Hubungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan Postpartum Blues pada Wanita Postpartum di Kecamatan Haharu Kabupaten Sumba Timur Provinsi NTT
EUGENIA NATALIA BATO , DR. Dra. Sumarni DW., M.Kes; dr. Rustamaji., M.Kes
2015 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTERLatar Belakang : Belis merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap seorang wanita namun pada kenyataannyapenerapan budaya belis di NTT khususnya di Haharu Sumba Timur telah melahirkan sekian banyak ketidakadilan kepada wanita. Suami cenderung menempatkan wanita pada posisi yang lebih rendah sehinggah sering memicu kekerasan baik kekerasan fisik, psikologis, sexual maupun ekonomi. Kekerasan yang diperoleh seorang wanita postpartum menimbulkan stress yang jika tidak bisa ditangani akan menimbulkan postpartum blues. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kekerasan dalam rumah tangga dengan postpartum blues pada wanita postpartum di Kecamatan Haharu Kabupaten Sumba Timur. Metode : Menggunakan jenis penelitiannon-eksperimental dengan rancangan cross-sectional dengan pendekatan kuantitaif dan kualitatif. Subjek penelitian yaitu semua ibu postpartum yang melahirkan dari bulan Juli-Agustus 2013 di Kecamatan Haharu Kabupaten sumba Timur. Instrument yang digunakan ialah Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPSD) dan kuesioner Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang mengacu pada kueseioner SEHATI tahun 2000. Hasil : Dari hasil penelitian diperoleh kekerasan psikologis (80%), kekerasan fisik (70%), kekerasan seksual (30%) dan kekerasan ekonomi (70%) dengan postpartum blues sebanyak 80%. Kesimpulan : Kekerasan dalam rumah tangga baik kekerasan psikologis, fisik, seksual dan kekerasan ekonomi yang juga dipicu oleh belis memiliki hubungan dengan kejadian postpartum blues.
Background: Belis is an award for a woman. However, in reality the implementation of belis culture in NTT, particularly in Haharu Sumba Timur has created many injustices towards women. Husbands tends to place women on the lower position so that it triggers physical, psychological, sexual or economic violences. Violence obtained a postpartum woman will cause stress that if left untreated will lead to postpartum blues. Objective: To find out the relationship between domestic violence and postpartum blues among postpartum women in Haharu Subdistrict Sumba Timur. Method: This is non-experimental research with cross-sectional design using quantitative and qualitative approach. The research subjects are postpartum women who gave birth from July to August 2013 in Haharu Subdistrict Sumba Timur Regency. The utilized instrument is Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPSD) and questionnaire Kekerasan Dalam Rumah Tangga which refers to SEHATI questioner 2000. Result: Of the research result it is obtained the relationship of psychological violence (80%), physical violence (70%), sexual violence (30%) and economic violence (70%) with postpartum blues (80%) Conclusion : Domestic violence in form of psychological, physical, sexual violence and economic violence that are also triggered by belis has relationship with postpartum blues incident.
Kata Kunci : Key words: Domestic violence, postpartum blues, belis, postpartum women