Laporkan Masalah

ANALISA PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI UMKM KERAJINAN KULIT DIY

Felix Arril S B, Kusdhianto Setiawan, S.E., Sivilokonom., Ph.D

2016 | Tesis | S2 Manajemen

Saat ini, UMKM kerajinan kulit DIY sedang mengahadapi permasalahan dalam pengelolaan persediaan bahan bakunya. Persediaan bahan baku merupakan salah satu kunci bagi pelaku usaha untuk menunjang kelancaran proses produksi dan keberlangsungan bisnis, baik dalam perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Kesalahan perkiraan dalam menentukan besarnya persediaan bahan baku akan mempengaruhi keuntungan perusahaan. Penelitian ini diawali dengan identifikasi model pengelolaan persediaan bahan baku apa yang diterapkan masing UMKM kerajinan kulit DIY dan bagaimana kinerja masing-masing model pengelolaan persediaan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik kualitatif yang lebih diarahkan pada jenis penelitian eksplorasi. Penelitian kualitatif eksplorasi melalui studi kasus adalah pendekatan di mana peneliti mengeksplorasi suatu kasus atau beberapa dari waktu ke waktu, secara terperinci, pengumpulan data yang mendalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi dan mengidentifikasi permasalahan serta memberikan rekomendasi solusi dari pengelolaan penyediaan bahan baku. Melalui identifikasi model-model pengelolaan bahan baku maka dapat diketahui berapa jumlah pemesanan melalui perhitungan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki untuk memberikan hasil yang optimal di dalam pengelolaannya. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah terdapat perbedaan model pengelolaan persediaan bahan baku berdasarkan asumsi-asumsi dalam model Economic Order Quantity (EOQ), Production Order Quantity (POQ), dan kuantitas diskon. UMKM kerajinan kulit di Keparakan Kidul dan Manding menggunakan pendekatan metode EOQ sedangkan UMKM kerajinan kulit Pucung menggunakan pendekatan model POQ. Jumlah persediaan optimal bagi UMKM kerajinan kulit di Keparakan Kidul 817 feet dan pemesanan kembali dapat dilakukan ketika persediaan tinggal 4.268 feet dengan total biaya persediaan minimal per tahun sebesar Rp1.551.470.068 dan sebaiknya pemesan kembali dilakukan pada saat persediaan bahan baku tinggal 5.335 feet dengan penambahan persediaan pengaman untuk 1 hari, bagi UMKM kerajinan kulit di Manding jumlah optimal unit per pesanan pada saat 327 feet dan pemesanan kembali dapat dilakukan ketika persediaan bahan baku tinggal 6.216 feet dengan total biaya persediaan minimal per tahun sebesar Rp755.142.370,68 dan sebaiknya pemesan kembali dilakukan pada saat persediaan bahan baku tinggal 6.660 feet dengan penambahan persediaan pengaman untuk 1 hari dan bagi UMKM kerajinan kulit di Pucung dengan jumlah persediaan secara terus-menerus digunakan atau dibentuk selama 1 tahun dengan hasil perhitungan jumlah optimal unit per pesanan sebesar 5 lembar dengan total biaya persediaan minimal per tahun sebesar Rp.4.862.098,31.

Right now, SMEs DIY leather craft was encountering problems in the management of raw material inventory. Inventories of raw materials is one of the key for businesses to support the production process and business sustainability in both large companies and small companies. Error estimates in determining the supply of raw materials will affect the company's profits. This study begins with the identification of raw material inventory management model what is applied to each SME leather craft DIY? and how the performance of each model of the inventory management? This research was conducted using qualitative technique that is more focused on the type of exploratory research. Exploratory qualitative research through case studies is the approach in which researchers are exploring a case or some from time to time, detailed, in-depth data collection. The purpose of this study was to investigate and identify problems and provide recommendations on the management solution of raw material supply. Through the identification of models of management of raw materials, it can be known how many orders through the calculation of the amount of inventory at the desired level to provide optimal results in its management. The results of the research that has been done is that there are differences in raw material inventory management model based on the assumptions in the model of Economic Order Quantity (EOQ), Production Order Quantity (POQ), and quantity discounts. SMEs leather in Keparakan Kidul and Manding method approach, while SMEs leather EOQ Pucung approach POQ models. Total inventories for SMEs craft optimal skin in Keparakan Kidul 817 feet and reordering can be done when the supply is 4,268 feet with a minimum total inventory cost per year for backorders Rp1.551.470.068 and should be done at the time of supply of raw materials to stay 5,335 feet with the addition of safety stock for 1 day, for SMEs leather craft in Manding optimal number of units per order at the time of 327 feet and reordering can be done when the supply of raw materials to stay 6,216 feet with a minimum total inventory cost per year of Rp755,142,370.68 and should the buyer was performed at the time of supply of raw materials to stay 6,660 feet with the addition of safety stock for 1 day, and for SMEs leather crafts in Pucung with inventory counts continuously used or formed during the first year with the results of the calculation of the optimal number of units per order for 5 pieces and the total cost minimal inventory per year for Rp.4.862.098,31.

Kata Kunci : Pengelolaan Persediaan Bahan Baku, Economic Order Quantity (EOQ), Production Order Quantity (POQ)

  1. S2-2016-376024-abstract.pdf  
  2. S2-2016-376024-bibliography.pdf  
  3. S2-2016-376024-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2016-376024-title.pdf