Laporkan Masalah

KONSEP MORAL DALAM SERAT BIMA SUCI KARYA YASADIPURA I

PURWADI, Prof. Dr. Hj. Endang Daruni Asdi

2013 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Krisis multidimensi yang teljadi pada masa Mataram menyebabkan kerajaan itu terpecah-pecah menjadi em pat yaitu: Kraton Surakarta, Kraton Y ogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Pakualaman. Para raja Jawa dan eht pribumi sudah tidak mempunyai kekuatan yang berarti Iagi. Kedudukan raja hanya sebagai simbol belaka, tanpa wibawa kekuasaan. Penderitaan politik dan ekonomi mereka atasi dengan mengalihkan perhatian publik ke arah sastra, seni, dan budaya yang bermuatan etik dan mistik. Salah satu karya sastra yang mengandung unsur etik dan mistik itu adalah Serat Bima Suci. Serat Bima Suci diciptakan Yasadipura I pada masa awal kraton Surakarta. Secara historis Serat Bima Suci berkaitan dengan kitab Nawaruci, karya Empu Siwamurti pada jaman akhir kerajaan Majapahit. Kitab Nawaruci merupakan karya mistik Jawa yang terpengaruh ajaran agama Hindu. Serat Bima Suci merupakan perpaduan antara sastra mistik yang mengandung paham asli Jawa-Hindu, dan Islam. Keselarasan hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam menjadi tema pokok Serat Bima Suci. Hubungan manusia dengan Tuhannya yang bersifat teologis tercermin dalam ungkapan manunggaling kawula gusti dan curiga manjing warangka. Hubungan manusia dengan alam yang bersifat antropoekologis tercermin dalam ungkapan, mangasah mingising budi, mamasuh malaning bumi, dan memayu hayuning bawana, yang bermuara rada pembentukan jalma sulaksana, insan kamil, sarira bathara, manusia paripurna yang imbang Iahir batin, jiwa-raga, intelektualspiritual, dan kepala-dadanya. Ungkapan mati sajroning ngaurip dalam Serat Bima Suci memberi isyarat persuasif kepada manusia agar selalu eling ian wm.pada, bersahaja, mengendalikan diri, mengurangi kenikmatan badaniah duniawi, bersedia lara lapa tapa brata dan bersyukur meskipun berkesempitan. Peljuangan hidup di alam padang yang fana ini dalam Serat Bima Suci berkaitan dengan usaha untuk memahami sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan kehidupan, yaitu khusnul khatimah atau akhir peljalanan hidup yang membahagiakan. Pembinaan pribadi manusia paripurna dalam Serat Bima Suci dianjurkan dengan melaksanakan syariat-tarikat-hakikat-makrifat, sembah raga-sembah ciptasembahjiwa- sembah rasa. Keempat laku itu senantiasa dihalangi oleh nafsu manusia yaitu amarah- lawwamah-sufiyah, polemos-egocentros-eros. Hanya nafsu mutmainah atau religius yang mendukung keutamaan laku mulia, sehingga manusia selamat dalam meniti empat tujuan hidupnya: kama-artha-dharma-moksa, kenikmatankesejahteraan- ketertiban-kelepasan, yang hams dilalui dengan ujian dan cobaan, derita dan air mata. Problematika kehidupan yang silih berganti menurut Serat Bima Suci harus diselesaikan dengan cara arif bijaksana, tepat guna, basil guna, efektif e:fisien, profesional sufistik, dan humanistik religius sebagaimana personifikasi tokoh Bima yang telah mencapai derajat satria pinandhita, yang bertekad tapa ngrame atau menjalankan kelja sosial dengan dilandasi nilai-nilai keagamaan. Kepaduan antara ilmu-amal, cipta-rasa, dan karsa-karya merupakan ekuilibrium untuk menata masa depan yang lebih cemerlang. Re:fleksi atas eksistensi etis :filosofis Serat Bima Suci ini merupakan salah satu tawaran problem solving terhadap permasalahan kontemporer dalam konteks sosiohistoris.

Multidimensional crisis had caused Kraton Mataram to be four small kingdoms. They are Kraton Surakarta, Kraton Y ogyakarta, Pura Mangkunegaran and Pura Pakualaman. The kings of Java did not have significant power. Their position was only as symbol, without authority. Politic and economic suffering had pushed them to shift public attention to literature, art, and culture that fill ethics and mysticism. One of the literatures that fill ethic and mysticism is Serat Bima Suci. Serat Bima Suci was created by Yasadipura I in the earlier period of Kraton Surakarta. Historically Serat Bima Suci is still related with kitab Nawaruci that was created by Empu Siwamurti in the end period of Majapahit Kingdom. Kitab Nawaruci is a literature of Javanese mysticism that is influenced by Hinduism doctrine. Serat Rima Suci is a literature of mysticism that has acculturation between Javanism, Hinduism, and Islamism. The harmony of relation between God, human, and world become focal of Serat Bima Suci. The relation between human and God theologically has been said as manunggaling kawula gusti and curiga manjing warangka. The relation among human and world anthropoecologically has been said as mangasah mingising budi, memasuh mafaning bumi, and memayu hayuning bawana that move to formation of }alma sulaksana, insan kamil, sarira bathara, a perfect human that has harmonized life between lahir bat in, jiwa-raga, intellectual-spiritual, and head-heart. The expression of mati sajroning ngaurip in Serat Bima Suci gives persuasive signal to men so that they always eling !an waspada, simple, introspection, to avoid enjoyment of material, to do lara lapa tapa brata and happy although they are sad. The struggle for life in the world according to Serat Bima Suci connect with the effort to understand sangkan paraning dumadi or from and to where this life, that is khusnul khatimah or the happy ending life. The education of perfect human character according to Serat Bima Suci is ordered by doing syariat-tarikat-hakikat-makrifat, sembah raga-sembah ciptasbnbah jiwa-sembah rasa. The four of doctrine are always troubled by human instinct. They are nafsu amarah-lawamah-sufryah, polemos-egocentros-eros. It is only instinct of mutmainah or religious that support the good conduct, so that men get safety in reaching the purpose of their life. There are kama-artha-dharma-moksa, enjoyment-prosperity-law-freedom, that all of them ought to do by examinating the life. There is suffering and difficulty. Some problems of life according to Serat Bima Suci must be solved wisely, effectively, efficiently, su:fistic professional and religious humanistic as personification of Bima that reach degree as satria pinandita, that always do tapa ngrame or do social work religiously. The unity between ilmu-amal, cipta-rasa, karsa-karya is the equilibrium to arrange the better future. The reflection of ethical philosophy existention of Serat Bima Suci is one of discourses of problem solving to some contemporary problems in sociohistorical context.

Kata Kunci : -


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.