Pengaruh pemberian getah batang pisang ambon (Musa paradisiaca var Sapientum Lamb) terhadapa penyembuhan luka bakar pada tikus putih (Rattus norvegicus)
ARYENTI, dr. E. Suryadi, SU
2009 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan BiomedisPenyembuhan luka bakar adalah interaksi suatu kejadian seluler yang kompleks. Proses ini terdiri dari pelapisan, penyusunan, dan penyembuhan kulit yang cedera. Getah batang pisang ambon (Musa paradisiaca var Sapientum Lamb) mengandung saponin, lektin, tanin, kuinon, antrakuinon dan asam askorbat yang mampu memacu proses penyembuhan luka bakar dan sudah dipakai dalam pengobatan tradisional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses penyembuhan luka bakar setelah pemberian getah batang pisang ambon ( Musa paradisiaca var Sapientum Lamb ) Empat puluh lima ekor tikus putih jantan strain Wistar ber-umur 2 bulan dengan berat badan 300-400 mg yang diberi luka bakar dengan cauter suhu 500 selama 10 detik pada kulit punggung , 0,5 cm di kanan dan kiri columna vertebralis dan 2,5 cm dari telinga , kemudian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif yang tidak diberi obat, kelompok kontrol positif yang diberi gel ekstrak plasenta dan neomisin sulfat dan kelompok perlakuan yang ditetesi getah batang pisang ambon sebanyak 20 mikroliter. Setiap kelompok dibagi menjadi 3 sub-kelompok. Masing-masing subkelompok terdiri dari 5 ekor tikus sesuai hari dekapitasi yaitu hari ke-7, ke-14 dan 21 setelah perlakuan. Perhitungan jumlah leukosit PMN, pembuluh darah baru, sel fibroblas, ketebalan epidermis dan penilaian kepadatan serabut kolagen dilakukan dengan pemeriksaan histologis dengan pewarnaan HE dan Mallory Pada penelitian ini menunjukkan pada hari ke-7 jumlah leukosit PMN paling sedikit pada kelompok luka yang diberi gel bioplacenton, disusul kelompok luka yang tidak diberi obat, kemudian kelompok luka yang diberi getah pisang ambon. Selanjutnya dilakukan uji LSD terdapat perbedaan yang bermakna ( p<0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 114,20 ± 11,99 ) dengan kelompok luka yang diberi gel bioplacenton ( 89,80 ± 5,93 ), terdapat perbedaan yang tidak bermakna ( p> 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 114,20 ± 11,99) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 110,60 ± 12,21). Pada hari ke- 14 dan ke - 21 jumlah leukosit paling sedikit terdapat pada kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon, disusul dengan kelompok luka yang diberi gel bioplacenton, kemudian kelompok luka yang tidak diberi obat. Selanjutnya dilakukan uji LSD pada hari ke- 14 terdapat perbedaan yang bermakna ( p<0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 31,60 ± 9,24 ) dengan kelompok yang tidak diberi obat ( 90,20 ± 17,56), terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 31,60 ± 9,24) dengan kelompok luka yang diberi gel bioplacenton ( 48,60 ± 10,81), pada hari ke 21 terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon (9,40±2,22 ) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 64,40 ± 22,31). Pada hari ke-14 terdapat ketebalan lapisan epitel yang paling tebal pada kelompok getah batang pisang ambon, disusul kelompok luka yang diberi gel biopacenton kemudian luka yang tidak diberi obat . Selanjutnya dilakukan uji LSD terdapat perbedaan yang bermakna ( p<0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 43,20 ± 5,67 mikron) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat (22,00 ± 3,54 mikron ), pada hari ke- 21 ketebalan lapisan epitel paling tebal terdapat pada kelompok luka yang tidak diberi obat, disusul dengan kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon kemudian kelompok luka yang diberi gel bioplacenton. Selanjutnya dilakukan uji LSD didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok getah batang pisang ambon ( 29,00 ± 2,92 mikron) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 32,40 ± 3,64 mikron) Pada hari ke- 7 dan 14 terdapat pembuluh darah baru yang paling banyak pada kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon, disusul kelompok luka yang diberi gel bioplacenton kemudian luka yang tidak diberi obat . Selanjutnya dilakukan uji LSD pada hari ke- 7 terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 4,60 ± 0,55 ) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat (1,40 ± 0,55 ), pada hari ke 14 terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 7,20 ± 0,84 ) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 2,40 ± 0,55 ). Pada hari ke- 21 jumlah pembuluh darah yang paling banyak terdapat pada kelompok yang diberi getah batang pisang ambon, disusul dengan kelompok luka yang tidak diberi obat kemudian kelompok luka yang diberi