Laporkan Masalah

PENGARUH TEKSTUR TANAH DAN KEDALAMAN BAJAK TERHADAP PERILAKU POLA PATAHAN VERTIKAL PADA PEMBUATAN LORONG PENGATUS DANGKAL MENGGUNAKAN BAJAK LORONG

SHOFWATUL FADILAH, Prof. Dr. Ir. Bambang Purwantana, M.Agr; Sri Markumningsih, STP. M.Sc; Ir. P. Tamtomo, M.Eng

2016 | Skripsi | S1 TEKNIK PERTANIAN

Lorong pengatus dangkal adalah sistem drainase bawah permukaan tanah untuk mempercepat laju penurunan kadar lengas tanah. Sistem drainase ini baik digunakan untuk tanah dengan kadar lempung tinggi dan tingkat permeabilitas rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola patahan vertikal, gaya pembajakan serta panjang retakan vertikal maupun retakan bagian dalam yang terbentuk selama pembuatan lorong pengatus pada berbagai jenis tanah dan kedalaman. Penelitian ini menggunakan tiga jenis tanah dengan tekstur tanah berbeda dengan kadar liat masing-masing 8% (Tanah Sleman), 31% (Tanah Godean) dan 38,5% (Tanah Imogiri) serta variasi kedalaman pembajakan 10 cm, 15 cm dan 20 cm. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan bajak lorong, seperangkat alat perekam dan pembaca gaya dan soil bin. Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing jenis tanah dan kedalaman yang sudah dikondisikan sesuai kondisi lahan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 6 tipe pola patahan vertikal yaitu pola patahan tipe A, B, C, D, E dan F. Pola patahan tipe F dihindari dalam pembuatan lorong pengatus tanah dangkal karena timbul retakan di bawah lorong. Gaya pembuatan lorong pengatus tanah dangkal terbesar diperoleh saat pembajakan tanah dengan kadar liat 8%, sedangkan gaya pada tanah dengan kadar liat 31% dan 38,5% relatif sama. Berdasarkan jumlah panjang retakan vertikal, rata-rata panjang retakan terbesar terjadi pada tanah dengan kadar liat 8% dan kedalaman 15 cm dan 20 cm. Jumlah panjang retakan bagian dalam terbesar diperoleh pada tanah dengan kadar liat 8% dan sebagian besar retakan banyak terbentuk pada kedalaman 10 cm.

Shallow mole drainage is the subsurface drainage system used to increase the rate of soil moisture content movement. This drainage system is well-used in soil with high clay content and low permeability. The research aimed to determine the vertical fracture pattern, force of ploughing and the length of the vertical cracks also cracks on the mole channel walls that was formed during the formation of shallow mole drainage in various types of soil and depth. The research used three different soil textures with each clay content, namely 8% (Land Sleman), 31% (Land Godean) and 38,5% (Land Imogiri) in the variation of ploughing at 10 cm, 15 cm and 20 cm. The research was conducted in the scale of laboratory using mole plough, a set of force recorder and reader, and also soil bin. The research was conducted in three times at each type of soil and depth that has been conditioned as paddy soil conditions. Based on the result of research, obtained 6 types of the vertical fracture pattern, they are type A, B, C, D, E and F. The pattern of fracture type F was avoided on the formation of shallow mole drainage because cracks arised under the mole drains. The biggest force on formation of shallow mole drainage occured in the soil with 8% of clay content, while the force on the soil with clay content of 31% and 38,5% same relatively. Based on the number of the vertical cracks length, average length of the largest cracks occured on soils with clay content of 8% in depth of 15 cm and 20 cm. The biggest total length of cracks on the mole channel walls was obtained on the soils with clay content of 8% and most of cracks was formed at depth of 10 cm.

Kata Kunci : Bajak lorong, kedalaman, lorong pengatus, pola patahan vertikal, tekstur tanah, Mole plough, depth, mole drainage, vertical fracture pattern, soil texture