STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti (DIPTERA:CULICIDAE)TERHADAP INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT DAN PIRETROID STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti (DIPTERA:CULICIDAE)TERHADAP INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT DAN PIRETROID STATUS KERENTANAN NYAMUK Aedes aegypti (DIPTERA:CULICIDAE)TERHADAP INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT DAN PIRETROID DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III TEMBILAHAN DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III TEMBILAHAN DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III TEMBILAHAN

SOFYAN HELMI, Dr. drh. Sitti Rahmah Umniyati, SU.; Dra. Susi Iravati, Apt., Ph.D.

2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan rutin melakukan tindakan pengendalian vektor untuk menjamin bebasnya pelabuhan dari vektor penular penyakit, di antaranya adalah kegiatan pengendalian nyamuk yang meliputi survei larva, survei nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, larvisidasi dan fogging. Fogging dilaksanakan 3 bulan sekali terlepas dari ada tidaknya kasus DBD yang muncul dan juga dilakukan bila index larva tinggi serta untuk antisipasi pada situasi tertentu seperti pandemi penyakit tular vektor dan KLB. Penggunaan insektisida secara terus menerus dapat memicu resistensi nyamuk terhadap insektisida. Tujuan : Mengukur status kerentanan Ae.aegypti terhadap insektisida golongan organofosfat dan golongan piretroid di wilayah KKP Kelas III Tembilahan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Status kerentanan Ae.aegypti terhadap larvisida temefos pada konsentrasi diagnostik 0,02 ppm, ditetapkan terhadap larva instar 3 dari generasi pertama (F1) sedangkan pengujian terhadap insektisida cypermethrin 0,05%, permethrin 0,25% dan malathion 0,8% ditetapkan pada nyamuk betina kenyang gula dari generasi pertama (F1). Pengujian menggunakan metode bioassay (impregnated paper)yang merujuk pada standar WHO. Perbedaan status kerentanan nyamuk Ae.aegypti dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode One Way Anova dengan α = 0,05 Hasil: Larva Ae. aegypti yang berasal dari lokasi Tembilahan, Sungai Guntung, Kuala Enok dan Pulau Kijang masih rentan terhadap larvisida temefos (kematian 99-100%), sedangkan larva dari lokasi Kuala Gaung dan Rengat telah toleran (kematian 89 & 96%). Ae. aegypti yang berasal dari lokasi wilayah kerja KKP Kelas III Tembilahan telah resisten terhadap malathion, cypermethrin dan permethrin (kematian 3-42%). Perbedaan status kerentanan terjadi pada insektisida temefos, namun tidak pada insektisida malathion, cypermethrin dan permethrin. Kesimpulan: Nyamuk Ae.aegypti di seluruh wilayah kerja KKP Kelas III Tembilahan telah resisten terhadap malathion, cypermetrin dan permethrin namun terhadap larvisida temefos, 2 lokasi telah toleran sedangkan 4 lokasi lainnya masih rentan. Telah terjadi resistensi ganda di wilayah kerja KKP Kelas III Tembilahan

Background: The Port Health Office Class III Tembilahan routine to perform the vector control measures to ensure the free port of vector-borne diseases, among which are mosquito control activities that include surveys larval mosquito control, mosquito surveys, mosquito larvae eradication, larvisidasi and fogging. The Fogging is carried out for every 3 months in the irrespective of presence or absence of dengue cases that arise and exercised when high larval index and also anticipate to certain situations such as pandemics and outbreaks of vector borne diseases. The use of insecticides continuously may induce to fuel resistance of mosquito. Objective: To measure the level of susceptibility status Ae. aegypti to insecticides the organophosphate class and pyrethroid class in the Port Health Office Class III Tembilahan. Methods: Study design of this research was observational and used cross sectional approach. The susceptibility status of larvae Ae.aegypti to temephos larvicide the diagnostic concentration of 0.02 ppm, specified to the third instar larvae of the first generation (F1), while the testing of the insecticide cypermethrin 0.05%, permethrin 0.25% and malathion 0.8%, specified to the female mosquitoes fed sugar from first generation (F1). The testing using bioassay (impregnated paper)method the refers to the WHO standard. Samples were determined by purposive sampling. The difference in susceptibility status of Ae.aegypti were analyzed statistically using One Way Anova with+- = 0.05

Kata Kunci : Ae. aegypti, malathion, temefos, cypermethrin, permethrin, status kerentanan, Ae.aegypti, malathion, temefos, cypermethrin, permethrin, susceptibility status