Laporkan Masalah

STUDI TATANIAGA DAN EFISIENSI PEMSARAN KAYU JATI RAKYAT DI DESA NGLANGGERAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL

MARTHEN L.A. WASANGGAI, Slamet Riyanto, S.Hut., M. Si.

2015 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Desa Nglanggeran adalah salah satu daerah di Kabupaten Gunung kidul yang masyarakatnya membudidayakan pohon jati. Pemasaran kayu tersebut umumnya dilakukan secara tidak langsung, dengan melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Banyaknya lembaga pemasaran dapat mempengaruhi efisiensi pemasaran kayu tersebut. Dengan demikian, perlu dilakukan studi untuk mengetahui saluran dan efisiensi pemasaran kayu jati rakyat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran kayu jati rakyat di Desa Nglanggeran dengan menggunakan parameter marjin pemasaran, marjin keuntungan, dan nilai mark up on selling. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara terhadap responden yang mencakup petani, pedagang perantara dan industri kayu. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive dan snowball sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan dan dokumentasi instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 saluran pemasaran kayu jati rakyat, dimana saluran pertama adalah saluran distribusi langsung, sedangkan 3 saluran lainnya merupakan saluran distribusi tidak langsung. Nilai rata-rata marjin pemasaran untuk saluran 2 sebesar Rp.1.443.305, saluran 3 sebesar Rp.1.743.305, dan saluran 4 sebesar Rp.1.926.638. Rata-rata prosentase marjin keuntungan terbesar untuk semua sortimen, diterima oleh pedagang penebas pertama, yakni: saluran 2 sebesar 58,26%; saluran 3 sebesar 54,90%; dan saluran 4 sebesar 47,57%. Nilai rata-rata mark up on selling untuk saluran 2 adalah sebesar 68% untuk pedagang kecil, saluran 3 sebesar 68% untuk pedagang besar dan pengepul sebesar 13%, dan saluran 4 untuk pedagang kecil sebesar 68%; pedagang besar sebesar 12%; dan pengepul sebesar 9%. Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran kayu jati rakyat di Desa Nglanggeran belum efisien.

Nglanggeran is one of village at Gunung Kidul District that it's community cultivate teak plantation. The timber marketing is generally done indirectly by involving several middlemen. Many marketing agencies can affect the efficiency of the timber marketing. Thus, it was needed a study to identify the marketing channels and the marketing efficiency of teak wood This study aims to determine the level marketing efficiency of teak wood by using 3 parameters: marketing margin, profit margin, and the mark-up on selling. This study used primary and secondary data. Primary data were obtained by observation and interviews with respondents including farmers, middlemen and wood industries. Respondents were determined by using purposive and snowball sampling method. Secondary data was collected from reports and documents from related institutions. There were 4 marketing channels, while the first channel is direct distribution and the other are indirect distribution. The average value for the marketing margin is Rp.1.443.305 for channel 2, Rp.1.743.305 for channel 3, and Rp.1.926.638 for channel 4. The average percentage of the highest profit margin for all sortimen, received by first middlemen as follows: 58.26% at channel 2; 54.90% at channel 3; and 47.57% at channel 4. The average value of mark-up on selling on channel 2 is 68% for small traders, channel 3 is 68% for wholesalers and 13% for retailer, and channels 4 is 68% for small traders; 12% for wholesalers; and 9% for retailer. Based on these values, it can be concluded that the marketing of the community teak wood in Nglanggeran village is inefficient

Kata Kunci : kayu jati, marjin pemasaran, ,marjin keuntungan, mark up on selling