Studi populasi Rusa Bawean (Axis kuhlii) pada habitat alaminya di kawasan Suaka Alam Pulau Bawean dan Pulau Tanjung Cina
RAMLY, Moh, Dr.Ir. Djuwantoko, MSc
2004 | Tesis | S2 Ilmu KehutananPentingnya populasi rusa bawean agar tidak mengalami kepunahan, mengontrol kesetabilan dan meningkatkan populasinya perlu dilakukan penelitia dengan tujuan sebagai berikut: memetakan sebaran dan mengestimasi kepadatan serta ukuran populasi, menentukan home range dan sub-sub populasi serta memprediksi meta populasi, dan mengidentifikasi regulasi populasi dengan cara mengetahui dinamika dan memprediksi kondisi populasi rusa bawean di masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan di Pulau Bawean Jawa Timur. Tepatnya pada kawasan Suaka Alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) Pulau Bawean dan Pulau Tanjung Cina. Untuk mengestimasi sebaran dan kelimpahan rusa bawean menggunakan metode Sampel Track Count dan metode Call Count. Metode Sampel Track Count menggunakan jejak (track) sebagai indikator utama. Selain jejak, tanda-tanda lain seperti bekas pagutan, kotoran, bekas goresan ranggah pada pohon dan tempat istirahat rusa bawean juga diambil pada saat pengamatan. Matode Call Count dilakukan pada malam hari dengan cara mencatat jumlah malam terdengar suara rusa. Kemudian dilakukan analisa data. Hasil analisa data primer dimasukkan dalam model simulasi vortex dengan ditambah data sekunder yang diperlukan dalam program vortex. Vortex adalah sebuah model simulasi computer efek dari faktor-faktor pembatas seperti demografik, lingkungan, dan kejadian-kejadian stokastik genetik satwa liar. Vortex menggambarkan dinamika populasi sebagai suatu yang diskret, kejadian yang berurutan (kelahiran, kematian dan bencana) yang terjadi berdasarkan pada kemungkinan-kemungkinan tertentu. Melalui program vortex dapat diketahui perkembangan ukuran populasi rusa bawean sampai 50 tahun kedepan. Sebaran rusa bawean hanya berada pada bagian barat Pulau Bawean, yang terbagi menjadi tiga home range, antara lain home range Pulau Tanjung Cina, kawasan Gunung Besar, dan kawasan Gunung Mas. Dari masing-masing home range tersebar sub-sub populasi diantaranya sub-sub populasi Pulau Tanjung Cina, sub-sub populasi Gunung Nangka, sub-sub populasi Gunung Mandala, sub-sub populasi Gunung Gadung, sub-sub populasi Gunung Dedawang, sub-sub populasi Gunung Mas dan sub-sub populasi Gunung Tinggi. Dari sub-sub populasi ini dibuat koridor penghubung antar sub-sub populasi sehingga terbentuk suatu meta populasi. Keadaan populasi rusa bawean paling tinggi terdapat pada Pulau Tanjung Cina yaitu 37,5 ekor/km2, sub-sub populasi Gunung Mas 21,4 ekor/km2, sub-sub populasi Gunung Tinggi 20 ekor/km2, sub-sub populasi Gunung Mandala 16,5 ekor/km2, sub-sub populasi Gunung Gadung 14,3 ekor/km2, sub-sub populasi Gunung Dedawang 4,76 ekor/km2, dan yang terkecil pada sub-sub populasi Gunung Nangka 3,57 ekor/km2. Ukuran populasi seluruh Pulau Bawean dan Pulau Tanjung Cina diestimasi sekitar 307 – 316 ekor.
The important thing till the conservation of bawean deer (Axis kuhlii) is to make their existence survives; this is signed with the high population. To control it, needs the deep research, which has the main goals, they are: to map the spread, to estimate the density and population’s size; for home range and sub-population identification and to predict meta-population; for population’s identification and regulation with knowing the population’s dynamical and to predict the population’s condition bawean deer in the future. This research done in Bawean Island, East Java. In Nature Reserve and Game Reserve Bawean and Tanjung Cina Island. To estimate the distribution and abundance bawean deer, using sample track count method and call count method. Sample track count method emphasize to use track indicator as the main indicator. Without that, the signs such as embrace’s trace, faces, headshot’s trace, on the tree and the relax place. Call count method did in the night with noting the deer’s voices, and the results will analyse with using simulation vortex program. Vortex is a computer’s model simulation, demography’s limited environment factors and stochastic events of wild life genetic. Vortex describes the population dynamic as a discontinuous, regular event (natality, mortality, catastrophe). Through vortex program, we can know the bawean deer population developmental 50 years later. The highest population of bawean deer density can be found in Tanjung Cina Island (37,5 deer/km2), and the lowest population of bawean deer density can be found in the forest of Gunung Besar area, and for more specific, it can be found in the forest Gunung Nangka area (3,57 deer/km2). The populations size entire Bawean Island can be estimated. From the result of estimation, populations size is 307 deer. The populations size can be estimated also with calculating the densities in the every area in the Bawean Island: Gunung Besar area (232 deer), Gunung Mas (11 deer), and Tanjung Cina Island (37 deer), so the total calculation is 316. The sentences above prove the range of the population 307 – 316 deer. xiii
Kata Kunci : Suaka Alam, Populasi Rusa Bawean