Laporkan Masalah

DEVELOPMENT PROCESS OF ORGANIC FARMING SYSTEM IN SOLOK REGENCY, WEST SUMATERA PROVINCE, INDONESIA

EDO NOFRIADI, Ir. Ahmad Sarwadi, M.Eng.,Ph.D.

2016 | Tesis | S2 Perencanaan Kota dan Daerah

Mengingat dampak negatif dari program intensifikasi pertanian, berbagai kampanye/ajakan untuk kembali ke gaya hidup alami telah disuarakan secara global dengan menyarankan pengimplementasian pertanian yang ramah lingkungan melalui sistem pertanian organik. Indonesia dan Jepang adalah contoh negara yang telah menerapkan pertanian organik. Di Indonesia pengembangan pertanian organik menemui banyak kendala seperti kurangnya kesadaran dan pertimbangan untuk penggunaan produk organik. Hanya beberapa area yang mencapai keberhasilan dalam penerapan pertanian organik. Nagari Sariak Alahan dan Sungai Abu adalah contoh area yang sukses menerapkan pertanian organik. Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian dilakukan terhadap 100 orang petani organik, 30 orang petani non-organik, wawancara dengan lembaga sertifikasi organik di Jepang, menganalisis proses pembangunan pertanian organik, dan membandingkan pertanian organik di Jepang dan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan skema sederhana. Organisasi petani organik didirikan pada tahun 2009 untuk mendukung pengembangan kegiatan pertanian organik, pengelolaan sumber daya didasarkan pada demokrasi, dan proses pengendalian mengacu pada standar nasional tentang pertanian organik. Untuk faktor yang mempengaruhi pembangunan pertanian organik, indikator sumber daya manusia menunjukan dampak yang signifikan, sementara komunikasi, disposis dan birokrasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Melihat perbandingan pertanian organik di Jepang dan Indonesia tidak ditemui perbedaan yang berarti. Hal unik ditemukan di Sumatera Barat dimana lembaga sertifikasi pertanian organik dimiliki oleh pemerintah sehingga memudahkan petani unutk mengurus sertifikasi organik karena biaya ditanggung oleh pemerintah. Penelitian ini menunjukan bahwa proses pengembangan pertanian organik di lokasi penelitian berjalan dengan baik serta memiliki organisasi independen. Kegiatan pertanian organik di lokasi penelitian dapat menjadi salah satu acuan pengembangan pertanian organik di daerah lain. Selanjutnya untuk meningkatkan jumlah petani organik, kendala untuk memulai pertanian organik harus dikurangi. Upaya untuk memperluas pasar (domestik dan internasional) akan menjamin keberlanjutan masa depan pertanian organik.

Considering negative impacts of agricultural intensification program, various campaigns have emerged globally that voiced back to natural lifestyle by conducting environmentally friendly agricultural practices through organic farming system. Indonesia and Japan are the examples of the country which already implemented organic farming. In Indonesia, the implementation of organic farming found many obstacles such as the lack of consideration and deliberation on organic products. Only a few areas show the significant success. Sariak Alahan Tigo and Sungai Abu villages are such examples. To achieve the objectives of the study, the research were conducted to 100 organic farmers, 30 non-organic farmers in the research field, interview with organic certification body in Japan, analyzed the development process of organic farming, and compared the organic farming in Japan and Indonesia. The result shows that development planning was established in the simple scheme. The farmer made organization in 2009 to support the development of organic farming activities. The arrangement of resources is based on democratic leadership, and controlling process are following the national standard about organic farming. For the influencing factors of organic farming development, human resource indicator shows significant impact, while communication, disposition, and bureaucracy do not. Comparing the organic farming system in Japan and Indonesia we found no significant difference. The unique thing we found in West Sumatera is the organic certification body own by the government. It makes the farmers easier to get the organic certification since the fee is paid by the government. This study shows that the development process of organic farming in the research field went well and has an independent organization. The organic farming activity in this field can be a referenced for other places to develop organic farming. To increase the number of organic farmers, the constraint for starting the organic farming should be reduced while expanding the market (domestic and international) will guarantee the future of organic farming.

Kata Kunci : pertanian organik/organic farming, petani/farmers, pembangunan/development, pertanian/agriculture