Laporkan Masalah

Tata Spasial Kota Kerajaan Karangasem

I GUSTI NGURAH WIRAS HARDY, Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA., Ph.D.; Dr. Ir. Budi Prayitno, M.Eng.

2017 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTUR

Kota Kerajaan Karangasem merupakan ibukota Kerajaan Karangasem di Bali, yang telah berdiri secara berdaulat sejak abad XVII. Hingga saat ini, penelitian mengenai tata spasial kota-kota kerajaan di Bali masih terbatas. Sementara itu, terdapat kebutuhan terhadap konsep-konsep tata spasial kota kerajaan sebagai media pembelajaran dan masukan untuk menjaga keberlanjutan kota-kota kerajaan di Bali. Oleh Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tata spasial Kota Kerajaan Karangasem dan konsep yang melandasinya, melalui metode penelitian fenomenologi dengan teknik analisis induktif-kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, dapat dipahami bahwa tata spasial Kota Kerajaan Karangasem berwujud lingkaran konsentris yang terbagi dalam skala negara (kerajaan), kuta (kota), dan karang (pusat kota), dengan catuspatha (perempatan sakral) sebagai pusatnya. Dinamika tata spasial kota dalam skala karang, menampakkan fenomena tiga catuspatha, yaitu: (a) catuspatha kerajaan yang berfungsi sebagai pusat kekuasan, kegiatan politik dan pemerintahan, keagamaan, ekonomi, dan sosial budaya; (b) catuspatha ritual yang berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial budaya; dan (c) catuspatha pusat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial budaya dan penunjuk arah orientasi kota bagi masyarakat. Perwujudan tata spasial Kota Kerajaan Karangasem dilandasi oleh konsep jagadhita sebagai manifestasi dari kesadaran masyarakat untuk mencapai tujuan utama dalam kehidupan. Jagadhita dipahami sebagai kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dan dunia, melalui keseimbangan nilai dharma (bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa), artha (harta benda atau materi), dan kama (hasrat atau keinginan). Kesadaran masyarakat tentang konsep jagadhita diyakini menjadi salah satu penentu keberlanjutan Kota Kerajaan Karangasem hingga masa sekarang.

Karangasem Royal City is the capital city of Karangasem Kingdom in Bali, which was established in the seventeenth century. Until now, studies on the spatial order of Balinese royal cities are limited. Meanwhile, there is a need for concepts of spatial order of royal cities for learning and input to maintain royal cities in Bali. Therefore, this study was aimed to identify the spatial order of Karangasem Royal City and the concept at its base using phenomenological research method and inductive-qualitative analysis technique. Based on the analysis result, it is determined that the spatial order of Karangasem Royal City is concentric circle divided into negara (kingdom), kuta (city), and karang (city center) scales, with catuspatha (sacred crossroad) as its center. The dynamic of city spatial order in karang scale shows a phenomenon of three catuspatha, i.e.: (a) kingdom catuspatha which serves as the center of power, political and governance activities, religion, economy, and social and culture; (b) ritual catuspatha which serves as a center for religious and social cultural activities; and (c) central catuspatha which serves as the center of social cultural activities and a guide of city orientation for people. The realization of the spatial order of Karangasem Royal City is based on jagadhita concept as the manifestation of peoples consciousness to reach the ultimate purpose in life. Jagadhita is understood as welfare and peace for all society and world through the balance of values of dharma (devotion to Ida Sang Hyang Widi Wasa/The One Almighty God), artha (wealth or material), and kama (desire or wish). Peoples consciousness of the concept of jagadhita is believed to be one of the determinants of the sustainability of Karangasem Royal City until today.

Kata Kunci : tata spasial kota, kota kerajaan, Karangasem, catuspatha, jagadhita

  1. S3-2017-351960-abstract.pdf  
  2. S3-2017-351960-bibliography.pdf  
  3. S3-2017-351960-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2017-351960-title.pdf