UJI SEROLOGIS TOKSOPLASMOSIS TIKUS DAN KUCING LIAR DAN FAKTOR RISIKO KEGUGURAN DAN ATAU KEMATIAN JANIN PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN BANJARNEGARA
Tri Wijayanti, Dr. drh. R. Wisnu Nurcahyo
2013 | Tesis | S2 Sain VeterinerToksoplasmosis pada tikus dan kucing liar pada tempat umum dapat menyebabkan penularan terhadap manusia dan hewan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi toksoplasmosis pada tikus dan kucing liar pada tempat umum, mengidentifikasi peluang kejadian keguguran dan atau kematian janin pada tempat umum dan mengidentifikasi faktor risiko kejadian keguguran dan atau kematian janin pada masyarakat Kabupaten Banjarnegara. Sampel tikus sejumlah 28 ekor dan beberapa ekor kucing liar dari masing-masing lokasi tempat umum, yaitu pasar induk, rumah sakit dan kompleks pertokoan Kelurahan Semampir. Sampel tikus diperoleh secara purposive. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, penangkapan tikus dan kucing liar dan pemeriksaan serologis tikus dan kucing liar menggunakan Field Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (FELISA) imunostik. Secara keseluruhan, tikus liar Rattus tanezumi/R. diardii yang menunjukkan seropositif toksoplasmosis sebanyak 3,57% (3 dari 84) yang berasal dari pasar dan rumah sakit sedangkan kucing sebesar 40,91% (9 dari 22) yang berasal dari pasar induk, rumah sakit dan kompleks pertokoan Kelurahan Semampir. Peluang terbesar toksoplasmosis pada tikus terjadi di rumah sakit, sedangkan peluang terbesar toksoplasmosis pada kucing dan kejadian keguguran dan atau kematian janin terjadi di kompleks pertokoan Kelurahan Semampir. Responden yang pernah mengalami keguguran dan atau kematian janin sebesar 31% (18 dari 58 orang yang sudah menikah). Faktor risiko kejadian keguguran dan atau kematian janin secara bivariat adalah frekuensi makan sayur mentah/lalap sebulan sekali dan frekuensi makan sayur mentah/lalap sebulan dua kali atau lebih
Toksoplasmosis merupakan zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, mempunyai penyebaran yang luas baik pada manusia dan hewan baik hewan piaraan maupun satwa liar. Penularan secara horizontal pada manusia terutama disebabkan karena mengkonsumsi salah satu bentuk T. gondii, yaitu kista jaringan pada daging hewan atau ternak yang terinfeksi atau oosista pada makanan atau minuman yang terkontaminasi feses kucing. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi toksoplasmosis pada tikus dan kucing liar pada tempat umum, mengidentifikasi peluang kejadian keguguran dan atau kematian janin pada tempat umum dan faktor risiko kejadian keguguran dan atau kematian janin pada masyarakat Kabupaten Banjarnegara. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain deteksi penyakit dan dilaksanakan Mei – Oktober 2013. Sampel sebanyak 28 ekor tikus dan beberapa ekor kucing liar pada masing-masing tempat umum. Tempat umum dalam penelitian ini adalah pasar induk, rumah sakit dan kompleks pertokoan Kelurahan Semampir. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi lingkungan, penangkapan tikus dan kucing liar serta pemeriksaan serologis tikus dan kucing liar menggunakan FELISA imunostik. Secara keseluruhan, tikus liar Rattus tanezumi/R. diardii yang menunjukkan seropositif T. gondii sebanyak 3,57% (3 dari 84 ekor), sedangkan kucing liar sebanyak 40,91% (9 dari 22 ekor). Peluang terbesar toksoplasmosis pada tikus liar terjadi di rumah sakit, sedangkan peluang terbesar toksoplasmosis pada kucing liar dan kejadian keguguran dan atau kematian janin terjadi di kompleks pertokoan Kelurahan Semampir. Faktor risiko kejadian keguguran dan atau kematian janin secara bivariat adalah frekuensi makan sayur mentah/lalap sebulan sekali dan frekuensi makan sayur mentah/lalap sebulan dua kali atau lebih.
Kata Kunci : toksoplasmosis, faktor risiko, tikus, kucing liar, keguguran dan atau kematian janin