ANALISIS PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN NON PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO

ELDYNAND TRISSANDI T, Ir. Priono Nugroho Djojjomartono, M.S.P., Ph.D.

2016 | Skripsi | S1 TEKNIK GEODESI

Perkembangan wilayah yang cukup pesat di Kabupaten Kulon Progo mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian semakin meningkat sehingga mengurangi luas lahan pertanian sawah. Pengurangan luas lahan pertanian tersebut akan berpengaruh pada produksi padi yang pada akhirnya berimbas pada ketahanan pangan. Kecepatan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, pengaruh kepadatan penduduk agraris dan produktivitas lahan sawah terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, serta pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Kulon Progo perlu diketahui untuk melihat pengaruh peralihan tersebut terhadap ketahanan pangan dalam kurun waktu tahun 2008-2013. Pengolahan data yang digunakan adalah metode analisis overlay peta, analisis statistik, dan analisis limit swasembada beras. Teknik analisis data dengan cara overlay peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan peta penggunaan lahan tahun 2013 untuk memperoleh peta perubahan penggunaan lahan 2008-2013 dan rata-rata laju alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda untuk memenuhi tujuan penelitian kedua. Tujuan penelitian ketiga diperoleh dengan mencari selisih antara ketersediaan dan kebutuhan beras masyarakat di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata laju kecepatan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di daerah penelitian yaitu sebesar 21,37 hektar per tahun. Kepadatan penduduk agraris dan produktivitas lahan sawah mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah menjadi non pertanian di Kabupaten Kulon Progo. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kabupaten Kulon Progo menurunkan ketahanan pangan di wilayah penelitian. 42 tahun setelah tahun 2013, Kabupaten Kulon Progo akan mengalami limit swasembada beras. Setelah tahun 2055, Kabupaten Kulon Progo perlu mendatangkan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk di wilayahnya.

The rapid regional development in Kulon Progo Regency leads to the escalation of agriculture to non-agriculture land conversion which reduces the agriculture area. Decrease of wetland areas contributes consequences in rice production and food security. The velocity of agriculture to non-agriculture wetland conversion in the period between 2008-2013, the effect of the agrarian population density and wetland productivity, and the effect of land conversion to the food security in Kulon Progo Regency need to be identified to show the effect of that conversion on the food secutity in that region in the period between 2008-2013. The methods that are used in the research include map overlay analysis, statistical analysis, and rice self-sufficiency limit analysis. The land use changed from 2008 to 2013 and an average rate of land conversion is obtained by overlaying land use map in 2008 to land use map in 2013. The multiple linear regressions is used for statistical analysis to the second research objective. The third objective is obtained from the difference between the rice stocks and the people’s need for food of the research area. The result shows that the average rate of wetland conversion in the area of research is 21,37 hectares per year. Agrarian population density and wetland productivity affect the land conversion of agriculture into non-agriculture purposes in Kulon Progo Regency. The land conversion lowers local food security. Fourty two years after 2013, Kulon Progo Regency will be in rice self-sufficiency limit condition. After 2055, Kulon progo regency needs to import rice from other regions to fulfill the population’s need for food.

Kata Kunci : Land conversion, agriculture land, rice self-sufficiency, food security.