisis data menggunakan Stata 13. Hasil: Pengolahan data menunjukkan bahwa pengguna MKJP reversibel sebesar 16,4%. Analisis multilevel menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga terlatih tidak mempengaruhi penggunaan MKJP reversibel. Wanita yang lebih tua (>30 tahun) lebih cenderung menggunakan MKJP reversibel daripada wanita yang lebih muda (OR=1.4; 95% CI: 1.0-1.9). Wanita yang memiliki lebih banyak anak (>3) meningkatkan kemungkinan menggunakan MKJP reversibel dibandingkan dengan yang kurang dari itu (OR=2.3; 95% CI: 1.0-5.1). Ada variasi penggunaan MKJP reversibel di fasilitas kesehatan, dimana perempuan yang mengakses fasilitas pemerintah lebih cenderung menggunakan MKJP reversibel (OR=5.2; 95% CI: 4.2-6.5). Selain itu, wanita dengan pendidikan diploma atau lebih tinggi, memiliki jamkesda atau asuransi swasta, mendapatkan konseling kontrasepsi yang baik, dan tidak ingin anak lagi, meningkatkan kemungkinan menggunakan MKJP reversibel antara mereka. Kesimpulan: Meskipun ketersediaan tenaga terlatih tidak berpengaruh terhadap penggunaan MKJP reversibel, kemampuan petugas dalam konseling KB perlu ditingkatkan.

Background: Usage rates of long-acting reversible contraception (LARC) in Indonesia are currently low. The low uptake of LARC contributed to the stagnation of fertility rates and the increased number of unintended pregnancies. Objective: To analyse the effect of trained staff and long-acting reversible contraception usage among women 15-49 years in primary health care facilities. Methods: A cross sectional study design using Performance Monitoring and Accountability (PMA) 2020 data of Indonesia on year of 2015. The sample comprised of 3,168 sexually active women aged 15-49 years. Descriptive analysis was done to describe the study sample, while chi-square was done to identify factors that influence LARC method use. General linear models was used on multilevel analysis. Overall test using 95% CI and a significance level of p<0.05. Data analysis was done using Stata 13. Results: The results suggest that prevalence of LARC methods is 16,4%. At multilevel analysis, the results indicate that availability of trained staff was not influence LARC usage. Older women (30+) are more likely to use LARC methods than younger women (OR=1.4; 95% CI: 1.0-1.9). Women with more children (>3) increasing the odds of using LARC method compared with less than that (OR=2.3; 95% CI: 1.0-5.1). There is type of facilities variation of LARC use, with women in goverment facilities being more likely to use the methods (OR=5.2; 95% CI: 4.2-6.5). Additionally, women with a diploma education or higher, have jamkesda or private insurance, get good contraceptive counseling, and don't want children anymore, increased the odds of using the LARC methods among the them. Conclusion: Trained staff wasn't affect the LARC method use, but the contraceptive counseling ability should be improved to ensure that there is no distinct variation in LARC method use in women found in the different type of health facilities.

Kata Kunci : trained staff, long-acting reversible contraception, women reproductive age

  1. S2-2017-371638-abstract.pdf  
  2. S2-2017-371638-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-371638-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-371638-title.pdf