Laporkan Masalah

Penentuan Batas Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa Berdasarkan Struktur Anatominya Pada Kayu Jati dari Tiga Tempat Tumbuh yang Berbeda

ABDUL ROSYID NAJAHI, Dr. Widyanto Dwi Nugroho, S. Hut., M.Agr

2014 | Skripsi | TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah yang memiliki potensi kayu jati hutan rakyat yang cukup besar. Kayu jati hutan rakyat pada umumnya memiliki diameter yang kecil, banyak cabang, dan dipanen pada umur yang bervariasi tergantung kebutuhan pemilik hutan rakyat tersebut. Oleh karena itu, kualitas batang yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan kayu jati yang berasal dari hutan tanaman. Kabupaten Gunungkidul memiliki keunikan topografi dan keadaan lingkungan pada tiga zona wilayah yang dapat memberikan variasi dalam kayunya, sehingga penting dilakukan penelitian mengenai batas kayu juvenil dan kayu dewasa pada kayu jati hutan rakyat supaya penggunaan kayu dapat lebih sesuai. Untuk mengetahui batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa, digunakan pohon jati berjumlah 9 pohon, merupakan pohon jati yang tumbuh di hutan rakyat Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan 2 faktor, yaitu tempat tumbuh (Semin, Wonosari, dan Paliyan) dan kedudukan radial (dekat empulur, tengah, dan dekat kulit). Pengukuran untuk tiap perlakuan sebanyak tiga ulangan. Untuk mengetahui variasi persentase kayu teras dan batas kayu juvenil dan kayu dewasa dari tiga tempat tumbuh yang berbeda dilakukan uji analisis keragaman dengan one-way analisys of variance (ANOVA) dan untuk mengetahui variasi dimensi serat kayunya menggunakan analisis two-way analisys of variance (ANOVA). Apabila dari hasil analisis two-way analisys of variance (ANOVA) berbeda nyata, maka akan dilakukan uji lanjut HSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas kayu juvenil dan kayu dewasa pada setiap tempat tumbuh adalah sebagai berikut Paliyan (133 mm), Semin (150,67 mm), dan Wonosari (147,67 mm). Pada kedudukan radial, variasi dimensi serat meliputi panjang serat (dekat empulur : 0,89 mm; tengah : 1,06 mm; dekat kulit : 1,08 mm) dan tebal dinding serat (dekat empulur : 3,8 μm; tengah : 4,5 μm; dekat kulit : 4,5 μm). Tempat tumbuh yang berbeda menunjukkan variasi diameter serat (Paliyan : 28,5 μm; Semin : 25,6 μm; Wonosari : 25 μm), tebal dinding serat (Paliyan : 5,1 μm; Semin : 3,7 μm; Wonosari : 3,9 μm), dan panjang pembuluh (Paliyan : 0,25 mm, Semin : 0,268 mm, Wonosari : 0,22 mm). Persentase kayu teras berurutan dari yang terbesar adalah sebagai berikut Paliyan (71,63 %), Wonosari (50,60 %), dan Semin (40,04 %).

Gunungkidul has a large potency of teak community forest. Generally, teak wood from community forest have a small diameter, more branches, and harvest at various ages depend on the owner’s necessity. Therefore, teak wood quality from this community forest is lower than teak wood from Perum Perhutani (state forest). Gunungkidul divided in to three zones depend on those topography and environmental conditions that effected in wood variation. Research in the boundary of juvenile and mature wood in teak from community forest is importance to support an appropriate utilization. To determine the boundary of juvenile and mature wood, this research was conducted by used 9 trees which grown in Gunungkidul community forest, Yogyakarta. By considering the sites (Semin, Wonosari, and Paliyan) and radial positions (near pith, middle, and near bark) the boundary of juvenile and mature wood was determined by three samples for each treatment. Heartwood percentage and boundary of juvenile and mature wood variation from those three different sites was analyzed by a one-way ANOVA whereas fiber dimensions variation was analyzed by two-way ANOVA and followed by HSD. The results showed that the boundary of juvenile and mature wood are Paliyan (133 mm), Semin (150.67 mm), and Wonosari (147.67 mm), respectively. In radial position, fiber dimension variation comprise of fiber length (near pith : 0.89 mm, middle : 1.06 mm ; near bark : 1.08 mm) and fiber wall thickness (near pith : 3.8 μm ; middle : 4 , 5 μm ; near bark : 4.5 μm). Teak wood from differences growth site showed variation in the fiber diameter (Paliyan : 28.5 μm; Semin : 25.6 μm; Wonosari : 25 μm), fiber wall thickness (Paliyan : 5.1 μm ;Semin : 3.7 μm; Wonosari : 3.9 μm), and vessel length (Paliyan : 0.25 mm, Semin : 0.268 mm, Wonosari : 0.22 mm). Heartwood percentage of teak wood are Paliyan (71.63 %), Wonosari (50.60 %), and Semin (40.04 %), respectively.

Kata Kunci : kayu jati, hutan rakyat, variasi radial, kayu juvenil, Gunungkidul


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.