Laporkan Masalah

Fungsi Modal Sosial pada Paguyuban Pengusaha Warga Kuningan (PPWK) dalam Penyelesaian Masalah dan Pengembangan Jaringan Usaha Warung Burjo di Yogyakarta

HANA KHAIRUNNISA, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M. Sc.

2014 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Akhir-akhir ini usaha di sektor informal telah menjadi daya tarik bagi para pencari kerja dan diyakini telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian daerah. Usaha di sektor informal telah tumbuh dengan pesat di berbagai daerah khususnya di kota-kota besar, termasuk Yogyakarta.Salah satu kegiatan sektor informal yang paling banyak digeluti oleh perantau di Yogyakarta adalah berdagang. Paguyuban Pedagang Warga Kuningan (PPWK) merupakan salah satu dari banyak paguyuban pedagang perantau yang ada di Yogyakarta.PPWK berkembang pesat yang ditandai dengan makin banyaknya warung burjo di Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui bagaimana peran modal sosial dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan usaha warung burjo milik kelompok perantau asal Kuningan di Yogyakarta serta bagaimana peran modal sosial yang ada kelompok perantau tersebut sehingga akhirnya membuat PPWK mampu mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin pesat perkembangan bisnis usaha warung burjo milik perantau Kuningan tidak terlepas dari peran modal sosial yang ada pada PPWK. Dalam hubungan internal yang dijalin sesama anggota PPWK dan hubungan yang dibangun dengan pihak eksternal terdapat tiga modal sosial utama, yaitu norma, kepercayaan dan jaringan. Jaringan merupakan unsur modal yang terkuat yang dimiliki PPWK. Dengan kekuatan modal sosial yang mereka miliki PPWK telah berhasil menyelesaikan beberapa permasalahan yang mereka hadapi sebagai berikut: (1) persaingan usaha, (2) keamanan, (3) keterbatasan modal usaha, (4) hilangnya kepercayaan dari anggota dan pemda asal (Kuningan) terhadap paguyuban, dan (5) kesulitan mengembangkan jaringan kerjasama dengan mitra bisnis. PPWK memiliki kepentingan ke luar untuk masyarakat sekitar tidak hanya mengurusi kepentingan di dalam paguyuban mereka saja. Kepentingan ke luar di sini memiliki arti untuk masyarakat sekitar tempat mereka tinggal selama di perantauan. Kepentingan PPWK ke luar dilakukan melalui berbagai kegiatannya. Hal tersebut menjadi faktor pendorong integrasi antara PPWK dengan masyarakat di Yogyakarta dan mampu membuat PPWK menjadi berbeda dengan paguyuban pengusaha perantau lainnya. Masih banyak kelompok perantau yang memiliki fanatisme yang tinggi sehingga hanya mementingkan kepentingan orang-orang yang berasal dari daerahnya sendiri saja dan menimbulkan sikap diskriminatif pada kelompok masyarakat lain. Kesuksesan usaha sektor informal warung burjo milik warga Kuningan serta suksesnya warga Kuningan sebagai perantau mampu melebur dengan masyarakat di Yogya karena kemampuan mereka membangun jaringan. Dengan kekuatan modal sosialnya PPWK telah berhasil mengembangkan jaringannya, bukan hanya dengan mitra bisnisnya, tetapi dengan masyarakat Yogyakarta dan juga dengan Pemda tempat di mana mereka berasal.

Lately business in the informal sector has become attraction for job seekers and believed to have been made donations quite big for regional economy. Business in the informal sector has grown rapidly in various areas particularly in big cities including Yogyakarta. One of project informal sector which most executed by nomads in Yogyakarta is traded. Association traders citizen of Kuningan called PPWK is one of numerous nomads association traders in Yogyakarta. PPWK thrived characterized by the rising of many burjo stall in Yogyakarta. Purpose of research is to know how the role of social capital in solving problems that deals with effort burjo stall belonging to the group nomads from kuningan in Yogyakarta and what role capital existing social group so finally made PPWK able to develop network with various parties yogyakarta. The result showed that the more rapid development business enterprises burjo stall belonging to perantau kuningan not separated from the role capital existing social PPWK on. In relationship internal woven a fellow member PPWK and relations built with external sides there are three major social capital, namely norm, trust and network. Network is element capital strong owned PPWK. With force capital social they have, PPWK have successfully completed some of the issues which they face as follows: ( 1 ) business competition, ( 2 ) security, ( 3 ) limitations business capital, ( 4 ) loss of trust from the members and regional government origin ( kuningan ) against paguyuban, and ( 5 ) difficulty develops cooperation network with mitra business. PPWK has interests outside for local residents not only take care of interests in their association. The interests of outward here having meaning for local residents where they live for in perantauan.The interests of PPWK outward carried out through a variety of their activities.It became a factor thruster integration between PPWK with the community in Yogyakarta and able to make PPWK become dissimilar by paguyuban businessman foreigner other. Still many groups foreigner who has fanaticism that high that serves only the interests of those who come from our own country course and gives rise to the attitude of discriminatory on a group of other communities. The success of the business of the informal sector burjo stall of citizens kuningan as well as the success of the citizen of Kuningan as foreigner capable of being fusible with society in yogya for their ability to build the network. With force capital his social ppwk has successfully developed ramifications, with not just its business partners, but with people jogjakarta and also with regional government place where they belong.

Kata Kunci : Peran Modal Sosial, Paguyuban Perantau, Pengembangan Jaringan Usaha


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.