Laporkan Masalah

Kampanye Politik Digital dalam Kontestasi Presidensial 2014 : Studi Demokreatif dan Jokowi Advanced Social Media Volunteers (JASMEV) 2014

BAMBANG ARIANTO, RB. Abdul Gaffar Karim, SIP, MA

2017 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

PENELITIAN thesis ini menggunakan metode studi kasus eksplanatoris dengan memakai pendekatan kualitatif. Penelitian ini menyoroti kampanye politik digital dalam kontestasi presidensial 2014. Dengan menggunakan kerangka teoritis Dan Nimmo perihal kampanye politik, tulisan ini berpendapat bahwa; Pertama, pemilihan model kampanye politik digital oleh Demokreatif dan JASMEV 2014 telah mendorong modernisasi sekaligus menjadi suplemen baru dari model kampanye politik konteks ke-Indonesiaan. Peralihan model kampanye ini turut mendorong hadirnya fenomena ekspektasi politik. Fenomena ekspektasi politik adalah kemungkinan yang bisa timbul dan menjadi kenyataan serta memiliki nilai keutungan dalam setiap kontestasi politik dengan dukungan media sosial yang berwatak partisipatoris. Fenomena tersebut dapat ditelisik dari niatan awal para komunitas digital yang tidak pernah terpikirkan bahwa pemilihan kampanye politik digital yang menekankan kampanye kreatif dapat direspon luar biasa oleh netizen. Salah satu faktor utama yang mendorong hadirnya fenomena ekspektasi politik adalah peran media sosial yang memiliki karakter partisipatoris. Kedua, akan dipaparkan perihal Refleksi Teoritis dan kaitannya dengan penelitian ini. Penelitian ini berpijak pada empat hal dasar dari kerangka teori kampanye politik Dan Nimmo, yaitu: (1) pembentukan komunikator; (2) model pesan kampanye; (3) pemilihan media kampanye; dan (4) khalayak kampanye politik. Ada hal yang cukup menarik ketika penulis menelisik pembentukan komunikator atau dalam konteks ini dikenal sebagai buzzer politik terutama dari komunitas Demokreatif dan JASMEV 2014. Penulis menemukan bahwa buzzer politik dari kedua komunitas ini tidak hanya berasal dari politisi maupun aktivis sesuai yang digambarkan oleh kerangka Dan Nimmo. Para komunikator atau buzzer ini justru berasal dari para netizen yang berasal dari semua golongan profesi serta direkrut secara partisipatoris, bukan direkrut satu arah. Perekrutan secara partisipatoris, karena para netizen tertarik untuk mendaftarkan diri secara sukarela menjadi bagian dari komunitas relawan digital yang kemudian bersama-sama mengulirkan kampanye politik digital. Selanjutnya, dalam pembentukan pesan kampanye, para kreator berasal dari internal Demokreatif dan tim kreator JASMEV 2014. Para kreator ini merancang secara sukarela dan partisipatoris pesan kampanye yang akan disebarluaskan kepada para netizen. Sedangkan untuk Demokreatif lebih mengedepankan penggunaan ilustrasi sebagai bagian dalam merancang model pesan kampanye. Alasanya, ikon ilustrasi lebih terkesan menarik dan menghibur sekaligus akan sulit untuk di manipulasi atau plagiat ketimbang menggunakan teknologi photoshop. Lain pula dengan JASMEV 2014, yang lebih mengedepankan pemilihan meme politik yang berkarakter ilustrasi, bercorak sindiran dan humor politik dalam merancang model pesan kampanye. Sedangkan untuk saluran media kedua komunitas politik digital ini memilih media sosial Facebook dan Twitter dalam menybarkan pesan kampanye politik digital. Terakhir untuk khalayak kampanye, kedua komunitas ini sama-sama menargetkan para pemilih muda dan para netizen yang sering menggunakan media sosial. Meski demikian, langkah taktis kedua komunitas ini dalam mengulirkan kampanye politik digital yang mengedepankan kampanye kreatif semakin mengonfirmasi bahwa para komunikator atau buzzer politik lebih mengedepankan kerja-kerja partisipatoris dengan dukungan media sosial. Pada akhirnya, kerja-kerja kreatif dan partisipatoris para komunitas Demokreatif dan JASMEV 2014 dalam mengulirkan kampanye politik digital turut mendorong hadirnya fenomena ekspektasi politik yang dipahami sebagai bagian dari langgam politik digital Indonesia.

This study adopts explanatory case study method with a qualitative approach to explore creative campaign in the social media during the 2014 presidential contestation. Using Dan Nimmo's theoretical framework on political communication, this study argues that; Firstly, Demokreatif and JASMEV 2014 political volunteers applied that 2014 creative campaign strategy, which encouraged the growth of political expectations in digital politics landscape. Political expectation phenomenon is a possibility to be realised as it brings benefits to political contestations. this can be seen through the political volunteers primary drive in conducting creative campaign., which was not initially thought to have tremendous respone by the public and netizens. One major factor that brought about the political expectations phenomenon is the role of social media with its participatory nature and disposition. Secondly, the' Theoretical Reflection' and its relation to the study will be presented. This study rests on Dan Nimmo' theoretical framework on four basic points of political communication, namely: (1) formation of communicators; (2) campaign message; (3) choice of election campaign medium; and (4) creative campaigns aims and objective. There are notable points when the author explored the formation of volunteer communicator namely buzzers politics especially in Demokreatif and JASMEV 2014. These buzzers were netizens who were recruited in a participatory manner rather than through a one-way recruitment. These netizens were interested in signing up as volunteers in these communities to then jointly promote creative campaigns. Volunteers in Demokreatif and Jasmev production team both formed the creative campaign' message. They have designed campaign messages to be spread to the netizens in a voluntary and participatory manner. For example, Demokreatif volunteers emphasize the use of visual cues such as illustrative images as a part of their creative campaign strategy due to its entertainment, audience engagement, and originality factor in comparison to digitally altered photos. this differs with JASMEV 2014 as choice of political meme characterized by illustrative images with satire and humor to engage its audiences. As for their aims and objectives, both volunteering communities are targeting voters from netizens. The volunteers tactical pursuits in creative campaigns further reaffirmed the notion that political volunteers are focused on political participation through the social media. the volunteers creative and participatory works on the 2014 presidential contestation promoted creative campaign models centrality in the birth of political expectations through digital politics. Political expectation is the projection of success through political calculations. Social media presence often brought political expectations into the politicians, political parties and other democratic institutions discourse. Finally, we can conclude that the creative campaign model contributes to the strengthening of political expectations phenomenons presence. which is argued to be one of the best manoeuvres in Indonesian contemporary political culture.

Kata Kunci : Kampanye Politik Digital, Kampanye Kreatif, Media Sosial, JASMEV 2014, Demokreatif, Ekspektasi Politik