gel bioplacenton. Selanjutnya dilakukan uji LSD terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 5,20 ± 0,84 ) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 4,80 ± 0,84). Pada hari ke- 7 menunjukkan jumlah sel fibroblas yang paling banyak terdapat pada kelompok luka yang diberi gel bioplacenton, disusul kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon, kemudian luka yang tidak diberi obat. Selanjutnya dilakukan uji LSD terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon (2,80 ± 0,84) dengan kelompok luka yang diberi gel bioplacenton (4,40 ± 1,14), terdapat perbedaan yang bermakna ( p<0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 2,80 ± 0,84 ) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 2,00 ± 0,70 ). Pada hari ke -14 terdapat jumlah fibroblas yang paling banyak pada kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon, disusul kelompok luka yang diberi gel bioplacenton kemudian kelompok yang tidak diberi obat. Selanjutnya dilakukan uij LSD terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 44,00 ± 1,59 ) dengan kelompok luka yang tidak diberi obat ( 15,00 ± 3,32 ), pada hari ke- 21 jumlah sel fibroblas yang paling banyak terdapat pada kelompok luka yang diberi gel bioplacenton,disusul kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon kemudian luka yang tidak diberi obat. Kemudian dilakukan uji LSD didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) antara kelompok luka yang diberi getah batang pisang ambon ( 34,60 ± 3,36 ) dengan luka yang tidak diberi obat ( 23,60 ± 3,85). Analisis statistik Kruskal Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna ( p< 0,05) pada kepadatan seabut kolagen antara kelompok getah batang pisang ambon dengan kelompok kontrol pada periode dekapitasi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian getah batang pisang ambon pada luka bakar penyembuhannya lebih baik dengan dasar bukti menurunnya jumlah leukosit PMN pada hari ke- 7, 14 dan 21, meningkatnya jumlah fibroblas pada hari ke-7 dan 14, meningkatnya jumlah pembuluh darah baru pada hari ke-7 dan14, meningkatnya ketebalan lapisan epidermis pada hari ke-7 dan 14, meningkatnya kepadatan serabut kolagen pada hari ke-7,14 dan ke-21.
Burn wound healing is the interaction of complex cellular events. This process consists of resurfacing, reconstructing, and restoration of the injured skin. Ambon banana stalk sap (Musa paradisiaca var Sapientum Lamb) contains saponin, lectin, tannin, quinon, antraquinon, and ascorbic acid which can accelerate burn wound healing process and has been used in traditional medicine. The aim of this research was to investigate burn wound healing process after given Ambon banana stalk sap (Musa paradisiaca var Sapientum Lamb) Fourty five strain Wistar rats of age 2 months, with 300-400mg weight were injured by burn healing with cauter 500 temperature for 10 seconds on back 0,5 cm right and left columna vertebrale 2,5 cm in cutis from the ear area, The rats were divided into 3 groups. The first group as negative control group which not given medicine, the second group as positif control group was treated by Bioplacenton, and the third group as one treatment group that dropped 20 mikroliter by Ambon banana stalk sap. Each of the groups was divided into 3 sub group. Each of the sub groups composed of 5 rats on the period of termination, i.e: 7th, 14 th and 21 th after wounded. Histological evaluation was done by calculating the number of leukocyte PMN, New blood vessels, fibroblast, to measure the thickness of epiderm layer and to value the density of collagen fiber done by histological checking of HE and Mallory colored The results of this study showed that the least number of leukocyte PMN at the seventh day occurred on the wound group treated by bioplacenton, followed by the wound group that was not given medicine, then the wound group that was given the Ambon banana stalk sap, furthermore it was conducted the test of LSD, it showed the significant difference (p < 0,05) between the wound group treated the Ambon banana stalk sap ( 114,20 ± 11,99) and the wound group treated by bioplacenton (89,80± 5,93), there was insignificant difference (p>0,05) between the wound group treated the Ambon banana stalk sap (114,20± 11,99) and the wound group that was not given medicine ( 110,60± 12,21). At the fourteenth day and twenty first day, the least number of leukocyte occurred on the wound group that was treated by Ambon banana stalk sap, followed by the wound group treated by bioplacenton, then wound group that was not given the medicine. Furthermore, it was conducted the test of LSD on the fourteenth day showed the significant difference (p<0,05) between the wound group that was given the Ambon banana stalk sap (31,60 ± 9,24) and the group that was not given medicine (90,20 ± 17,56), there was a insignificant difference (p>0,05) between the group that was given the Ambon banana stalk sap (31,60± 9,24) and the group that was given bioplacenton (48,60 ± 10,81). At the twenty first day, there was the significant difference (p<0,05) between the groups that was given the Ambon banana stalk sap (9,40± 2,22) and the group that was not given the medicine (64,40± 22,31) At the fourteenth day, there was the thickest epiderm layer in the group Ambon banana stalk sap , followed by the group that was given the bioplacenton, then the group hat was not given the medicine. Then it was conducted the test of LSD, it showed the significant difference (p<0,05) between the group that was given the Ambon banana stalk sap (43,20±5,67 micron) and the group that was not given the medicine (22,0±3,54 micron), at the twenty first day, the thickest epiderm layer density occurred on the group that was not given the medicine, followed by the group that was given the Ambon banana stalk sap, then the group that treated by bioplacenton. Then it was conducted the test of LSD, it showed the significant difference (p<0,05) between group that was given the Ambon banana stalk sap (29,00±2,92 micron) and the group that was not given the medicine (32,40±3,64 micron). At the seventh day and fourteenth day, there was the most number of new blood vessel on the wound group that was given the Ambon banana stalk sap, followed by the group that was given bioplacenton, then the group not given medicine. Furthermore, it was conducted the test of LSD at the seventh day, there was the significant difference (p<0,05) between the group given the Ambon banana stalk sap (4,60±0,55) and the group that was not given the medicine (2,40± 0,55), at the the fourteenth day, there was the significant difference (p<0,05) between the group given the Ambon banana stalk sap (7,20±0,84) and the group that was not given the medicine (2,40±0,55). At the twenty first day, the most number of new blood vessel occurred in the wound group given the Ambon banana stalk sap, followed by the group that was not given medicine, then the group that given bioplacenton. Furthermore it was conducted the test of LSD, there was a significant difference (p<0,05) between the group given the Ambon banana stalk sap (5,20±0,84) and the group not given the medicine (4,80±0,84). In the seventh day, it showed the most number of fibroblast cell, it occurred on the group given bioplacenton, followed the group given the Ambon banana stalk sap, then the group not given the medicine. Furthermore, it was conducted the test of LSD, there was a significant difference (p<0,05) between the group given the Ambon banana stalk sap (2,80±0,84) and the group given bioplacenton (4,40±1,14), there was a significant difference (p<0,05) between the group given the Ambon banana stalk sap (2,80±0,84) and the group not given medicine (2,00±0,70). In the fourteenth day, there was the most number of fibroblast cell on the group given the Ambon banana stalk sap, followed by the group given bioplacenton, then the groups not given medicine. Then, it was conducted the test of LSD, there was the significant difference (p<0,05) between the groups given the Ambon banana stalk sap (44,00±1,59) and the group not given the medicine (15,00±3,32), at the twenty first day, the most number of fibroblast occurred on the groups given the bioplacenton, followed by the group given the Ambon banana stalk sap, then the groups not given the medicine. Furthermore, it was conducted the test of LSD, there was the significant difference (p<0,05) between the group given the Ambon banana stalk sap (34,60±3,36) and the groups not given the medicine (23,60±3,85). Kruskall Wallis test showed that there was a significant difference (p<0,05) in the density of collagen fiber between Ambon banana stalk sap and negative control groups based of the groups of termination periods. Based on the research, it can be concluded that the given drop of Ambon banana stalk sap on the burn wound healing was better. It was based on the decreased number of leukocyte PMN at the seventh day, fourteenth day, and twenty first day, the increased number of fibroblast cell at the seventh day and the fourteenth day, the increased number of new blood vessel at the seventh day and the fourteenth day, the increased number of epiderm layer density at the seventh and fourteenth days, the increased collagen fiber layer at the seventh, fourteenth and twenty first days.
Kata Kunci : Luka bakar,Getah Batang Pisang Ambon