Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan potensi limbah kulit singkong menjadi edible film sebagai pengganti bahan pengemas dan diharapkan dapat memberikan fungsi proteksi yang baik selama proses penyimpanan bahan pangan. Pada penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Dalam penelitian tahap I dilakukan pembuatan edible film dengan mengkombinasikan variasi konsentrasi pati kulit singkong (2 g, 3 g dan 4 g) dan variasi gliserol (20%, 30% dan 40%). Pada penelitian tahap II, variasi konsentrasi pati kulit singkong (2 g, 3 g dan 4 g) dengan penambahan konsentrasi kitosan (0,5 g dan 1 g). Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini antara lain uji ketebalan, tensile strength, elongation, water vapor transmission rate (WVTR), scanning electron microscopy (SEM), uji kelarutan dan biodegradabilitas. Edible film dari pati kulit singkong 4 g dengan penambahan kitosan 1 g memiliki sifat barrier uap air paling baik (5,9313 g/m 2 /jam). Edible film yang memiliki nilai tensile strength tertinggi dari film pati kulit singkong diperoleh pada variasi pati kulit singkong 2 g dengan kitosan 1 g (14,0456 MPa), sedangkan prosentase pemanjangan (%E) paling tinggi pada variasi pati kulit singkong 4 g dengan kitosan 1 g (47,6063 %). Pada pengujian biodegradabilitas yang dilakukan selama 3 minggu, diperoleh hasil pengamatan film tanpa kitosan pada minggu ke3 menunjukkan sisa-sisa film tersebut sudah bersih atau terdegradasi sempurna, sedangkan pada film dengan penambahan kitosan hasil yang diperoleh pada pengamatan minggu ke-3 telah terlihat perubahan fisik pada plastik, tetapi belum terdegradasi secara sempurna. Hasil uji SEM menunjukkan morfologi mikrostruktur film dari pati kulit singkong tanpa kitosan terlihat tidak rapat dan masih memiliki banyak rongga berukuran besar, serta masih terlihat adanya retakan pada permukaan film. Namun demikian, keretakan dan rongga tidak nampak ketika ditambahkan kitosan. Pada sampel film dengan penambahan kitosan terlihat bahwa strukturnya menjadi kompak dan padat dengan memiliki sedikit rongga, dan masih terlihat sedikit retakan pada permukaan film.

The aim of this research is to increase the potency of cassava peel waste as edible film for instant noodle seasoning wraps and to give better protection. This research includes 2 parts. The first part is the forming of edible film by combining the concentration of cassava peel starch (2 g, 3 g and 4 g) and glycerol (20%, 30% and 40%). The second part is varying the concentration of cassava peel starch (2 g, 3 g and 4 g) by adding the chitosan concentration (0,5 g and 1 g). The tests conducted in this research are : thickness, tensile strength, elongation, water vapor transmission rate (WVTR), scanning electron microscopy (SEM), solubility and biodegradability tests. Edible film from 4 g cassava peel starch by adding 1 g chitosan has the best vapor barrier at 5,9313 g/m 2 /hour. The highest tensile strength value (14,0456 MPa) of edible film is obtained from cassava peel starch film with the variation of 2 g cassava peel starch and 1 g chitosan. The highest elongation value of edible film is 47,6063% by the variation of 4 g cassava peel starch with 1 g chitosan. Biodegradability tests conducted for 3 weeks shows that the film without chitosan is degradated totally in the third week and film with chitosan shows physical changes but not degradated totally in the third week. Scanning electron microscopy (SEM) shows the microstructure morphology of the cassava peel starch film. Without chitosan, the film is not compact and has large pores and brittles on the film surface. The film with chitosan shows the different result compared to the film without chitosan. With chitosan, the film is more compact, has little pores and little brittles on the film surface.

Kata Kunci : edible film; limbah kulit singkong; gliserol; kitosan