Dirofilaria immitis PADA ANJING DI INDONESIA (KAJIAN PARASITOLOGIK, EPIDEMIOLOGIK, IMUNOLOGIK, DAN HISTOPATOLOGIK)

I GUSTI MADE KRISNA ERAWAN, Prof. Dr. drh. Ida Tjahajati, MP.

2015 | Disertasi | S3 SAINS VETERINER

Infeksi D. immitis telah dilaporkan di seluruh dunia. Penelitian D. immitis di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi, prevalensi dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi infeksi, profil protein ES cacing jantan dan betina, dan perubahan histopatologik yang ditimbulkan. Anjing yang digunakan sebagai sampel berasal dari anjing yang dipotong di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei–November 2013. Cacing yang ditemukan pada jantung diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan jumlah mikrofilaria/ml darah dilakukan dengan metode Modified Knott’s Technique. Antigen ES cacing D. immitis dewasa diperoleh dari kultur cacing pada media RPMI-1640. Identifikasi antigen ES D. immitis dilakukan dengan SDS-PAGE. Pemeriksaan antigen ES di dalam serum dilakukan dengan metode Western Blotting dan ELISA. Tahap berikutnya adalah pemeriksaan histopatologik jantung, paru-paru, hati, dan ginjal. Berdasarkan identifikasi morfologi cacing yang ditemukan pada jantung anjing adalah cacing D. immitis. Jumlah cacing betina memiliki korelasi sedang (r = 0,64) dengan jumlah mikrofilaria. Prevalensi infeksi adalah 14,6% (mikrofilaremik 54,5% dan amikrofilaremik 45,5%). Umur dan asal anjing merupakan faktor risiko terjadinya infeksi D. immitis. Prevalensi infeksi lebih tinggi ditemukan pada anjing berumur di atas satu setengah tahun dan anjing yang berasal dari daerah Pangandaran dan sekitarnya (Jawa Barat), dibandingkan dengan anjing berumur di bawah satu setengah tahun dan berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Brebes dan sekitarnya (Jawa Tengah). Profil MES dan FES kultur D. immitis berbeda; MES memiliki 12 pita protein dengan bobot molekul 14–118 kDa, sedangkan FES memiliki 18 pita protein dengan bobot molekul 10–205 kDa. Antibodi anti-MES dan anti-FES dapat mendeteksi adanya protein ES pada sampel serum anjing terinfeksi D. immitis. Perubahan histopatologik secara umum dari jantung, paru-paru, hati, dan ginjal adalah degenerasi, nekrosis, infiltrasi sel radang, dan fibrosis. Terdapat korelasi antara jumlah cacing dengan perubahan histopatologik yang terjadi pada jantung, paruparu, hati, dan ginjal. Kata kunci: Dirofilaria immitis, morfologi, faktor risiko, protein ekskretorisekretori, perubahan histopatologik

Infection of D. immitis has been reported all over the world. Research on D. immitis in Indonesia is still limited. Based on this fact, it is conducted a research to identify the morphology, prevalence and risk factors affecting infection, profile of ES protein of male and female worms, and histopathological changes. Dogs were used as sample are dogs slaughtered in Yogyakarta Special Region from May to November of 2013. Worms found on heart of dogs were observed both macroscopically and microscopically. The examination of the number of microfilaria/ml of blood was conducted through Modified Knott’s Technique. Excretory-secretory antigens of adult D. immitis worm was obtained from culturing worms in RPMI-1640 medium. Identification of ES antigen of D. immitis was performed through SDS-PAGE. The examination of antigen contained in sera was performed by Western Blotting and ELISA method. The next step was the examanition of histopatology of heart, lungs, liver, and kidneys. Based on morphological identification, the worm infecting the heart of dogs is D. immitis. The number of female worms has a moderate correlation (r = 0.64) compared to the number of microfilaria. Infection prevalence is of 14.6% (microfilaremic of 54.5% and amicrofilaremic of 45.5%). Age and the origin of dog is a risk factor of D. immitis infection. The higher infection prevalence is found in dogs above one and a half year old and dogs coming from Pangandaran and neighboring area (West Java), compared to dogs below one and a half year old and dog coming from Yogyakarta Special Region as well as dog coming from Brebes and neighboring areas (Central Java). There is a difference between MES and FES profiles; MES has 12 protein bands with the molecular weight of 14–118 kDa, meanwhile FES has 18 protein bands with molecular weight of 10–205 kDa. Anti-MES and anti-FES antibodies can detect the presence of ES protein in the serum samples of dogs infected D. immitis. Changes which are commonly found of heart, lungs, liver, and kidneys include degeneration, necrosis, infiltration of inflammation cell, and fibrosis. There is a correlation between the number of worms and the histopathological changes develop on heart, lungs, liver, and kidneys. Keywords: Dirofilaria immitis, morphology, risk factor, excretory-secretory protein, histopathological changes

Kata Kunci : Dirofilaria immitis, morfologi, faktor risiko, protein ekskretorisekretori, perubahan histopatologik; Dirofilaria immitis, morphology, risk factor, excretory-secretory protein, histopathological changes