Laporkan Masalah

Proses urbanisasi perdesaan di Daerah istimewa Yogyakarta dan urbanisasi di Indonesia yang melatarbelakanginya

WIDYATMOKO, M.R. Djarot Sadharto, Promotor Prof.Drs. Kasto, MA

2007 | Disertasi | S3 Geografi

Tingkat urbanisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mencapai 57,7 persen pada tahun 2000 merupakan yang tertinggi di seluruh Indonesia. Laju pertumbuhan tersebut terjadi hanya dalam dua dasawarsa (1980-2000). Dari beberapa penelitian sebelumnya mengindikasikan, bahwa proses urbanisasi yang berlangsung di wilayah ini adalah urbanisasi perdesaan. Dalam penelitian ini urbanisasi perdesaan didifinisikan sebagai proses-proses perubahan yang terjadi di luar batas kota (legal, administratif) yang mengarah pada pembentukan nilai-nilai kekotaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari dinamika proses urbanisasi di Indonesia; (2) mengidentifikasi pola keruangan urbanisasi perdesaan di DIY; (3) membuat tipologi bentuk permukiman; (4) mempelajari kondisi social-ekonomi di setiap tipe desa-kota; (5) mempelajari hubungan antara strategi penghidupan rumahtangga dan urbanisasi perdesaan akibat krisis ekonomi; dan (6) mempelajari relevansi urbanisasi perdesaan dengan pengembangan wilayah. Sebagai fenomena geografis, urbanisasi perdesaan dipandang sebagai sebuah kontinum peristiwa dari tingkat komunitas hingga tingkat global. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode analisis multi-tingkat sebagai metodologi penelitian. Hubungan antar tingkatan analisis (yaitu analisis makro, meso, dan mikro) merupakan kunci utama analisis dalam penelitian ini. Sebagai akibat dari pemilihan metodologi penelitian tersebut, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan perbedaan antar tingkatan analisis. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yang menarik. Urbanisasi di Indonesia merupakan hasil proses evolusi peradaban yang panjang dan berjalan tidak linear. Pada awalnya urbanisasi terkait pembentukan ibukota kerajaan, dan kemudian pembentukan sistem perkotaan kolonial selama penjajahan Belanda. Sistem tersebut merupakan dasar dari pembentukan ‘dua wajah’ (moderen dan tradisional; formal dan informal) perkotaan di Indonesia. Setelah kemerdekaan, urbanisasi di Indonesia memasuki tahap dini. Pembangunan sentralistik dari Orde baru mengakibatkan terbentuknya mega urban dan berlangsungnya proses mega urbanisasi dan urbanisasi perdesaan. Krisis ekonomi tahun 1997 memicu penguatan proses informalisasi wilayah perkotaan. Pada tingkat regional, proses urbanisasi perdesaan mengakibatkan munculnya permukiman desa-kota yang baik jumlah maupun cakupannya cukup signifikan. Penelitian ini juga menemukan 10 jenis permukiman di DIY, yaitu kota inti, kota satelit, kota kabupaten, kota kecamatan, pusat perdesaan, desa-kota pinggiran, desa-kota pedalaman, desa-kota koridor, perdesaan padat penduduk, dan perdesaan jarang penduduk. Proses urbanisasi perdesaan yang berlangsung bersifat konsentratif dan difusif. Faktor yang paling berpengaruh dalam proses urbanisasi perdesaan di DIY adalah perkembangan sektor jasa, terutama usaha kecil/menengah dan informal.Penelitian ini juga menemukan struktur sosial-ekonomi masyarakat permukiman desa-kota bervariasi menurut lokasinya terhadap pusat kota. Penelitian ini juga merekomendasikan empat intervensi kebijakan yang terkait dengan proses urbanisasi perdesaan, yaitu peningkatan pengetahuan dan pemahaman proses urbanisasi perdesaan di daerah; pembentukan atau penguatan lembaga perencanaan keruangan; adopsi pola perencanaan dari bawah ke atas; dan peninjauan kembali undang-undang otonomi daerah

The urbanization level in Yogyakarta Special Province (DIY) which reaches 57.7% in 2000, is the highest in Indonesia. The highest urbanization level growth had occurred in two decades (1980 – 2000). As it was indicated from previous researches, urbanization process which has been taking place in DIY is rural urbanization. In this research, rural urbanization is defined as a process of becoming urban in the areas outside of defined cities. Therefore, the objectives of this research are: 1) to study the dynamics of urbanization process in Indonesia; 2) to identify spatial pattern of rural urbanization in DIY; 3) to set up settlement typology; 4) to study the socio-economic characteristics in desa-kota settlement types, 5) to study the relationship between household livelihood strategy and rural urbanization as the result from economic, and 6) to study the relevance of rural urbanization and regional development. As a geographic phenomenon, rural urbanization is seen as a continuum from community level until global level. Therefore, this research employs multilevel analysis method as the research methodology. Relationship between analytical levels (macro, mezzo, and micro) is the key in this research. As the consequence, the approach used in this research also varied. There are some interesting conclusions from this research. Urbanization in Indonesia is the result of a long evolution of civilization and not linier. At first, urbanization has to do with formation of the capitals of kerajaan, and followed by formation of colonial city system during colonial period. Colonial city system seems to give a foundation of “two faces” of urban areas in Indonesia. After independence, urbanization in Indonesia enters incipient urbanization phase. Centralistic type of development from New Era government gives consequences in the formation of mega urban, mega urbanization process and rural urbanization process. Economic crisis which had occurred since the middle of 1997 enhances informalization of Indonesian cities. At the regional level, rural urbanization process gives consequences in emerging in significant number and coverage of desa-kota settlements. This research finds out ten types of settlement in DIY, i.e. urban core, satellite town, regency towns, district towns, rural centers, peri desa-kota, inner desa-kota, desa-kota corridor, densely-populated rural, and sparsely-populated rural settlements. The existing rural urbanization process in DIY is taking place in concentrative and diffusive way. The main factor which is influencing rural urbanization process in DIY is (the growth of) service sector, especially small and medium enterprises and informal activities. This research has also found out that socio-economic structure of desa-kota societies tend to be varied according its location from city center. For development policy interventions (by the government), there are four recommendations which should be taken into account in accordance with this process of rural urbanization, i.e. the enhancement of knowledge and understanding of rural urbanization process for local administrations; to establish (or to enhance for which already exist) (government) institutions dealing with spatial (development) planning; to adopt (to realize) bottom-up (spatial development) planning; to revisit the existing regional autonomy acts and policies.

Kata Kunci : Urbanisasi Pedesaan,DIY dan Indonesia, urbanization, rural urbanization, desa-kota settlement


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.