Peran publik-produktif perempuan dalam komunitas masyarakat berbasis tradisi pesantren :: Studi atas keluarga Santri di Mlangi Sleman Yogyakarta
MA'MUN, Sukron, Dr. Susetiawan
2006 | Tesis | S2 SosiologiPenelitian ini ingin menilik lebih jauh pembagian peran gender yang terjadi dalam komunitas masyarakat santri Mlangi. Kaum perempuan dalam komunitas masyarakat santri Mlangi menunjukkan peran yang besar terutama keterlibatannya dalam peran publik-produktif. Realitas ini memperlihatkan perubahan yang menarik dalam komunitas masyarakat santri yang kesadaran keilmuan mereka didasarkan pada kitab fiqh dan juga tradisi pesantren. Padahal sebagian besar kitab fiqh menempatkan posisi kaum perempuan dalam ruang domestik. Penempatan posisi ini diperteguh dalam sistem sosial yang telah mentradisi dalam kehidupan pesantren. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis data diskriptif-analitis, yang mencoba menggambarkan situasi yang terjadi dan menganalisanya. Wawancara mendalam. Pengamatan tidak terlibat dan dokumentasi sebagai cara untuk mendapatkan data. Penggambaran realitas pembagan peran gender yang terjadi, faktor-faktor yang mendorong keterlibatan perempuan dalam ranah publik-produktif, serta implikasi darinya merupakan hasil dari analisis ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peran yang besar dari kaum perempuan di kalangan masyarakat santri Mlangi. Dari lima keluarga yang diteliti, dua nyai, istri kyai dan tiga perempuan keluarga biasa memainkan peran publik-pruduktif dalam kesehariannya; sebagai pengusaha, aktivis organisasi kemasyarakatan, pendidik, pekerja, dan aktivis politik. Hal ini menunjukkan perubahan peran gender dari aturan norma ideal fiqh dan realitas yang terjadi dalam kehidupan keseharian masyarakat santri Mlangi. Keterlibatan ini disebabkan oleh faktor sosial, politik, budaya, dan determinasi ekonomi. Pola pembagian peran ini terkait erat dengan pola pembagian kerja yang terjadi dalam rumah tangga antara laki-laki dan perempuan. Realitas ini berimbas pada kekuasaan yang berlaku dalam rumah tangga. Keterlibatan kaum perempuan dalam sektor publik-produktif, membawa dampak kekuasaan dalam rumah tangga tidak selamanya ada dalam genggaman laki-laki. Hal demikian juga terjadi dalam keluarga pesantren, kyai tidak selamanya menjadi sumber otoritas dan penguasa tunggal dalam keluarga pesantren. Namun demikian tidak semua perempuan yang terlibat dalam kegiatan publik-produktif dapat menggeser kekuasaan laki-laki. Kenyataannya kaum perempuan tetap menjadi kelompok kedua dalam rumah tangga dan tak jarang menerima beban ganda. Disinilah kadang terdapat dilema antara perubahan peran yang masih menyisakan bias gender.
The research will explore gender role sharing in traditional Moslem community, Mlangi. The women of the community played public-productive role. The reality shows an interesting social change in santri community where their consciousness-knowledge are based on fiqh (kitab kuning) and pesantren tradition. In fact, fiqh books localized women in a domestic space. The reality was strengthened by social system that had been internalized in pesantren tradition. The research is a qualitative research within analytical-descriptive approach that will describe social situation. Data are collected trough in-dept interview, non-participant observation, and documentation. The results from the research are describing gender role share, factors pushing the involvement of the women in public-productive area and its implications. The results of the research show that women have an important gender role in their community. By identifying five families, two nyai (kyai wife) and three non-nyai (the women are from lay family) play their role as entrepreneur, social activist, teacher, worker, politics activist. It shows gender role change from fiqh norm to reality in social life. This is influenced by some factors, i.e. social, politic, culture, and economic determinations. The gender role pattern is related to work sharing between women and man. This put an impact on who has the power in the family life. The Involvement of women in public-productive bring impact that power in family life is just not on man’s authority. The same is true in pesantren life where kyai (man) is not single power and authority in pesantren family. But, not all women who involved in public-productive area can remove power which is on the hand of man. The women remain in their position, i.e. as a second class person that has to work in public and domestic space. This was the dilemma, one side shows change but in on other hand there is a gender bias.
Kata Kunci : Komunitas Santri,Peran Gender,Akses dan Kontrol, santri community, gender role, and access-control