Laporkan Masalah

PREVALENSI DAN GAMBARAN FAKTOR RISIKO ANAK PENDEK DI KAMPUNG COKRODIRJAN DAN RATMAKAN, KOTA YOGYAKARTA

FUAD DHENI MUSTHOFA, dr. Arta Farmawati, Ph.D. ; dr.M.Lutfan Lazuardi,M.Kes.,Ph.D.

2015 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Anak pendek atau stunting merupakan kondisi kronis yang menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan akibat kurangnya gizi secara kronis yang ditunjukkan dengan height for age �-2 SD. Prevalensi anak pendek pada balita di Indonesia 37,2% pada tahun 2013. Anak pendek bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, di antaranya sosioekonomi orang tua, asupan gizi, berat badan lahir rendah, pendidikan dan penghasilan orang tua, dan sanitasi yang jelek. Anak pendek dapat menyebabkan lambatnya perkembangan kognitif, meningkatnya risiko infeksi, dan menjadi orang dewasa dengan pendidikan dan penghasilan yang rendah. Prevalensi dan faktor risiko penting untuk diketahui dan selanjutnya untuk membuat kebijakan dalam pencegahan dan menangani anak pendek dengan baik. Metode: Penelitian deskriptif observasional dengan rancangan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara consecutive sampling di Kampung Cokrodirjan dan Ratmakan. Hasil: Anak pendek pada Kampung Cokrodirjan dan Ratmakan sebesar 24%. Anak pendek lebih banyak ditemukan pada anak yang memiliki riwayat BBLR (25%) daripada yang berat lahirnya normal (23,91%), anak yang ibunya tinggi (21,42%) daripada ibu yang pendek (8,3%), pada anak yang mendapat ASI eksklusif (27,58%) daripada yang tidak (19,04%), anak yang pendidikan ibu dan ayah rendah (42,85%, 37,5%) daripada yang pendidikan ibu dan ayah tinggi (10,34%, 21,43%), pada keluarga yang pendapatannya di atas UMR (24,13%) daripada yang di bawah UMR (23,80%), pada keluarga yang sanitasi lingkungannya baik (25%) daripada yang sanitasinya buruk (23,07%). Kesimpulan: Jumlah anak pendek di Kampung Cokrodirjan dan Ratmakan sebesar 24%. Anak yang pendek lebih banyak ditemukan pada anak yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah, anak yang mendapatkan ASI eksklusif, pendidikan ibu dan ayah rendah, penghasilan orang tua di atas UMR dan yang sanitasi lingkungan rumahnya baik.

Background: Stunting is a chronic condition that shows a delayed growth because of chronic malnutrition, showed by z-score height for age < -2 SD. Stunting prevalence in Indonesia were 37,2% at 2013. There were many risk factor of stunting such as sosioeconomic condition, nutrition intake, low birth weight, parent education and income, and poor sanitation. Stunting has many concequences, including delayed cognitive development, heightened risk of infectious diseases, and adult with low education and income. prevalence and risk factor are important to make decision to prevent and treat stunting well. Methods: an descriptive observational study with cross-sectional design. Sample was selected by consecutive sampling at Kampung Cokrodirjan and Ratmakan, Yogyakarta. Results: Prevalence stunting in Kampung Cokrodirjan and Ratmakan was 24%. Stunting more likely found at children with low birth weight (25%) than in normal birth weight (23,91%), at children that have height mother (21,42%) than low mother (8,3%), at children that have exclusive breastfeeding (27,58%) than that haven't (19,04%), at children with low education parent (mother 42,85%, father 37,5%) that parent with low education (mother 10,34%, father 21,43%), at parent with height income (24,13%) than low income (23,80%), at house with good sanitation (25%) than poor sanitation (23,07%). Conclusion: Prevelence stunting was 24% (poor prevalence category). stunting more likely found at children with low birth weight, height mother, exclusive breastfeeding, low education parent, parent with height income and good sanitaation.

Kata Kunci : Stunting, child, under 5 years, Anak pendek, stunting, anak, balita