Laporkan Masalah

Budak orang buangan dan perkenier di perkebunan pala :: Perbudakan di Kepulauan Banda tahun 1770-1860

BARJIYAH, Umi, Dr. Sri Margana

2009 | Tesis | S2 Sejarah

Kemajuan pesat perdagangan rempah-rempah di Maluku telah membawa suatu perubahan yang besar terhadap keadaan perekonomian, sosial, dan politik dari sistem tradisional menuju sistem kapitalis yang diciptakan oleh VOC. Pala sebagai komoditas yang utama pada pasaran dunia telah menyebabkan penguasaan atas tanah-tanah di Kepulauan Banda untuk dibuka perkebunan pala yang diperuntukkan bagi pengusaha swasta Eropa. Kajian ini memaparkan tentang perbudakan yang dilakukan oleh perkenier di perkebunan pala pada 1770 - 1860. Uraian tentang perbudakan dan perkebunan di Banda membuka sisi lain dari sejarah Banda, dimana jaringan perbudakan dan perdagangan merupakan mata rantai yang saling mendukung. Sumber sejarah yang digunakan dalam studi adalah sejumlah dokumen tertulis berupa arsip, artikel, buku, disertasi, tesis, peta, dan lain-lain. Dari sumber-sumber ini dilakukan studi kepustakaan dan studi kearsipan. Sumber-sumber sejarah ini secara analitik dapat menyajikan peristiwa perbudakan pada perkebunan pala di Banda. Studi ini menyimpulkan bahwa perbudakan di Kepulauan Banda pada dasarnya didukung oleh banyak pihak, diantaranya pedagang, pejabat VOC dan Pemerintah Belanda, perkenier, dan peran bajak laut. Kebutuhan akan tenaga kerja di perkebunan memungkinkan maraknya perdagangan budak dan hal ini memudahkan para perkenier mendapat budak dan orang buangan sebagai tenaga kerja di perkebunan pala. Kota-kota pantai di Maluku seperti Ambon, Seram, dan Banda adalah tempat-tempat penting sebagai pusat perdagangan budak, dan para pedagang budak di Maluku mempunyai jaringan di Timor, Sumba, Sumbawa, Bali, Makassar, Butung, dan Batavia bahkan sampai ke Asia Tenggara. Dari kajian perbudakan ini pula dapat dijelaskan adanya permasalahan yang bermula dari kebijakan yang diberikan kepada para perkenier menimbulkan terjadinya pelanggaran peraturan dan perkenier tidak tunduk pada pemerintahan di Ambon maupun Batavia.

the economi, social, and political condition in Moluccas. In the economical section, VOC changed the rules from traditional to the capital system. Nutmegs as the main commodity in the world trade made a lot of controlled land in Banda becoming nutmeg plantations that were distributed for European companies. This study concerns in slavery of nutmeg plantations did by perkenier at the 1770 - 1860. It exposes another side of Banda’s history where slaves and trade were a chain that sustained each other. The historical sources used to the study are in the form of files, articles, books, dissertation, thesis, maps, etc that be investigated through literature and records review. Those sources can present information about slavery in nutmeg plantations in Banda. The study concludes that many parties such as merchant, , VOC, Nederland government, perkenier, and pirates supported slavery in Banda. The needs of workers in plantation born the slavery trade that easier perkenier got slaves and outcasts for their nutmeg plantations. Some cape town in Molucca such as Ambon, Seram, and Banda were the important places for slavery trade. The slave agents in Molucca had a lot of network in Timor, Sumatra, Sumbawa, Bali, Macassar, Butung, Batavia and even around South East Asia. This study also explained that there was a problem caused by the policy given to perkenier concerned in nutmeg plantations. This policy caused some rule violations and perkenier rebelled to the Batavia and Ambon government.

Kata Kunci : Budak,Orang buangan,Perkenier,Perbudakan,Perkebunan pala,Kepulauan Banda, Slave, outcast, perkenier, slavery, nutmeg plantation, and Banda Archipelago


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.