MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale var. amarum)

ADITYA PRIANTOMO, Dr. Henry Yuliando, STP., MM., M.Agr ; Anggoro Cahyo Sukartiko., STP., MP., Phd ; Ir. Pujo Saroyo, M.Eng.Sc

2017 | Skripsi | S1 TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Jahe emprit merupakan salah satu jenis jahe yang banyak digunakan dalam industri obat, khususnya industri jamu tradisional. Jahe emprit umumnya digunakan untuk ramuan obat herbal atau diekstrak kandungan oleoresin dan minyak atsirinya. Untuk itu agar khasiat dari jahe emprit tetap bisa dimanfaatkan untuk obat maka proses distribusi harus diperhatikan agar khasiat dari jahe sebagai tanaman obat herbal tetap terjaga. Salah satu aspek yang paling penting dalam pengolahan jahe emprit menjadi berbagai macam olahan adalah bahan baku yang berkualitas. Penelitian ditujukan untuk mengidentifikasi risiko yang terdapat pada rantai pasok jahe emprit, menganalisis struktur biaya logistik aktivitas rantai pasok dan melakukan mitigasi risiko terkait biaya logistik untuk menekan dampakrisiko, menganalisa profit margin. Metode penelitian dilakukan dengan convenience sampling melalui indept hinterview kepada pelaku rantai pasok. Lokasi penelitian di sentra produksi jahe emprit di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metoda analisis risiko menggunakan standar ISO 31000:2009 dan analisis struktur biaya logistik menggunakan Activity-Based Costing. Hasil penelitian menunjukkan rantai pasok jahe emprit terdiri atas 4 tier yaitu petani, pengepul, pedagang besar (supplier), pedagang pasar. Risiko pada tier petani yaitu keberadaan hama, cuaca yang sulit diprediksi, kerusakan saat penanganan panen. Pada tier petani terdapat risiko harga mempengaruhi keputusan petani dalam menjual jahe emprit. Risiko pada tier pengepul adalah risiko penyusutan. Risiko pada tier pedagang besar (supplier) adalah kualitas tidak seragam, perubahan permintaan, penyusutan. Risiko pada tier pedagang pasar adalah risiko penyimpanan, terbatasnya ketersediaan produk, kualitas buruk. Biaya logistik terbesar terdapat pada aktivitas material handling sebesar 63,41 %. Profit margin tertinggi terdapat pada tier pertama yaitu petani sebesar 74,26 %.

Ginger var. amarum locally known as small-rhizome ginger or has been long widely used as traditional medicine ingredient, generally utilized in herbal potion or extracted for its oleoresin and essential oil content. To preserve its medicinal efficacy, distribution process need to be properly handled since one of the most important aspect is high quality raw material. This present study was conducted to identify the risk in the ginger supply chain, to analyze logistics cost structure of its supply chain activity, then to mitigate and reduce risk impact related logistic cost and to analyze profit margin. Research was conducted through convenience sampling by indepth interview with supply chain actors as respondents, located in small-rhizome ginger processing center in Magelang, Jawa Tengah Province dan Kulonprogo, Yogyakarta Special Region. Risk analysis was performed using ISO 31000:2009 standard, while logistics cost structure was analyzed using Activity-Based Costing. Results showed that small-rhizome ginger supply chain consisted of 4 tiers of farmers, collectors, wholesalers (supplier), and market merchants. Farmer tier risks were pests, unpredictable weather condition, and crop damage during harvest. In this tier, price risk affects farmers decision in selling ginger. Collector tier risk was product shrinkage. At wholesalers (supplier) tier, the risk was uneven quality, demand changing, and product shrinkage. Market merchants need to face storage risks, limited products availability, and poor quality. The highest logistic cost of 63.41 % was from material handling activity. Whereas the highest profit margin was obtained by farmers as the first with 74.26 %.

Kata Kunci : Jahe emprit, rantai pasok, manajemen risiko, biaya logistik, profit margin