Laporkan Masalah

Sandur Manduro: Dinamika Seni Tradisi dan Identitas Etnik

NATUNIA EKNA C.Y.I, Dr. G. R. Lono L. Simatupang, M.Ma

2015 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Sandur Manduro merupakan teater tradisional yang menggunakan bahasa Madura dalam pertunjukannya. Kesenian ini dibawa oleh orang Madura yang saat itu pergi ke Jawa dan menetap di tengah bukit kapur yang saat ini dikenal dengan Desa Manduro. Dilihat dari segi historisnya, kesenian Sandur Manduro sudah ada di Desa Manduro sejak desa ini dibentuk atau bahkan sejak sebelum nama Desa Manduro diresmikan. Sandur pernah mengalami masa kejayaan, pada tahun 1970-an. Dari segi frekuensi pementasan, bisa mencapai 26 kali dalam satu bulan, sangat berbeda jauh dengan kondisi sekarang yang hanya bisa mengadakan pementasan satu atau dua kali dalam satu tahun. Meskipun sudah lama kesenian ini ada di Kabupaten Jombang, namun belum banyak orang yang tahu tentang kesenian ini. Untuk menjaga eksistensi Sandur Manduro ini diperlukan keterlibatan generasi muda khususnya pemuda-pemudi Manduro. Akan tetapi, pengaruh global di era modern ini membuat para pemuda lebih tertarik pada kesenian yang lebih modern sedangkan para seniman Sandur Manduro semakin lama semakin menua. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dari pertunjukan Sandur Manduro dari segi tarian, musik, sampai ke kostum dan tata rias serta cara para seniman Sandur Manduro ini menjaga eksistensi mereka meskipun saat ini sudah banyak kesenian yang lebih modern yang bermunculan. Diharapkan tulisan ini dapat menjadi motivasi bagi para generasi muda khususnya pemuda-pemudi Manduro untuk terus menghargai dan peduli terhadap budaya bangsa.

Sandur Manduro is a traditional theatre with songs in Madurese language. This performance art bought by the Madurese when they migrated to Java, settled in the middle of a limestone hill which is now known as the Manduro Village. Historically Sandur Manduro already exists since the village was established, or even before the name of the Manduro Village unveiled. Sandur had experienced its heyday, in the 1970s. In terms of performing frequency, they can perform 26 times in one month, is very different from the present situation that can only hold one or two times a year. Though this performing art has long been in Jombang, not many people know about it. Young generation, especially Manduro youth, have a vital role in order to maintain the existence of Sandur Mandur. However, because of the global influence of the modern era, a lot of young people prefer modern arts while the Sandur Manduro artist increasingly aging. This thesis aims to determine the construction of Sandur Manduro in terms of dance, music, to the costumes and makeup, as well as the way the artists maintain their existence in the middle of the competition with modern arts. It is expected that this thesis can motive for young people, especially Manduro youths to appreciate their own culture.

Kata Kunci : Sandur, Madura, Manduro, teater, tradisional, tradisi, identitas, eksistensi/ Sandur, Madura, Manduro, theater, traditional, tradition, identity, existence