Laporkan Masalah

PROGRAM JUMANTIK CILIK DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE STUDI KASUS JUMANTIK CILIK TANGGAP BOCAH DI PUSKESMAS SLEMAN KABUPATEN SLEMAN

RUSITA NURWIDI A, Prof. dr. Hari Kusnanto, Dr.PH

2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Penyakit DBD merupakan penyakit endemis di Kabupaten Sleman. Jumlah kasus DBD sampai dengan Desember 2014 tercatat 538 kasus (IR 50,6/100.000 penduduk) dengan kematian 4 orang (CFR 0,7%). Kecamatan Sleman merupakan salah satu kecamatan dengan kasus DBD yang cukup tinggi dan ABJ kurang dari 95 %, padahal telah ada program PSN melalui Kader Dewasa. Salah Satu desa di wilayah Puskesmas Sleman yang selalu memiliki kasus DBD setiap tahunnya adalah Desa Caturharjo. Atas dasar itu Puskesmas Sleman membentuk dan mempelopori kegiatan Jumantik Cilik yang diberi nama Tanggap Bocah (TABO) dengan dusun binaan pertama kali adalah Dusun Ganjuran, Desa Caturharjo dan mulai aktif pada tahun 2012. TABO sendiri diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN DBD, menurunkan angka kesakitan DBD dan meningkatkan ABJ di Desa Caturharjo. Sejak aktif mulai tahun 2012 sampai saat ini Jumantik Cilik TABO Dusun Ganjuran masih melaksanakan kegiatan secara aktif dan belum pernah dilakukan evaluasi. Tujuan penelitian: Mengetahui gambaran implementasi Jumantik Cilik Tanggap Bocah dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk di Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, untuk mengeksplorasi, menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan jumantik cilik TABO dalam program PSN DBD di wilayah kerja Puskesmas Sleman dan tidak untuk digeneralisasikan pada konteks yang lain. Tehnik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam terhadap 14 responden terdiri dari Jumantik TABO, kader pendamping, tokoh masyarakat, Puskesmas Sleman dan Dinas Kesehatan Sleman. Hasil: Pelaksanaan PJB oleh Jumantik TABO dalam PSN DBD sebagai bentuk peran serta masyarakat diantaranya anak-anak dalam penanggulangan penyakit DBD dengan tujuan utama penanaman PHBS sejak dini. Meskipun tidak ada pelatihan khusus yang diberikan selain pembinaan dan monitoring, Jumantik TABO mau dan mampu sebagai penyuluh bagi teman, keluarga dan masyarakat secara perorangan. Kenaikan ABJ dan penurunan kasus DBD menunjukkan adanya perubahan perilaku dan peran serta masyarakat dalam PSN DBD sebagai hasil dari kegiatan Jumantik TABO. Kesimpulan: Implementasi TABO dalam penanggulangan DBD di Desa Caturharjo berjalan efektif dan sesuai harapan dengan menurunnya angka kesakitan DBD dan meningkatnya ABJ serta terjadi perubahan perilaku di masyarakat dalam PSN DBD dan PHBS.

Background: Dengue fever (DHF) is an endemic disease in Sleman District. Number of dengue cases up to December 2014 recorded 538 cases (IR 50.6 / 100,000 population) with the death of 4 people (CFR 0.7%). Sleman sub-district is one of the districts in Sleman with dengue fever cases high enough and result of larva free rate (ABJ) less than 95%, whereas there have been adults cadres program through the dengue mosquito nest eradication (PSN). One village in the region of Sleman Primary Health Care (PHC) always have dengue cases annually are Caturharjo village. On that basis Sleman PHC forming and pioneering activities childrens larva observer named Tanggap Bocah (TABO) consisting of primary school and secondary school children with built hamlets first is Ganjuran Hamlet, Village Caturharjo and became active in 2012. TABO itself is expected to encourage community participation in dengue mosquito nest eradication, reduce DHF morbidity and improve ABJ in Village Caturharjo. Since active from 2012 until today TABO Hamlet Ganjuran still conducting active and have not been evaluated. Objective: The objective of this research is to get an overview of monitoring the implementation of the TABO in Sleman PHC. Methods: This study is a qualitative research with case study design, to explore, analyze and evaluate the implementation of the TABO program in Sleman PHN and not to generalize to other contexts. Techniques of collecting data through observation and depth interviews with 14 respondents consisted of TABO, companion cadres, community leaders, Sleman Department of Health, and Sleman PHC. Results: Implementation of PJB by Jumantik TABO on PSN DBD as a form of community participation among children in the prevention of dengue disease with the primary goal of planting clean and healthy behavior (PHBS) early. Although no special training is given in addition to coaching and monitoring, Jumantik TABO willing and able as extension for friends, families and society as individuals. The increase in dengue cases and decrease in ABJ indicate a change in behavior and community participation in PSN as a result of activities Jumantik TABO. Conclusions: Implementation TABO in the prevention of dengue fever in the village Caturharjo running effectively and according to expectations with the declining number of DHF cases and increasing ABJ and behavioral changes in the community in PSN DBD and PHBS.

Kata Kunci : PSN DBD, Jumantik TABO, Puskesmas Sleman

  1. S2-2016-371255-abstract.pdf  
  2. S2-2016-371255-bibliography.pdf  
  3. S2-2016-371255-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2016-371255-title.pdf