Laporkan Masalah

PENDUGAAN LUAS BIDANG DASAR TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f) DENGAN CITRA SPOT 6 STUDI KASUS DI BAGIAN HUTAN GETAS, KPH NGAWI

ANDRIYANI LESTARI, Dr.Emma Soraya, S.Hut.,M.For.; Ir. Djoko Soeprijadi.S.Hut., M.Cs.

2017 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Informasi mengenai kondisi suatu tegakan dapat diperoleh dengan cara inventarisasi atau risalah hutan. Salah satu bentuk keluaran dari inventarisasi adalah luas bidang dasar (Lbds). Lbds merupakan parameter tegakan yang mampu menggambarkan produktivitas tegakan yang merupakan informasi penting dalam pengelolaan hutan. Efektifitas kegiatan inventarisasi hutan di BH Getas, KPH Ngawi memerlukan penerapan teknologi penginderaan jauh. Analisis model transformasi indeks vegetasi sangat berguna untuk berbagai hal, diantaranya dalam penentuan prediksi kerapatan, biomassa dan penetuan jumlah tegakan. Penelitian dilakukan di BH Getas, KPH Ngawi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan transformasi citra yang dapat digunakan sebagai variabel penduga dalam model penduga Lbds dan menduga luas bidang dasar tegakan Tectona grandis berdasarkan model terpilih. Transformasi citra yang digunakan untuk model penduga Lbds adalah RVI, NDVI, OSAVI dan MSAVI2. Analisis untuk memperoleh bentuk persamaan dalam pendugaan Lbds adalah analisis regresi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan hubungan yang nyata antara indeks vegetasi dengan Lbds. Transformasi citra mempunyai korelasi yang bersifat positif terhadap Lbds. Semua transformasi citra dapat digunakan sebagai variabel penduga Luas bidang dasar di BH Getas, KPH Ngawi. NDVI menunjukkan indeks vegetasi model terbaik yaitu y = -14,50 + 66,55x, dimana y Lbds dan x nilai NDVI, dengan hasil uji validasi R2= 0,775; RMSE = 0,3829; s = 0,00496; SA= -0,01418%; dan SR= 1,42509%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa data penginderaan jauh, terutama SPOT 6 dapat digunakan untuk menduga Luas bidang dasar tegakan Tectona grandis.

Information on a stand condition can be obtained from inventory basal area or forest report. One of the outputs of forest inventory is basal area. Basal area is a stand parameter to describe stand productivity and is an important information in forest management. The effectiveness of forest inventory activity could be enhance using remote sensing technology. Vegetation index transformation model is highly useful in many areas, such as estimation of density prediction, biomass, and estimation of stand numbers. The research was conducted in BH Getas, KPH Ngawi. The purposes of this research were to determined of satellite imagery transformation used as that can be applied to estimate basal area imagery transformations used as basal area predictor variable and construct basal area prediction model based on imagery tansformation as predictor variable. Imagery transfomations used in basal area estimation model were RVI, NDVI, OSAVI, and MSAVI2. The analysis used in basal area estimation was regression analysis. The results of the research showed positive correlation between vegetation index and basal area. All imagery transformations that can be applied in basal area estimation model in BH Getas, KPH Ngawi. However NDVI showed as the best model, which was y = -14,50 + 66,55x, where y = basal area and x = NDVI, with validation test results were R2= 0,775; RMSE = 0,3829; s = 0,00496; SA= - 0,01418%; dan SR= 1,42509%. From this research can be concluded that remote sensing data, especially SPOT 6, can be applied to estimate Tectona grandis stand basal area.

Kata Kunci : model pendugaan luas bidang dasar, transformasi indeks vegetasi, analisis regresi;;basal area estimation model, vegetation index transformation, regression analysis