Laporkan Masalah

ANALISIS PENILAIAN KONTINJENSI LAHAN PERSAWAHAN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2010

Adityo Budi Santosa, S.E., Prof. Dr. Catur Sugiyanto, MA

2011 | Tesis | S2 Magister Ek.Pembangunan

Pemanfaatan lahan komersial dan residensial di Kabupaten Sleman dari waktu ke waktu selalu meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman keterbatasan lahan menyebabkan sering terjadinya alih fungsi lahan persawahan. jumlah lahan persawahan turun 0,7persen pertahun dan rata-rata produksi turun 0,94 persen pertahun. Lahan persawahan sering kali dinilai lebih rendah dari harga pasar. karena dalam proses penilaian lahan sawah sering kali manfaat ekologis tidak diperhitungkan. Nilai ekologis adalah nilai atas interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi makhluk hidup dan lingkungan. Nilai ekologis ini akan ditawarkan sebagai bentuk konpensasi kepada para petani agar mereka mau menjaga kelangsungan lahan persawahan. Instrumen yang dipergunakan untuk memperoleh data nilai hak pengembangan lahan dan nilai ekologis adalah kuesioner dengan pertanyaan bersifat terbuka yang di tanyakan kepada para petani dan masyarakat sekitar sawah. Dari hasil estimasi disimpulkan bahwa rata-rata nilai guna lahan adalah sebesar 3 persen dari ekspektasi nilai lahan optimal yang berarti nilai hak pengembangan lahan adalah sebesar rata-rata 97 persen dan nilai kesedian masyarakat untuk membayar manfaat ekologis adalah 13.800 rupiah per bulan. Respon pemilik lahan terhadap tawaran nilai ekologis guna menjaga kelangsungan lahan sawah dengan model logit. Berdasar respon pemilik lahan diperoleh kesimpulan, pemilik lahan setuju jika lahan sawah ditambahkan nilai ekologis sebesar kesedian masyarakat untuk membayar, namun tidak semua setuju untuk mempertahankan sawahnya.

Commercial and residential land use in Sleman district from time to time always increases with population and economic growth. This also happened in District Depok Sleman limited land leading to frequent occurrence over the functions of paddy fields. number of rice fields fell 0.7 percent per year and average annual production fell 0.94 percent. Paddy fields are often considered lower than market price. because in the process of assessment of wetland ecological benefits are often not taken into account. Ecological value is the value of the interaction between living things and the interaction of living beings and the environment. Ecological value will be offered as a form of compensation to farmers so that they would maintain the continuity of paddy fields. Instruments used to obtain data on the value of land development rights and ecological value is a questionnaire with open-ended questions that ask the farmers and communities around the rice fields. From the results concluded that the estimated average value of land is equivalent to 3 percent of the expected optimal value of land which means the value of land development rights amounted to an average of 97 percent and the value of community willingness to pay for the ecological benefit is 13,800 rupiah per month. Response landowners to bid in order to maintain the continuity of the ecological value of wetland with logit models. Based on the response of landowners is concluded, if the landowner agrees wetland ecological added value of community willingness to pay, but not all agree to maintain the fields.

Kata Kunci : nilai ekologis, nilai guna lahan, nilai hak pengembangan lahan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.