KAJIAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT (PUCCINIA HORIANA) PADA TANAMAN KRISAN BERDASARKAN PRINSIP EPIDEMI
TRI MARTINI, Prof. Dr. Ir. Bambang Hadisutrisno, DAA.
2014 | Disertasi | S3 FitopatologiPenyakit karat pada krisan disebabkan oleh Puccinia horiana, merupakan penyakit paling penting di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengendalian penyakit karat hingga saat ini tidak efektif dan tidak efisien, dan masih sangat bergantung pada bahan kimia, sedangkan sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar di Kementerian Pertanian untuk mengendalikan patogen tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan eksperimen. Survei dilakukan di sentra produksi bunga krisan di Sleman dan Kulon Progo. Survei ini bertujuan untuk mengetahui variasi dalam perkembangan penyakit karat krisan, di lokasi yang berbeda dengan kondisi tanah yang berbeda. Identifikasi dan Postulat Koch dilakukan untuk memastikan bahwa P. horiana merupakan penyebab penyakit karat. Penelitian identifikasi patogen secara morfologi, dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan dilakukan studi pustaka untuk mendapatkan referensi yang sesuai. Uji coba di lapangan dilakukan di dalam rumah plastic, dengan tujuan untuk mempelajari perkembangan penyakit pada berbagai kultivar krisan pada lokasi yang berbeda. Penelitian juga dilakukan untuk mempelajari teknik pengendalian preventif dengan menekan inokulum awal (X0). Dari penelitian tersebut akan diketahui penggolongan kultivar krisan, yang tahan dan yang rentan terhadap penyakit karat. Berdasarkan hasil survei, penyakit karat dapat ditemukan di seluruh tahapan penanaman di beberapa sentra produksi krisan di DIY. Penyakit karat krisan memiliki distribusi acak, yang berarti bahwa patogen dapat disebarkan oleh angin atau dengan biji. Patogen dapat menyebar pada kelembaban dan suhu yang tertentu. Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa kelembapan yang tinggi berpengaruh terhadap kemunculan penyakit karat pada krisan yang ditanam di Kabupaten Sleman, sedangkan pengaruhnya kecil dan negatif di Kabupaten Kulonprogo. Gejala penyakit karat dapat ditemukan di berbagai posisi daun dalam satu individu tanaman. Daun di sebelah bawah merupakan bagian yang paling banyak diserang bila dibandingkan dengan daun atas pada semua kultivar krisan. Berdasarkan perhitungan periode inkubasi dan intensitas penyakit diketahui bahwa reaksi tiap kultivar berbeda. Waktu inkubasi tercepat ditunjukkan oleh kultivar Ratnahapsari, yakni 21 hari dengan intensitas penyakit di akhir pengamatan sebesar 45%, sedangkan Kusumaswasti memiliki periode inkubasi 48 hari dengan intensitas penyakit sebesar 5%. Laju infeksi penyakit karat berbeda 6 varietas krisan. Laju infeksi tertinggi sebesar 0,46 per unit per minggu terjadi pada minggu ke-4 dan minggu ke-6 pada varietas Sasikirana dan varietas Kusumapatria. Pentingnya pengendalian penyakit karat dikarenakan besarnya kerugian yang ditimbulkan terhadap produksi bunga potong krisan. Stek krisan sebagai sumber benih pada seluruh sentra produksi krisan diperlakukan dengan fungisida kontak yang dapat mengurangi sumber inokulum. Teknik pengendalian preventif, yakni dengan menekan inokulum awal (X0) berupa menghilangkan daun mulai dari bawah dekat permukaan tanah sejak awal pertanaman. Teknik pengendalian preventif ini dapat menekan intensitas penyakit karat pada krisan hingga 80,05% pada pertanaman umur 30 hingga 60 hari. Berdasarkan perhitungan Keefektifan Relatif Pengendalian (KRP), teknik pengendalian penyakit karat dengan menekan inokulum (X0) dapat mengendalikan penyakit karat sampai 64,17 %. Kata kunci: cuaca, epidemi, krisan, inokulum, pengendalian, penyakit karat, Puccinia horiana
Rust disease on chrysanthemum caused by Puccinia horiana, is a major important disease in Yogyakarta Special Region. The control of rust disease is an uneffective and inefficient method, and so far is still heavily relied on chemicals, whereas until now none of the pesticides listed in the Ministry of Agriculture to control that pathogen is available. The research was conducted by survey and experiments method. Surveys were conducted in the areas of chrysanthemum flower production center in Sleman and Kulon Progo regencies. The survey aims to determine the variation in chrysanthemum rust disease development, in different locations with different soil conditions. Identification and Koch's postulates were done to ensure that P. horiana is the cause of rust diseases. Morphological identification, was conducted using a microscope and a suitable references. Field trials were conducted under plastic house to study the disease progression in various cultivars of chrysanthemum at different sites and different weather; and to study the preventive control techniques by tapping the initial inoculum (X0). From this study it will be known the chrysanthemum cultivars resistant and susceptible to rust disease. Based on the survey, the pathogen can be found all over the planting stages. Chrysanthemum rust disease has a random distribution, which means that pathogen is spread by wind or by seed. The pathogen spreads while the humidity and temperature are concordant with its need. Based on the regression and correlation analysis, high humidity affect the appearance of rust disease on chrysanthemum planted at the turn of the rainy season to the dry season in Sleman, while the transition to the dry season and the rainy seasons have small or negative effect in Kulon Progo. The result showed that the fastest time of incubation was indicated on Ratnahapsari cultivar, namely 21 days with the intensity of disease 45%, while Kusumaswasti cultivar has an incubation period of 48 days with the intensity of diseases of 5%. Infection rate of rust disease is different in each cultivars. The highest infection rate is 0.46 per unit per week occured at 4 weeks and 6 weeks on the cultivars of Sasikirana and Kusumapatria. The importance of controlling rust diseases, due to the large losses suffered by farmers when the disease attacks at the start of cropping. Chrysanthemum cuttings as the seed in chrysanthemum production centers were treated by a contact fungicide which may reduce the rust disease inoculum. Preventive control techniques was done by reducing the initial inoculum ( X0 ), ie. removing in the infected leaves, from the bottom near the surface of the ground since the early planting. The preventive control techniques may reduce the intensity of rust disease on chrysanthemum up to 80.05% on the age of 30 to 60 days. Based on the calculation of the Relative Effectiveness of Control (REC), the techniques of suppressing rust inoculum (X0) may control the rust diseases (REC) up to 64.17%. Keywords: chrysanthemum, control, epidemics, inoculum, rust disease, Puccinia horiana, weather
Kata Kunci : cuaca, epidemi, krisan, inokulum, pengendalian, penyakit karat, Puccinia horiana; chrysanthemum, control, epidemics, inoculum, rust disease, Puccinia horiana, weather