PENCIPTAAN NILAI BUMN PERKEBUNAN: HARMONISASI PENILAIAN KESEHATAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN KEUANGAN RANTAI PASOK
AGUSTINUS NURHADI DAIRO, Dr. Ir. Adi Djoko Guritno, MSIE
2013 | Tesis | S2 Teknologi Industri PertanianPenilaian kesehatan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan dihitung berdasarkan delapan indikator seperti pengembalian ekuitas, pengembalian investasi, rasio kas, rasio lancar, waktu penagihan, perputaran persediaan, perputaran total aset, dan rasio total modal sendiri terhadap total aset. Kedelapan indikator tersebut mengacu pada prinsip akuntansi, sehingga berpeluang menimbulkan ilusi dalam penciptaan nilai bagi pemilik modal. Nilai bagi pemilik modal kemudian diukur menggunakan nilai tambah ekonomis (EVA) dan juga untuk mengidentifikasi ilusi kesehatan keuangan. Keuangan rantai pasok diterapkan sebagai solusi meredam ilusi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian nilai tambah ekonomis BUMN perkebunan kurun waktu 2002 – 2011, mengetahui sisi harmonis dan biasnya kesehatan keuangan, dan menerapkan keuangan rantai pasok untuk mengharmoniskan kesehatan keuangan. Analisis deskriptif dan empiris digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa EVA positif secara rerata tercapai dua tahun setelah implementasi penilaian kesehatan keuangan dengan kelajuan pertumbuhan 1,7 kali per tahun. Berdasarkan batasan waktu pengamatan, EVA terendah terjadi pada 2002 sebesar Rp -37 miliar/ perusahaan dan EVA tertinggi terjadi pada 2011 sebesar Rp +185 miliar/ perusahaan. Hasil analisis empiris membuktikan antara skor kesehatan keuangan terhadap EVA memiliki keeratan kuat, asosiasi nyata pada taraf 1%, arah positif, dan kemampuan penjelasan sebesar 78,77%. Keharmonisan juga terbukti pada kedelapan indikator kesehatan keuangan terhadap EVA yang memiliki keeratan lemah hingga kuat, berasosiasi nyata pada taraf 1% dengan kemampuan penjelasan berkisar 49,55% - 87,22%, dan kesesuaian arah dengan yang tercantum pada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor: Kep-100/MBU/2002 tentang penilaian kesehatan BUMN. Ilusi dalam penilaian kesehatan keuangan menyebabkan 8% BUMN perkebunan terlihat memiliki garis trend skor kesehatan keuangan dan laba setelah pajak yang meningkat, namun sejatinya nilai korporasi dihancurkan yang ditunjukkan dengan garis tren EVA yang menurun curam. Ilusi terjadi karena kesehatan keuangan tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan biaya atas kapital terinvestasi. Dengan pendekatan keuangan rantai pasok, kapital kerja berbiaya mahal dapat diidentifikasi untuk digantikan dengan kapital kerja cuma-cuma melalui skenario penerimaan persediaan dan piutang usaha juga pembayaran hutang usaha yang tepat. Analisis empiris membuktikan adanya keeratan lemah dan asosiasi nyata pada taraf 1% bahwa dengan mempercepat durasi persediaan, piutang, dan hutang secara kompak dan dengan menjadikan siklus konversi kas nol hari, ceteris paribus, dapat mengoptimumkan capaian EVA BUMN perkebunan.
Financial health valuation for Estate Crop-State Owned Enterprises (Estate SOE) is scored by eight indicators e.g. return on equity, return on investment, cash ratio, current ratio, collection period, inventory turnover, total asset turnover, and total equity to total asset. These indicators are accepting accounting principles which permit illusion for shareholder value creation. This research employs Economic Value Added (EVA) to estimate created shareholder value and to identify the illusion in financial health valuation. Moreover, the identified illusion could be reduced by focusing on Supply Chain Finance scheme. The research objectives are to collect information about EVA which had been created by Estate SOE during 2002-2011, to explore the harmony and bias side of financial health valuation, and to conduct supply chain finance scheme in harmonizing financial health valuation. Descriptive and empirical analysis will be applied to address these objectives. The results show that positive EVA on the average had been achieved two years after the implementation of financial health valuation with the EVAs growth rate about 1,7 times per year. Following on the time frame of the observation, lowest EVA about IDR -37 billion/ company occured in 2002 and highest EVA about IDR +185 billion/ company occured in 2011. The results find that Financial Health Score to EVA have strong correlation, significant relationship at 1% level, positive direction, and appear to have 78,77% of explanatory power. There are also findings due to harmony between eight indicators of Financial Health Score to EVA that indicate weak correlation, significant association at 1% level which have explanatory power ranging from 49,55% to 87,22%, and the direction of the association have been appropriate with what were defined in Decree of State Owned Entreprise Minister Number: Kep-100/MBU/2002 about SOE financial health valuation. However, our analysis discloses the illusion that actually 8% of Estate SOE destroy their value for shareholder whereas their trend line of Financial Health Score and Earning After Tax has been increasing. The shareholder value destruction is reflected by acute decresing of EVA trend line. Illusion appear because financial health valuation do not recognize cost of invested capital completely. By approaching with supply chain finance, enabling Estate SOE to control and replace this expensive invested working capital to no charge/ low risk working capital. The needs of working capital for investing inventory and accounts receivable can be adequately from accounts payable through arranging right disbursement cycle and receipt cycle. This research found weak correlation and significant association at 1% level if duration of the inventory, account receivable, and account payables shorter, and cash conversion cycle set to be zero days, ceteris paribus bring Estate SOE to generate optimum EVA.
Kata Kunci : BUMN Perkebunan, Nilai Tambah Ekonomis, Kesehatan Keuangan, Keuangan Rantai Pasok