Laporkan Masalah

Perkembangan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) di Yogyakarta 1948-1980

PUPUT SURYANI, Dr.Muti'ah Amini, M.Hum

2015 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAH

Penelitian ini menjelaskan mengenai dinamika Gabungan Koperasi Batik Indonesia atau GKBI di Yogyakarta pada 1948 sampai dengan 1980. Hal yang dijelaskan adalah mengenai peran perkembangan GKBI terhadap industri batik di Yogyakarta pada 1948 sampai 1950. Kegiatan membatik di Yogyakarta mulai dikembangkan menjadi industri pada masa Sultan Hamengku Buwono VII. Terjadinya persaingan impor kain mori antara pemerintah Hindia Belanda dan Jepang pada 1927 mengakibatkan para pembatik sulit mendapatkan bahan baku batik, terutama kain mori. Gabungan Koperasi Batik Indonesia atau GKBI dibentuk sebagai wadah bagi koperasi-koperasi batik yang ada dalam mewujudkan tujuannya. GKBI sebagai koperasi pusat memiliki tujuan yang sama dengan koperasi-koperasi batik yang menjadi anggotanya, yakni memperoleh bahan baku batik terutama kain mori langsung dari importir. Selama berdirinya, GKBI mengadakan usaha pool cambric atau pemusatan impor kain mori. Selain itu, GKBI juga mendirikan pabrik mori untuk memudahkan pengadaan bahan baku batik. Usaha yang dilakukan oleh GKBI memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh pembatik di Yogyakarta baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan memanfaatkan sumber primer dan sekunder. Sumber primer yang digunakan berupa data lisan yang didapat dari wawancara. Sumber Sekunder yang digunakan berupa buku, artikel dan jurnal. Berdasarkan metode yang digunakan, ditemukan fakta dalam penelitian ini bahwa perkembangangan GKBI sebagai koperasi pusat ikut berperan dalam kemajuan maupun kelesuan industri batik di Yogyakarta selama kurun waktu mulai dari 1948 sampai 1980.

This study aims to explain the dynamics of Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) in Yogyakarta during the period of 1948 to 1980s. The content which is discussed in this study is related to the role of the development of GKBI towards the industry of batik in Yogyakarta during the period of 1948 to 1980s. The activities of making batik in Yogyakarta started to be developed into industry under the reign of Sultan Hamengku Buwono VII. Back then, batik manufacturers faced difficulties in obtaining raw materials especially unbleached plain cloth (calico), since the rivalry of importing unbleached plain cloth was happening in 1972 between Nederlands East Indies and Japan. Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) was established as the coordinating institution for the economic enterprises of batik to bring their purposes to reality. GKBI as the central economic enterprise has the same goal as the other assigned enterprises which is to acquire raw materials for making batik, particularly unbleached plain cloth directly from the importer. GKBI holds pool cambric trade or the centralization of the import of unbleached plain cloth. Besides, GKBI also established the industry of calico to ease the supplying of the raw materials of making batik. These efforts, directly or indirectly, give impacts to batik manufacturers in Yogyakarta. Historic method was applied in this study in which primary and secondary sources were utilized. The primary source of this study was verbal data obtained from interviews. The secondary sources of this study were books, articles, and journals. Based on the applied method, the findings show that the development of GKBI as the central economic enterprise participated in both the upturn and downturn of batik industry in Yogyakarta during the period of 1948 to 1980s.

Kata Kunci : Batik,Industri,Koperasi,Yogyakarta

  1. S1-2015-318315-abstract.pdf  
  2. S1-2015-318315-bibliography.pdf  
  3. S1-2015-318315-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2015-318315-title.pdf