Laporkan Masalah

Gambaran Pengelolaan Obat Rusak dan Kedaluwarsa di Apotek Kota Yogyakarta

DWI SYAHRENI , Bondan Ardiningtyas, M.Sc., Apt.

2017 | Skripsi | S1 FARMASI

INTISARI Obat rusak dan kedaluwarsa merupakan indikator untuk menilai efektifitas manajemen obat. Banyak faktor penyebab obat rusak dan kedaluwarsa, diantaranya kesalahan perencanaan, penyimpanan, dan tidak diterapkannya First In First Out maupun First Expired First Out. Penelitian bertujuan mengetahui faktor terbesar dari obat rusak dan kedaluwarsa, kerugian apotek serta gambaran pemusnahan obat rusak dan kedaluwarsa. Penelitian adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner serta wawancara yang dilakukan pada bulan April hingga Juli 2016. Data didapatkan dari 31 apotek di Kota Yogyakarta. Penyebab obat rusak terbesar adalah kesalahan pada proses penyimpanan (54,84%), sedangkan penyebab obat kedaluwarsa terbesar adalah kesalahan tidak menerapkan FEFO (48,39%). Besar kerugian apotek akibat obat rusak tertinggi Rp 960.000,00/tahun dan terendah Rp 15.000/tahun. Kerugian akibat obat kedaluwarsa terbesar adalah Rp 6.482.000,00/tahun sedangkan terkecil sebesar Rp 30.000,00/tahun. Biaya pemusnahan obat rusak dan kedaluwarsa tertingggi adalah Rp2.000.000,00 sedangkan terkecil tidak mengeluarkan biaya. Apotek di Kota Yogyakarta belum semuanya menerapkan cara pemusnahan yang sesuai dengan standar WHO dan Permenkes No. 35 tahun 2014.

ABSTRACT Damaged and expired drug is an indicator to assess the effectiveness of drug management. Many factors cause damaged and expired drug, including planning and storage errors, and the disobdience of the FIFO or FEFO application. This study aims to determine the major factor of damaged and expired drug, the loss suffered by pharmacies and the way disposed of them. This study applied descriptive research. The data were collected using questionnaires and interviews done from April to July 2016. The data were obtained from 31 pharmacies in Kota Yogyakarta. The major cause of damage drugs were error in the storage process (54.84%), while the major cause of expired drug was a mistake not to implement FEFO (48.39%). The highest amount of losses due to the damage drug Rp 960,000.00/year and the lowest Rp 15,000/year. The loss due to expired drugs was Rp 6,482,000.00/year while the lowest was Rp 30,000.00/year. The highest disposing cost of damaged and expired drug was Rp2,000,000.00 while the lowest was no cost. Not all pharmacies in Kota Yogyakarta apply safe disposal method in accordance with WHO standard and Permenkes No. 35 of 2014.

Kata Kunci : KATA KUNCI: obat rusak dan kedaluwarsa, faktor penyebab, kerugian apotek, cara pemusnahan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.