Laporkan Masalah

Kekerasan dalam rumah tangga pada istri dengan pemenuhan hak kesehatan reproduksi di Kabupaten Purworejo :: Data survei Sehati tahun 1999-2000

RENA, Prof. dr. M. Hakimi, Sp.OG(K)., Ph.D

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Dampak tindak kekerasan pada istri dapat menyebabkan tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi seperti penggunaan alat KB, antenatal care/ANC dan postpartum care /PPC yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kematian ibu saat hamil, bersalin dan masa nifas serta tindakan aborsi dan kesakitan / kematian pada anak. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui dampak KDRT terhadap tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi seperti ber-KB, antenatal care/ ANC dan postpartum care / PPC di Kabupaten Purworejo Metode: Jenis penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Data yang dianalisis adalah data survei SEHATI tahun 2000 dan melakukan wawancara mendalam sebagai data pelengkap. Sampel adalah wanita usia subur dan sudah menikah di Kabupaten Purworejo. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Chi-Square dilanjutkan dengan analisis regresi logistik. Hasil Penelitian: Istri yang mengalami kekerasan fisik berisiko 1,10 kali dengan 95%CI (0.65-1.87) dan ibu yang mengalami kekerasan seksual dan istri yang mengalami kekerasan psikologis protektif terhadap tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk ber-KB, tetapi secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Istri yang mengalami kekerasan fisik berhubungan yang signifikan dengan tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk melakukan postpartum care/PPC, dengan nilai OR= 1.84, 95%CI (1.11-3.04). Istri yang tidak sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dan berisiko 2.48 kali tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk ber-KB, ANC dan PPC. Suami yang berpendidikan ≤9 tahun menunjukkan hubungan yang signifikan dengan risiko 2.80 kali terhadap tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi istri untuk ber-KB dan ANC. Paritas ≥4 memiliki hubungan yang signifikan dengan tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk ber-KB dan PPC dengan OR= 1.61. Kesimpulan: Kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikologis tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk ber-KB dan ANC. Istri yang mengalami kekerasan fisik pada masa postpartum mempunyai hubungan yang signifikan dan berisiko tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk postpartum care/PPC. Pendidikan suami dan pendidikan istri merupakan faktor yang berpengaruh dan berkolerasi positif dengan tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk ber-KB, ANC dan PPC. Paritas juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tidak terpenuhi hak kesehatan reproduksi untuk ber-KB dan PPC.

Background: Violence in the household commonly happens to women or wives. The impact of violence to wives can cause unfulfillment of reproductive health rights such as use of family planning instruments, antenatal care and postpartum care which can lead to maternal morbidity and mortality during pregnancy, childbirth and parturition as well as abortion practice and morbidity/mortality of children. Objective: To identify the impact of violence in the household to unfulfillment of reproductive health rights such as having family planning, antenatal care and postpartum care at District of Purworejo. Method: The study used cross sectional design. Data were obtained through use of SEHATI survey 2002 and indepth interview as supplement data. Samples were eligible women who had got married at District of Purworejo. Hypothetical test was made using chi square and logistic regression. Result: Wives who encountered physical violence had risk 1.10 times greater with 95%CI (0.65-1.87) and mothers who encountered sexual violence and wives who encountered psychological violence were unlikely to get reproductive health rights in family planning but statistically there was no significant relationship. There was significant relationship between wives who encountered physical violence and unfulfillment of reproductive health rights in postpartum care with OR=1.84, 95%CI (1.01-3.04). Wives who were uneducated had significant relationship with and had risk 2.48 times greater for unfulfillment of reproductive health rights in having family planning, antenatal care and postpartum care. Husbands with education of less or equal to 9 years had significant relationship with and risk factor 2.80 times greater for unfulfillment of reproductive health rights of wives in having family planning and antenatal care. Parity over or equal to 4 years had significant relationship with unfulfillment of reproductive health rights in having family planning and postpartum care with OR=1.61. Conclusion: Physical, sexual and psychological violence had no significant relationship with unfulfillment of reproductive health rights in having family planning and antenatal care. Wives who encountered physical violence during postpartum had significant relationship with and risk for unfulfillment of reproductive health rights in postpartum care. Education of husbands and wives were factors affecting and having positive correlation with unfulfillment of reproductive health rights in having family planning, antenatal care and postpartum care. Parity was also a factor affecting unfulfillment of reproductive health rights in having family planning and postpartum care.

Kata Kunci : Kekerasan dalam rumah tangga,kekerasan pada istri,Kesehatan reproduksi,violence against wives, reproductive health, women's rights


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.